Pentingnya Data Dalam Peliputan

Minggu (16/10) hari kedua Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) yang ditaja media kampus Teknokra Jejama Universitas Lampung dibuka dengan materi pertama Jurnalisme Data. Dan selanjutnya jurnalisme investigasi. Pemateri Ahmad Nurhalim (Editor Tempo dan Ketua AJI Jakarta).

Data adalah sekumpulan angka, dokumen serta artikel yang kebanyakan dalam format spreadsheet (baris horizontal dan kolom artikel). Data harus terbuka dan bersifat transparan. “Data harus transparan, dikarenakan dapat di gunakan oleh masyarakat sebagai input dan output dari suatu program pemerintah, dengan baik dan benar. Manfaat bagi jurnalis, berita bukan lagi hanya kutipan narasumber, tapi juga analisis berdasarkan data yang akurat, serta berpotensi melahirkan karya yang lebih akurat, ” ucap Ahmad Nurhalim.

Dalam mendapatkan sebuah data tidaklah mudah. Tantangannya data pemerintah belum banyak yang dibuka. Berkat dukungan intitusi media, kapasitas jurnalis dalam aspek pengetahuan dan keterampilan mencari, mengolah, sampai memvisualkan data jadi berita menjadi lebih mudah.

Sumber data terbagi tiga, data global, nasional, dan lokal. Masing-masing data mempunyai situs tersendiri. “Untuk data global yaitu un.org, data nasional adalah data.go.id serta data lokal data.jakarta.go.id dan data.bandaacehkota.go.id,” jelasnya.

Ahmad memberi contoh menegenai data berita pemilu presiden. Dimana adanya kontrol pemilu. Berkat adanya teknologi data mudah di dapat. Caranya mengikuti situs kawal pemilu.

Tidak hanya itu, tahapan dalam mencari data juga harus berurut. Mulai dari bagaimana mendapatkan data, filter (Menyaring) data agar akurat. Setelah data di dapat dan di filter, tahap selanjutnya adalah memvisualisasikan data dan terakhir adalah dibuat story (Cerita).

Berkaitan dengan data tidak jauh halnya dengan jurnalisme investigasi. Salah satu tujuan investigasi adalah kontrol sosial. “Alasan legal dan mendasar Publik berhak tahu atas segala peristiwa (kebijakan) yang bisa mempengaruhi kehidupan mereka,” jelasnya lebih lanjut.

Alasan lainnya, penguasa (pengusaha) bisa menyelewengkan kekuasaan (pengaruh) mereka. Mereka bisa korup, mencuri uang, dan melanggar hukum untuk meraup untung sehingga merugikan masyarakat. Jurnalis berkewajiban mengawasi apakah penguasa (pengusaha) menjalankan janji politik (kewajiban) mereka. Mereka yang abuse of power, mencederai janji politik, atau tak memenuhi kewajibannya pasti menyembunyikan fakta.

Dalam Pemaparannya mengenai liputan investigasi dan in-depth reporting. Bahwa investigasi merupakan liputan mendalam, namun liputan mendalam belum tentu liputan investigasi. Investigasi selalu berusaha mengungkap kejahatan dan manfaatnya besar bagi publik sedang liputan mendalam hanya sekedar mengungkap modus kejahatan atau hanya sekedar membuka hal positif saja. Meski memakai metode yang sama dalam pencarian bahan, namun hasil dari liputan investigasi dan in-depth reporting tetap berbeda.

Investigasi bukan merek, tapi cara kerja (Isi). Hal demikian terjadi dikarenakan kurangnya observasi lapangan yang cermat; kurangnya data dan informasi dari narasumber. “Sekarang di Indonesia banyak media yang menjual nama investigasi, yangs isinya tidak sesuai dengan liputan investigasi,” tutupnya.

Reporter : Sofiah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *