MEA Jadi Tantangan Baru Praktisi Humas Indonesia

PEKANBARU- Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada awal 2016 lalu di Indonesia, menjadi tantangan besar bagi para praktisi Hubungan Masyarakat (Humas) di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Agung laksamana, M.Sc, IAPR—Ketua Umum BPP Perhumas—ketika menjadi pembicara dalam seminar nasional dengan tema Peran Strategis Public Relations dalam MEA, yang diadakan Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) cabang Riau di Gedung Graha Pena Riau—lantai dua, Rabu (16/03).

Agung juga mengatakan, seorang praktisi Humas wajib miliki strategi dan kesiapan dalam hadapi persaingan MEA. Seorang Humas haruslah inovatif, kreatif, meningkatkan kepercayaan diri, dan korporatif. “Tantangan humas sangatlah banyak, salah satunya pemberitaan negatif yang dipublis oleh media,” ujarnya.

Menurut Agung, banyak orang Indonesia hanya melempem (diam) ketika jumpa dengan bule-bule yang berkunjung ke Indonesia. “Dan ini juga merupakan tantangan Indonesia untuk hasilkan Humas (public relations) yang tangguh,” katanya.

Agung menjelaskan bahwa Indonesia adalah magnet untuk menarik investor luar negeri saat MEA mulai diberlakukan. Di mana saat itu akan mendatangkan banyak tenaga kerja asing ke Indonesia.

“Humas tidak hanya hubungan masyarakat tapi juga harus ahli di bidang marketing. Humas bukanlah hanya untuk bikin kegiatan, lalu panggil wartawan dan kliping-kliping.” tuturnya.

Tidak hanya para praktisi Humas yang miliki tantangan saat MEA datang, Agung juga beberkan data-data yang perlu diketahui calon praktisi Humas yang masih di bangku perkuliahan. Di Indonesia, jurusan dan Fakultas Ilmu Komunikasi ada sekitar 200 lebih, sedangkan jurusan yang terakditasi sekitar 130 lebih

“Kita di Riau ini harus mampu bersaing dengan mereka yang univesitasnya lebih berkualitas. Seperti Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI), jangan mau kalah,” ujarnya.

Nurlaela Arief, MBA, MIPR—Head of Corporate Communications PT. Bio Farma—dalam paparan materinya, ia menjelaskan bahwa saat MEA diberlakukan di Indonesia, industri-industri akan digiring dengan sebuah sistem berbentuk tatanan global. Karena itu, banyak tantangan yang dihadapi seorang Humas dalam pemberitaan perusahaannya di Media Massa. “Sebagai Humas, kita juga harus memperhatikan perusahaan yang menjadi pesaing dan partner kita,” ungkapnya.

Dalam persaingan global, menurutnya sebuah Humas industri harus mampu menciptakan perbedaan. “Secara kualitas semua produk yang dihasilkan setiap industri di Indonesia itu sama dengan luar negeri, tapi apa yang membedakannya? Yaitu value (nilai). Sebagai Humas kita harus mampu ciptakan kreativitas yang bernilai untuk memperkenalkan produk dan keunggulannya. Untuk itu kita juga harus pandai bermarketing sebagai Humas,” ungkapnya.

Ketua BPC Perhumas Riau, Drs. H. Ian Machyar, MM. MIPR dalam sambutannya di awal pembukaan acara, mengatakan bahwa dengan diakan seminar ini juga memberikan pengetahuan kepada audien di bidang perhumasan, tentang penyaluran kopetensi Humas untuk Indonesia.

Seorang praktisi Humas, harus bisa berkompetisi dengan yang Humas lainnya. “Untuk itu Perhumas diadakan bertujuan untuk meningkatkan konsistensi dan Kredibilitas para praktisi kehumasan di Indonesia. Di mana, seorang humas harus mampu menjadi air ketika api membakar dan menjadi api ketika air merendam. Semoga perhumas Riau bisa lebih Berjaya lagi. Membangun leadership dan partnership.” Harapnya.

Oleh : Reporter AKLaMASI, Dede Mutiara Yaste
Editor : Rifal Fauzi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *