Alizar Tanjung: Membaca dan Menulis itu Keharusan

Oleh: Dede Mutiara Yaste

     Alizar tanjung dilahirkan di Solok pada 10 April 1987. Novel edisi keduanya bakal diterbitkan oleh Kakilangit Kencana di tahun 2015 ini, dengan judul Anak- anak Karangsadah. Cerpennya juga pernah dibukukan dalam bentuk ontologi bersama dengan  judul Yang Menjadi Akar Kayu.

     Selain dibukukan, karya-karyanya juga sering dipublikasikan di media lokal dan nasional, seperti Harian Kompas, Tempo, Horison, Sindo, Jurnal Nasional, Suara Pembaharuan, Suara Merdeka, Story, Suara Karya, Global Medan, Sumut Pos, Analisa, Haluan Riau, Pewarta Indonesia, Berita Pagi (Palembang), Linggau Post, Singgalang, Padang Ekspres, Haluan, Majalah Tasbih, Majalah Mayara, Sumbar Raya, Suara Kampus, Jurnal Medan, Majalah Sagang, Lampung Pos, Riau Pos, Indo Pos, Berita Kota Kendari,dll.

     Selain aktif menulis, Alizar Tanjung yang akrab dipanggil Ali ini juga merupakan seorang Konsultan di Toko Buku Sari Anggrek Kota Padang. Dia juga sebagai pendiri dari  komunitas Rumah Kayu dengan cabang di provinsi lain. Selain sibuk menulis dan bekerja, Ali juga sempatkan diri memberikan kuliah kepenulisan di banyak Universitas. Berikan training kepada ribuan orang dalam rangka memperbaiki kualitas hidup menjadi manusia yang lebih bahagia juga pernah ia lakukan.

Sabtu, dua Mei 2015, Alizar Tanjung diundang sebagai pembedah buku kumpulan cerpen dengan judul Semua untuk Hindia karya Iksaka Banu di sekretariat AKLaMASI Universitas Islam Riau. Usai kegiatan bedah buku, di sela waktu rehat setelah makan siang di ruang utama sekretariat, saya meminta waktu wawancara dengannya.

Pewawancara
Kenapa bang Alizar menulis?

Alizar Tanjung
Saya merasa dalam hidup itu harus ada yang ditinggalkan ketika meninggal. Sebagai manusia saya hidup hanya sekali. Saya ingin tulisan saya dikenal secara nasional bahkan internasional, seperti cerpen, puisi dan novel. Saya ingin tulisan saya tetap dibaca dan dikenal orang meski saya sudah tiada.
Menulis adalah pilihan ketika tamat dari MAN. Selain menulis, saya juga suka tampil di depan orang banyak. Karena itulah saya berfikir, bahwa dengan menulislah saya mampu melakukannya.
Pewawancara
Siapa tokoh yang memotivasi untuk menulis?

Alizar Tanjung
Berbicara mengenai tokoh, saya adalah orang yang lebih suka secara internal saja, maksudnya memotivasi diri sendiri dari dalam. Kalaupun ada generasi awal yang saya kenal sebagai penulis dan saya suka, salah satunya yaitu Hamka.

Pewawancara
Di mana beda tingkat kesulitan menulis puisi, cerpen dan novel?

Alizar Tanjung
Pada puisi mungkin kesulitan terletak pada filosofinya. Kita harus berfilosofi ketika menulisnya, Puisi lebih bermain kata- kata untuk menyampaikan sesuatu. Jadi menurut saya,  berpuisi seperti halnya berfilsafat. Sedangkan cerpen, harus bermain dengan pola. Dalam cerpen saya gunakan pola dialog dan deskripsi.
Saya merasa bahwa menghasilkan satu puisi sama dengan satu cerpen. Bagi saya, saat ini menulis puisi rasanya lebih berat dari pada cerpen. Dibanding menulis puisi atau cerpen, saya lebih suka menulis novel.

Pewawancara
Apa saja yang pernah ditulis?

Alizar Tanjung
Saya pernah menulis sastra dan non sastra, sastra seperti cerpen, puisi, dan novel. Sedangkan non sastra saya pernah menulis opini, esai, catatan perjalanan, dan resensi.

Pewawancara
Pernah di bukukan?

Alizar Tanjung
Yang kebanyakan dibukukan adalah cerpen dalam buku antologi  bersama. Kalau novel, baru akan diterbitkan.

Alizar Tanjung: Alizar saat mengisi kegiatan bedah buku Semua Untuk Hindia di Sekretariat Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau, Sabtu (2/5).
Alizar Tanjung: Alizar saat mengisi kegiatan bedah buku Semua Untuk Hindia di Sekretariat Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau, Sabtu (2/5).

Pewawancara
Gambaran kehidupan bang Ali sebagai Penulis ?

Alizar Tanjung
Sehari- hari saya bekerja sebagai konsultan di sari anggrek. Saya juga aktif dalam kegiatan sosial, dimana saya mendirikan komunitas Rumah Kayu yang bergerak di bidang menulis yang ruang lingkupnya itu nasional.
Saya menulis lebih sering malam, karena juga sibuk di kantor. Dari tahun 2011 saya fokus menulis bahkan sampai sekarang, mungkin jika saya tidak bekerja, maka saya akan lebih fokus lagi untuk menulis.

Pewawancara
Bagi bang Ali, apakah menulis itu beresiko?

Alizar Tanjung
Orangtua saya selalu support dengan pilihan saya menjadi seorang penulis, walaupun mereka tidak tahu menulis itu apa. Namun mereka cukup senang dan sampai hari ini mereka tidak melarang saya untuk terus menulis. Bagi orang- orang di kampung, termasuk orangtua saya juga, mereka beranggapan bahwa bekerja itu jadi PNS, Dokter dan Dosen. Namun saya membuktikan bahwa dengan menulis saya bisa menghasilkan dan membiayai hidup saya sendiri.
Karena pilihan, maka saya harus terima kosekuensinya. Mungkin jika nanti saya punya istri, maka juga harus mau menerima konsekuensinya. Namun tidak menuntut kemungkinan saya akan terlalu sibuk untuk menulis, karena setelah menikah pasti saya akan pandai- pandai bagi waktu dengan tiga hal. Pertama pekerjaan, kedua keluarga, dan ketiga menulis.

Pewawancara
Pengalaman menarik dalam menulis?

Alizar Tanjung
Mungkin banyak penggemar salah satunya. Tidak hanya itu, ketika saya menulis novel, lalu saya berikan ke orang- orang  dan menyuruhnya untuk membaca. Lalu saya akan bertanya, berapa hari kamu selesai membacanya? Maka ada yang menjawab dua hari dan juga tiga hari. Lalu saya bertanya lagi, apa yang ada rasakan setelah membacanya? Lalu mereka bertanya lagi kepada saya, maksudnya merasakan itu bagaimana? Dan saya menjelaskan, ketika kamu membaca novel ini, apakah dirimu bisa menangis atau bahagia ketika membaca karya- karya saya? Lalu ia menjawab bisa. Nah, itulah yang membuat saya senang dan puas dalam menulis.

Pewawancara
Apa pesan bang Ali kepada penulis pemula?

Alizar Tanjung
Sebagai seorang penulis haruslah memiliki believe (keyakinan). Kenapa saya katakan itu? karena dengan keyakinan tersebut kita akan mampu menggerakkan seluruh anggota badan untuk menulis dan berkarya. Dan bagi penulis pemula haruslah rajin- rajin menulis dan yang penting sekali membaca, saran saya agar membaca tulisan yang berkualitas tinggi.

Pewawancara
Pernahkah tulisan bang Ali dijelekkan orang- orang?

Alizar Tanjung
Saya tetap berfikir positif, tidak peduli dengan mereka yang menjelekkan karya saya. Karena itu terserah mereka, yang jelas saya hanya berkarya, menulis dan dinikmati pembaca.

Pewawancara
Dominannya, buku apa yang dikoleksi?

Alizar Tanjung
Saya memiliki banyak koleksi buku, seperti novel, cerpen dan puisi. Namun tidak hanya itu, saya juga ada koleksi buku psikologi, bisnis, dan sekarang juga ada koleksi buku mengenai dunia training atau pelatihan. Memang tidak ada hubungannya dengan dunia sastra, namun buku tersebut juga sangat penting dalam menambah wawasan.
Sebagai seorang penulis, harus memiliki banyak koleksi buku, tidak harus berhubungan dengan sastra, namun juga bisa berhubungan dengan buku umum- umum lainnya.

Pewawancara
Pernahkah mendapatkan penghargaan?

Alizar Tanjung
Selama saya menulis, saya belum pernah mendapatkan penghargaan. Namun, saya pernah memenangkan lomba menulis cerpen.

Pewawancara
Apa itu proses kreatif?

Alizar Tanjung
Proses kreatif itu ada dua hal, pertama, proses kreatif saya sebagai seorang penulis atau saya melakukan proses kreatif orang lain dalam menulis. Kalau proses kreatif saya sebagai seorang penulis, maka saya menulis dengan otodidak, maksudnya saya punya keinginan menulis. Dan maksud saya melakukan proses kreatif terhadap orang lain dalam menulis, di mana saya melakukan pengembangan tulisan dengan membaca referensi.  Dan sebenarnya proses kreatif itu lebih kepada perjalanan kepenulisan.

Editor: Wahid Irawan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *