Kondisi Kelam Dunia Perminyakan

Ilustrasi harga minyak yang turun, sumber Internet.
Ilustrasi harga minyak yang turun, sumber Internet.

Why Oil Price Down? Mengapa harga minyak dunia turun.  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya harga minyak. Pertama adalah faktor fundamental seperti supply (persediaan) minyak yang berlebih dan demand (permintaan) minyak yang semakin berkurang. Selain Faktor persediaan dan permintaan konteks geopolitik mempengaruhi harga minyak.

Inilah yang menjadi tema bincang-bincang yang ditaja oleh Society Petroleum Engineer (SPE) di Aula Fakultas Agama Islam (FAI), Sabtu (28/11). SPE adalah organisasi yang berada di Fakultas Teknik Perminyakan UIR bertaraf Internasional.

Hadir tiga pembicara dari dua perusahaan yang berbeda. Firdaus dan Mirza dari Pertamina sekaligus alumniTeknik Perminyakan UIR, lalu Agung Ertanto perwakilan dari Conoco Phillips.

Menurut Firdaus negara yang tergabung pada Organization Petroleum Export Country (OPEC) khususnya Arab Saudi memproduksi besar-besaran cadangan minyak mereka, namun penurunan ekonomi negara China dan Jepang membuat permintaan minyak berkurang.

Selain itu politik konspirasi (geopolitik) yang dimainkan oleh Amerika untuk menghancurkan Rusia juga jadi sebab turunnya harga minyak.

“Kita ketahui bahwasanya APBN Rusia sebesar 80 persen yang berasal dari migas, Amerika yang mempunyai konflik internal dengan Rusia melobi Arab Saudi agar memproduksi minyak besar-besaran yang menyebabkan minyak banyak dipasaran, akibatnya harga minyak turun dan harapan Amerika, Negara Rusia dapat hancur,” terang Firdaus.

Mirza memperkenalkan ‘efek domino’ yang menjadi penyebab turunnya harga minyak. Efek domino ini kurang lebih sama seperti penjelasan oleh Firdaus, dimana Amerika mempermainkan harga minyak untuk menghancurkan Rusia.

“Harga minyak yang tertinggi yaitu pada Juni 2014 di mana harga minyak $120.00/ bbl (barrel), pada tahun ini mirza mengatakan saat inilah Petroleum Engineer (PE) dalam puncak senang-senangnya dalam dunia perminyakan,” kata Mirza.

Desember 2014 harga minyak turun menjadi $60.00/bbl, yang disebut Mirza dengan masa transisi. Tibalah masa kelam dunia perminyakan (Masa Kritis) dimana harga minyak sekarang $40.00/bbl. Harga ini sangat mempengaruhi perusahaan perminyakan karena di beberapa sumur memerlukan dana $75.00 untuk memperoleh tiap satu barrel minyak.

Banyak cara perusahaan untuk, mempertahankan perusahaannya agar tidak tumbang yaitu dengan memangkas anggaran biaya perusahaan dan memberhentikan  karyawan. “Kalau di Pertamina belum melakukan cut employee (pemberhentian hak kerja ) hanya saja mengefisiensi budget, seperti perjalanan dinas karyawan yang dikurangi,” jelas Agung.

Agung merasa bersyukur sebab Conoco Phillips Indonesia belum melakukan pemangkasan karyawan, namun Conoco Phillips Kanada sudah melakukan PHK.

“Tidak ada yang bisa memprediksikan kapan harga minyak akan naik kembali, jika ada yang mengatakan harga minyak akan normal pada tahun sekian itu pasti takhayul,” tambah Agung.

Mirza yakin suatu saat harga minyak akan naik pada levelnya karena Migas adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, artinya persediaan yang berlebihan akan habis dan permintaan akan kembali stabil, “Nah saat itulah industri perminyakan akan kembali bernafas lega,” ujar Mirza

Editor : Wahid Irawan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *