Putraku Malaikatku

Cerpen Oleh : Bekti Pratama
Foto/Ilustrasi : ranjesmanurung.blogspot.com

aklamasi.net-Pada suatu malam tanpa di hiasi gemerlap bintang dan bulan yang ada hanya tiupan angin yang menerbangkan dedaunan. Aku melintasi terotoar jalan yang di sesakki oleh kerumunan pedagang kaki lima yang mulai merapikan dagangannya, tanpa menghiraukan satu sama lain mereka hanya terfokus pada daganganya. Lelah dan haus menghantui ku sekitar dua kilometer harus aku lalui setiap harinya dan itu tidak terhitung perjalan pulang kerumah, jika semua itu di jumlahkan setiap hari aku harus berjalan sekitar empat kilometer sehari.

Memang sangat capek sekali jika harus di bayangkan namun semua itu harus aku lalui demi sesuap nasi dan demi menghidupi ke tiga anak ku dan juga kedua orang tuaku yang sudah sangat renta.

Aku tinggal di sebuah kontrakan yang tidak terlalu besar dan disana pula semua keluarga ku berkumpul sesak dan panas selalu menjadi teman yang setia pada keluarga kami. Ketiga anakku usianya hanya selisih beberapa tahun anak pertamaku bernama Pramuniaji Wijaksana saat ini sedang menjejaki bangku sekolah menengah kejuruan tak berapalama lagi ia akan lulus.

Anak keduaku bernama Handika Purnama saat ini menjejaki bangku sekolah menengah pertama dan ia baru saja naik kelas dua sekolah dan anak ku yang terakhir bernama Bagas Hadiaksa Putra saat ini ia berumur sepuluh tahun namun kondisi fisik dan mentalnya seperti anak yang berusia empat tahun dikarenakan ia mengidap penyakit down syndrome penyakit itu sudah sejak lama di deritanya semua itu bermula ketika ia masih bayi pada saat itu ia terserang demam yang sangat tinggi namun karena keterbatasan biaya aku hanya membawanya ke puskesmas yang ada di lingkungan rumahku dan pada saat itu dokter mengatakan kondisi anaku tidak terlalu parah dan ia akan segera kembali sembuh.

Namun seiring berjalanya waktu kondisi kesehatnya semakin memburuk dan pada saat itulah aku menyadari bahwa ada keanehan yang sedang di derita oleh anak ku.

Di usianya yang menginjak lima tahun Hadi tidak bisa berbicara selancar anak-anak seusianya dan ia juga tidak bisa melakukan berbagai aktifitas yang cenderung anak-anak seusianya lakukan yang hanya bisa ia lakukan adalah duduk dan sesekali berlari kesana kemari tanpa jelas apa yang membuatnya melakukan itu.

Dan ia juga tidak bisa mengurusi semua urusan yang seharusnya ia lakukan guna memenuhi kebutuhanya dan jika ia lapar atau haus dia hanya bisa menangis seakan mengisyaratkan bahwa ia sedang kelaparan atau kehausan. Namun ia tidak pernah merepotkan kami terlalu banyak

Kedua anakku yang lainya juga tidak pernah merasa malu jika harus memiliki adik yang mengidap penyakit down syndrome mereka selalu membantuku untuk menjaga dan merawat hadi dan sesekali mereka mengorbankan waktu bermainya demi menjaga Hadi dan terkadang mereka mangajaknya bermain dengan teman-temanya yang ada di sekitaran rumahku.

Hadi hanya bisa melihat kedua kakaknya bermain dan ia terkadang ikut tertawa dan bahagia melihat kedua kakaknya bermain dan berlari. Semua tetangga yang ada di sekitaran rumahku juga sudah sangat mengenali hadi dan sangat senang dengan hadi dan terkadang mereka membelikan Hadi jajanan dan terkadang pula mereka memberikan hadi sejumlah uang yang cukup besar untuk anak seuasianya.

Pernah suatu ketika pada saat aku terlambat pulang kerumah di karenakan aku mendapatkan jam lembur. Pada saat itu di rumah hanya ada bererapa lauk yang jika di hitung jumlahnya tidak mencukupi jika harus di makan oleh keluarga ku.namun pada saat itu Pram dan Dika merelakan jatah makan malamnya untuk adik mereka.

Pram dan Dika tidak ingin melihat adik mereka menangis karena kelaparan dan dengan kedewasaan dan ketulusan hati yang mereka miliki, Pram dan Dika membagi makanan yang mereka miliki untuk hadi dan menyuapkan hadi hingga hadi kenyang dan berhenti menangis.

Aku bangga memiliki anak seperti mereka yang selalu tidak pernah menuntut dan cemburu dengan adik mereka yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang di sekitaran mereka.

Pram dan Dika adalah penolong bagi kehidupanku mungkin tanpa mereka berdua aku sudah tidak tau harus berbuat apa untuk merawat Hadi. Hadi adalah kunci surga yang allah berikan untuk keluarga kami dan kami meyakinkan bahwa hadi akan membawa kami kepada kebaikan dan mengajarkan kami untuk tetap bersyukur.

Namun saat ini Hadi hanya ada di dalam ingatan kami dan Hadi hanya bisa menjadi kenangan yang tak akan pernah terlupakan dalam ingatan kami. Hadi telah mendapatkan kebahagiaan yang jauh labih bahagia dari kehidupnya dahulu.

Hadi telah mendapatkan semua rasa cinta dan kebahagia oleh orang-orang yang menyayanginya. Kini Hadiaksa Putra mendapatkan kehidupanya yang normal di sisi Allah SWT. Ia meninggalkan kami semua pada usia sembilan tahun di karenakan ia terjangkit penyakit kanker yang menyerang bagian selaput otaknya tak ada yang dapat ia bawa selain hanya rasa sayang yang di berikan oleh orang-orang yang ada sekitanya.

Selamat tinggal anakku semoga engakau mendapatkan kebahagiaan yang jauh lebih bahagia dari kehidupanmu dulu. Ibu, Pram, Dika dan seluruh orang-orang yang mengenalmu akan selalu mendoakanmu agar engaku mendapatkan kebahagiaan di alam sana dan agar allah memberikan tempat yang layak untuk kehidupan mu di alam sana.
Biografi

Nama: bekti pratama (pratamabekti)
Universitas Islam Riau Fakultas Ilmu Komunikasi Semester II
coretanofficial.wordpress.com

Editor : Rifal Fauzi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *