Opera Rimba : Binatang yang Mengingatkan Manusia

pementasan Opera Rimba di Gedung Idrus Tintin yang berlangsung dari tanggal 26-30 Maret. (Wawan)
pementasan Opera Rimba di Gedung Idrus Tintin yang berlangsung dari tanggal 26-30 Maret. (Wawan)

Riau Beraksi mementaskan opera rimba selama lima hari berturut. Naskah yang sudah disiapkan lima bulan lalu ini relevan dengan bencana di Riau.

Di sebuah tempat yang bernama rimbayana. Pangeran zola mencari pendamping hidupnya. Dihadapan rakyat rimbayana yang terdiri dari hewan hewan. Pilihannya jatuh kepada putri Gulma. Putri yang cantik, tapi tidak dengan hatinya.

Niat buruknya sudah terlihat saat ia dipilih oleh pangeran Zola. Ia mengusulkan kepada raja raung dan ratu merak untuk segera mengubah isi rimbayana menjadi kota moderen. Dengan mendirikan mall. Ratu merak yang mendengar usul cerita segera tertarik.

Itulah pembuka cerita opera rimba yang berlangsung di gedung Idrus Tintin Rabu malam (26/3). Opera ini akan digelar hingga 30 Maret. Dengan menampilkan cerita yang sama.

Opera ini pun sebenarnya digelar sebagai proses belajar seni peran itu sendiri. Karena banyak dari pemain adalah siswa siswi sekolah menengah, guru, penyiar televisi, dan pekerja swasta. “Jadi disini tidak menampilkan keaktorannya tapi lebih ke proses belajar seni perannya,” ucap Willy Fwiandri, sutradara opera rimba.

Tema yang dibawakan oleh opera rimba ini sendiri bercerita tentang keserakahan yang dibuat oleh manusia. Sebuah tema umum yang setiap manusia pasti mengalaminya.

Naskah ini sendiri punya Ahmad jalidu dari Jogja. Diadaptasi 70 persen oleh willy. Dengan perubahan yang menurutnya penting untuk konteks di Riau. Karena naskah aslinya lebih mengarah ke daerah Jawa. Hal hal ini yang diadaptasi lagi oleh Willy.

Karena di dunia ini yang tinggal di bumi bukan hanya manusia tapi hewan juga. Binatang binatang ini kehilangan habitatnya karena ulah manusia “ Ini yang mau kita ketuk sama semua orang.” Kata Willy.

Opera rimba ini sengaja tidak berakhir dengan akhir yang bahagia. Tokoh protagonis, pangeran zola menang melawan putri gulma. Tapi Willy, membuatnya menggantung.

Dengan cerita akhir, binatang binatang ini yang memberi bibit pohon kepada manusia. “Jadi sebenarnya siapa yang binatang sekarang,” Willy mempertanyakan.
Riau Beraksi sendiri telah mementaskan lima karya sejauh ini. Setelah sebelumnya dengan Cinta dan Presiden. Delay (Indonesia di ruang tunggu), BeNGAK !!! Kidung orang orang rakus dan yang terakhir opera rimba.

Pada opera rimba ini, jangan berharap dengan akhir cerita bahwa pangeran zola berhasil mengalahkan putri gulma. Tapi Willy menolak akhir seperti itu, karena menurutnya masalah tidak pernah selesai walaupun pangeran zola menang. Tapi ia  coba mengajak penonton untuk lebih peka dengan memberikan solusi.

“walaupun solusinya itu tergantung dari penonton sendiri, apakah mereka akan merawat pohon yang telah diberikan hingga berkembang,” ucap Willy
Opera ini ditutup dengan binatang yang memberikan bibit pohon kepada penonton. Binatang inilah yang mengingatkan manusia, untuk menjaga lingkungan. Seperti kata kata penutup cerita.

“Apakah anda tau bagaimana cara memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Apakah anda bisa mengembalikan binatang binatang yang sudah punah. Apakah anda juga bisa mengembalikan hutan seperti sediakala. Kalau anda tidak bisa melakukannya. Tolong berhenti merusaknya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *