FSI An-Naba – Pacaran Anti Mainstream

Forum Studi Islam (FSI) An-Naba Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (Fikom UIR) berkerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Fikom UIR selenggarakan Seminar Islami Pacaran Anti Mainstream “Aku Suka Dia, Tembak Gak Ya?”. Jumat, (10/2). Seminar diadakan di Aula Fikom, ini mampu menyedot banyak peserta yang hadir, terlihat bangku yang hampir terisi penuh semua oleh para Mahasiswa.

M. Ibnu Laksono (Ketua umum FSI An-Naba Fikom) – hal mendasar diangkatnya tema seminar ini karena permasalahan sosial hubungan remaja antara pria dan wanita sekarang sudah tidak ada lagi batasan. Dan bertepatan dengan moment Valentine kiranya sehabis seminar ini menjadi pencerahan bagi pemuda-pemudi Islam, tahu apa itu batasan-batasan hubungan antara laki dan perempuan baik interaksi dan Komunikasi sehingga melahirkan pemuda Islam yang sesungguhnya.

Materi pertama disampaian oleh Yanwar Arief, M. Psi dengan judul “Memahami Remaja : Perkembangan Psikoseksual.” Arief – bahwa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa dan ini rentang waktu yang cukup lama mulai dari 10 sampai 19 Tahun. Masa transisi ini dibagi menjadi tiga yaitu remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir.

Remaja mulai beradaptasi dengan keinginan jauh dari keluarga atau mandiri. Kemudian mulai timbul juga rasa keinginan mencari teman. Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar dan merasa tertantang melakukan hal-hal yang beresiko seperti merokok atau mencoba narkoba tanpa memikirkan bagaimana kedepannya karna analisis yang terbatas.

Pacaran timbul dari budaya barat yang ketika memiliki rasa suka dengan lawan jenis maka langsung saja jadian tanpa ada norma yang mengatur. Pacaran bukan solusi untuk menekan hormonal. Tingkatkan konsep diri yang bagus dan tingkatkan hubungan yang erat dengan keluarga. “Ketika perhatian dari keluarga, maka perhatian dari kelompok teman yang salah yang bisa mempengaruhi kita,” jelasnya.

Materi selanjutnya oleh Dr. Saproni Lc, M.Ed “Pacaran Anti Mainstream”. Saproni – pernikahan hendaklah ditujukan untuk tujuan-tujuan yang mulia. Pertama, untuk memelihara eksistensi manusia agar tidak terjadi kepunahan, kedua mewujudkan ketentraman dan tujuan utama dari pernikahan adalah menyalurkan hasrat seksualnya dengan pasangan yang sudah halal.

Saproni juga sampaikan – Dalam Islam Pacaran diperbolehkan jika sudah menikah dengan pasangan yang sah. “Laki-laki kerja dulu baru menikah, kalau masi kuliah ini harus prinsip aku suka dia sabar aja ya dan kalau sudah bekerja baru tembak.”

Yanwar tambahkan — Hasrat dan perasaan yang terpendam itu memang menyakitkan namun semua itu harus di selesaikan, karna di dalam Islam kita tidak boleh membunuh perasaan karena perasaan itu insting dan naluri. Dan di Psikologi juga dijelaskan bahwa perasaan itu dorongan hormonal tapi jangan paksakan untuk memungkirinya. Biarkan perasaan itu tetap mengalir tapi tidak boleh nembak dan Pacaran, cukup sampaikan dalam hati aku suka dia, sudah cukup.

“Dan di bahasa Singapura pacaran itu artinya bohong. Karena selama pacaran sangat banyak kebohongan yang dilakukan, ketika sudah menikah barulah muncul tabiat buruk aslinya. Tetap tunggu di waktu dan momen yang tepat,jika ingin mendapatkan jodoh yang berkualitas maka harus jadi pribadi yang berkualitas,” tegas Yanwar.

Fadli Rahmadani semester dua pendidikan Agama Islam salah satu peserta yang beruntung mendapat hadiah buku “Jomblo Dirindu Surga” setelah bertanya pada sesi pertanyaan mengatakan senang adanya seminar seperti ini, yang bisa menambah pengetahuan mengenai islami. “Pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul di hati saya jadi terjawab dan kiranya semoga lebih baik kedepannya acara-acara seperti ini.”

Reporter : Tomy Erikson Ginting (Magang)
Editor : Sofiah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *