Diskusi Tesis : Bujang Tan Domang

071

“Setiap malam hari, keluarga saya sering menceritakan cerita-cerita atau legenda yang ada di Riau. hanya diterangi oleh cahaya lilin ,” Kata Tenas Effendi. Budaya inilah, lanjutnya, yang dilakukan orang melayu saat malam hari, menceritakan sebuah cerita kepada anak-anaknya, “Dan ini adalah sebuah tradisi.”

Cerita, pantun, puisi dan syair-syair dijadikan cerita. Dan cerita ini menjadi budaya kemudian diwariskan dengan ungkapan-ungkapan orang bisa menegur dan saling mengingatkan.”Banyak ungkapan dari budaya yang tak tersampaikan karena saat ini hanya disamapaikan sepenggal saja, serta digeser oleh budaya teknologi saat ini.”

Begitulah kata Tenas Effendy mengawali diskusi sastra yang diadakan Komuitas Paragraph  dan Dewan Kesenian Riau (DKR), di Aula FKIP lantai 2, Jumat (27/9). Diskusi ini mengangkat sebuah tesis yang ditulis Alvi Puspita, S.Pd.MA di Universitas Gajah Mada, sekaligus menjadi pembicara saat itu. Tesis yang diangkat yaitu mitos tentang Petalangan dalam Bujang Tan Domang, dari Buku yang ditulis Tenas Effendi dengan Teori kajian mitos Roland Barthes.

Mahalim Zaini, Pendiri Komunitas Paragraph dan Sudirman Somari Dekan FKIP UIR hadir saat diskusi.  Dan peserta dosen, mahasiswa FKIP UIR, mahasiswa UMRI dan undangan lainnya.

Buku Bujang Tan Tomang sastra lisan orang Patalangan  yang dikaji oleh Alvi merupakan tulisan Tenas Effendy yang diterbitkan oleh Yayasan Bentang Budaya bekerjasama dengan Ford Foundation dan The Toyota Foundation tahun 1977.

“Buku ini mengangkat sebuah teks yang hegemonik milik masyarakat Petalangan di Riau, yaitu teks Nyanyi panjang tombo, yang berisikan kisah perjalanan tokoh wira pesukuan, hukum adat,  tunjuk ajar dan batas tanah wilayat,” kata Alvi, perempuan yang menamatkan sarjanannya di Universitas Riau.

Mengapa saya mengangkat ini, lanjutnya, persoalannya adalah teks ini diangkat ketika kondisi Petalangan dan Riau sedang mengalami pergerseran dan bertolak belakang dengan situasi yang dulu pernah dialami masyarakat Petalangan dan Riau. “Oleh karena itu, kisah Bujang Tan Domang dijadikan objek penelitian dengan menggunakan teori mitos Roalnd Barthes,” katanya.

Ketika ditanyakan kekurangan dan kendala yang dihadapi Alvi saat menulis tesis ini,  mengatakan, saya kurang tahu juga kekurangannya, namun dilihat dari kendala, ada pergulatan batin saya sendiri melihat buku ini dari sisi Roalnd barthes yang penuh dengan kecurigaan.”Dan saya berusaha bagaimana caranya, agar ada kesamaan pembacaa melalui teori ini,” ujar Alvi.

Menurut Marhalim Zaini, kenapa kita mengadakan diskusi ini, untuk mau mengangkat karya klasik lama yang berbicara tentang budaya melayu.”Saya harap ini menjadi virus untuk disebarkan, dan melihat prespektif lainnya” katanya, saat AKLaMASI jumpai di akhir acara. (Yosa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *