Mengungkap Proses dan Dampak Dari Investigasi Tempo

Judul Buku : Di Balik Investigasi Tempo 01
Penulis : Toriq Hadad, Budi Setiyarso, Mustafa Silalahi, Rusman Paraqbueq, Stefanus
Pramono, Bagja Hidayat, Philipus Parera
Penyunting : Muhammad Taufiqurohman
Editor Bahasa : Uu Suhardi
Ilustrasi Sampul : Kendra Paramita
Layout : Rudy Asrori
Pengolah Foto : Hindrawan
Penerbit : PT Tempo Inti Media Harian, 2017.
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal Buku : xii + 179 halaman
Ukuran : 14,5 x 21 CM
ISBN : 978-602- 6773-11- 1


Mendengar isu adanya ribuan oknum dokter kongkalikong dengan sebuah 
perusahaan farmasi, yang terduga bersalah melakukan tindakan gratifikasi menyuap para dokter tersebut untuk menjual obat mereka, Tim investigasi Tempo kemudian bergerak turun kelapangan mengungkap fakta. Apakah benar mereka melakukan bisnis yang bernilai total miliyaran tersebut? Dimana pasien menjadi sebagai pihak yang dirugikan dengan membengkaknya biaya pengobatan?

Awal mula liputan ini berawal dari ditemukannya sebuah file microsoft excel dengan judul “Dana KS Jakarta A1 2014”, yang berisikan data ratusan nama oknum dokter dan puluhan rumah sakit yang menerima aliran dana dari sebuah perusahaan Farmasi terkemuka di Indonesia. Kemudian berkembang lagi dengan didapatkannya beberapa file yang memuat total transaksi ribuan dokter dengan oknum perusahaan farmasi tersebut.

Mustafa Silalahi (Redaktur Desk Investigasi) sempat pesimis dari desakan yang dilakukan Wahyu Dhyatmika (Redaktur Eksekutif majalah Tempo). Dimana Wahyu memperingatkan Mustafa agar segera menindaklanjuti dan mempublikasikan kasus besar ini. Cara mengonfirmasi dan memastikan semua nama dokter yang terduga terlibat agar sesuai dengan kode etik jurnalistik, menjadi tembok penghalang bagi Mustafa sehingga berkeras isu ini tidak usah ditindaklanjuti. Ia mengeluhkan butuh waktu yang sangat lama untuk menemui semua para terduga oknum dokter, yang jumlahnya mencapai ribuan ini.

Titik terang mulai didapatkan setelah Redaktur Pelaksana Desk Investigasi saat itu Philipus Parera, berjanji membawa polemik ini ke Dewan Eksekutif Tempo. Tim Investigasi jejak suap dokter pun dibentuk, dimana Mustafa dipercayakan sebagai kepala proyek Investigasinya. Tim liputan ini berisikan tiga orang, yaitu Pramono, Rusman Paraqbueq dan Mustafa Silalahi, bersama-sama mereka bertiga saling berkolaborasi mengungkap fakta dari bobroknya industri farmasi di tanah air ini. Dibantu juga sumbangan bahan dan data informasi dari beberapa orang yang tersebar di sejumlah daerah kota-kota besar Indonesia.

Banyak hal menarik yang dilakukan tim investigasi dalam proses menyingkap kasus ini. Mulai dari berdiskusi dengan beberapa orang mantan medical representative perusahaan Farmasi, para dokter, pejabat di rumah sakit, serta ketua Komite Nasional penyusunan Formularium Nasional waktu itu. Kemudian juga melobi kepada si pembocor berkas tersebut agar ia mau memberikan semua file itu, untuk perkembangan liputan investigasi atas nama perjuangan anti korupsi ini.

Ya, cerita di halaman 35 “Jejak Suap Resep Obat” menjadi bagian diantara rangkuman lima liputan yang sudah di terbitkan Tempo pada edisi-edisi majalahnya terdahulu. Adanya pembahasan “Cerita Di Balik Berita” di setiap babnya, menjadi faktor pembeda buku ini dengan edisi majalah Tempo yang terbit saban minggunya.

Pada singkapan “Cerita Di Balik Berita” di setiap bab buku ini terbagi menjadi dua judul point, proses pengerjaan investigasi di point pertama. Kemudian dampak yang dihasilkan juga perkembangan kasus tersebut di mata hukum atau pemerintah setelah Tempo mengungkap dan mempublikasikannya, tertuang di Point kedua.

Lantas, apakah Tempo sudah sepenuh hati membeberkan semua inovasi dan kolaborasi yang mereka lakukan di balik lima liputan ini ? mari kita bahas.

Rangkuman buku ini berisikan lima bab liputan yang sudah diterbitkan, diantaranya, kasus perbudakan dan pembunuhan awak kapal ilegal asal Indonesia di Taiwan, kasus deretan villa mewah pejabat di puncak Bogor penambah parah banjir di Jakarta, kasus janggalnya kematian seorang arkeolog purbakala Jawa Tengah bernama lambang, dan bab terakhir kasus impor minyak mentah asal Gold Minor yang melibatkan sejumlah direksi Pertamina Indonesia. Termasuk juga jejak suap resep dokter yang sudah di ceritakan tadi sedikit di atas.

Saya mengapresiasi buah kerja keras penyunting dan penulis yang sudah menyusun buku ini dengan cukup baik. Pola tata letak antara gambar dan kalimat yang cukup tepat menimbulkan kesan mendalam selama proses pembacaan. Dari awal, melihat cover depan dengan gambar yang unik, hasil serapan dari setiap makna cerita didalam buku ini menimbulkan rasa ingin tahu saya untuk segera membacanya.

Walaupun tidak ditulis seperti buku panduan yang kalimatnya cenderung kaku dan sistematis, namun berkat susunan kalimat deskripsi yang mengalir pada point proses pengerjaan investigasi, “Cerita Di Balik Berita” pada setiap babnya, cukup memberikan sedikit gambaran kepada pembaca bagaimana Tempo mengawali dan menjalani pengerjaan investigasi yang cukup rumit dan sulit ini.

Secarik kertas kilat berisikan Infografis yang terlipat rapi di setiap babnya, dengan desain grafis yang menarik di tambah rangkuman alur cerita dan kumpulan informasi data dari proses liputan, menjadi salah satu kelebihan dari buku ini.

Dengan melihat infografis tersebut pembaca sudah mendapatkan hampir semua gambaran utuh mengenai informasi yang didapatkan dan disimpulkan. Adanya tambahan beberapa gambar karikatur yang unik di dalam buku juga menimbulkan kesan respek saya kepada tim desain grafis tempo, yang saya nilai cukup kreatif menuangkan makna kasus ke dalam goresan lukisan karikatur.

Nah, apakah buku ini berhasil menjawab tanda tanya dan rasa penasaran saya saat menatap judul didepan, yang menyiratkan proses pengerjaan dan dampak di balik investigasi ?

Jujur, saya cukup menyesalkan tim penyusun buku menulis terlalu ringkas bagian proses pengerjaaan investigasi, pada point “Cerita Di Balik Berita” di setiap babnya. Deskripsi dan alur cerita lebih banyak terfokus kepada pengalaman para jurnalis yang terjun ke lapangan mengambil foto penjelas dan mengonfirmasi kepada para oknum pelaku tersebut. Seperti pada bab ‘Pejabat di puncak, banjir di Jakarta’ dengan judul Point Pengantin di Villa Jendral. Saya tidak menemukan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan, Bagaimana Cahyo Junaedy memperoleh dokumen setebal 200-an halaman terkait kerumunan villa liar di atas lahan konservasi itu ? Kemudian, siapa saja sosok-sosok di balik meja redaksi yang ikut berperan dalam setiap pengolahan liputan investigasi ? apa saja tugas dan perannya ?

Saya tidak mendapatkan jawaban dari sekelumit pertanyaan yang bergelayut di pikiran. Mungkin untuk menghindari sangkaan buku panduan sehingga tim penyusun lebih memfokuskan gambaran cerita tentang jurnalis yang turun kelapangan, dan lika- liku yang dihadapi oleh wartawan selama meliput dan mencari informasi.

Secara tidak langsung juga untuk menjaga eksklusifnya investigasi Tempo dan menjaga privasi sosok-sosok yang membongkar kasus-kasus besar ini, batin saya dalam hati. Padahal, proses pengerjaan yang tertulis itu merupakan wujud nyata dari gambaran judul di cover depan buku ini.

Sebagai pembaca yang ingin tahu, lebih detail bagaimana pengerjaannya. Tulisan yang lebih padat dan berisi tentang proses pembuatannya dibutuhkan lebih banyak tentunya. Ya, tanpa mengesampingkan pentingnya mengetahui perkembangan atau dampak yang didapatkan setelah investigasi Tempo ini terbit.

Tulisan pada point kedua “Cerita Di Balik Berita” yang terpampang lebih dari satu halaman, mengenai dampak yang terjadi setelah terpublikasikan agak pemborosan kertas menurut saya. Seperti pada bagian bab ‘Jejak Suap Dokter’ ini dengan judul Point berujung peraturan menteri, cukup diringkas saja mengenai apa hasil keputusan menteri itu. Meskipun nanti masih ada oknum dokter yang melanggar, setidaknya pembaca sudah mendapatkan gambaran bagaimana seharusnya si dokter melaksanakan kode etiknya. Secara tidak langsung ini menjadi salah satu unsur kekurangan dari buku ini.

Namun untuk hasil liputan yang belum jelas penanangannya di mata hukum dan elit penguasa, seperti di bab ketiga ‘Pejabat di Puncak Banjir di Jakarta’ pada point batal gusur karena lobi, kemudian di bab keempat ‘lambang dalam pusaran mafia purbakala’ pada point penelepon misterius dan kunci 12, dan selanjutnya di bagian point ‘tak ada kasus zatapi di Polisi’ pada bab terakhir, saya setuju dan mendukung penjabarannya lebih mendalam agar pembaca mengetahui becus atau tidaknya pemerintah dan aparat hukum menangani kasus yang sudah di baca khalayak ramai itu. Serta untuk penanganan lebih lanjut kepada jurnalis ataupun masyarakat yang ingin mengusut dan menulis kritis kenapa penanganannya cenderung ogah-ogahan.

Tidak adanya daftar pustaka atau sumber referensi di bagian belakang buku juga menambah lagi sisi kekurangan pada rangkuman karya Jurnalistik Investigasi ini. Nah, dari beberapa point kekurangan yang di dapatkan tadi, saya menyarankan tim penyusun untuk lebih menambah informasi dan gambaran mengenai proses pengerjaan investigasi di setiap bagian point “Cerita Di Balik Berita”. Misalnya nanti Tempo mau menerbitkan edisi revisi dari buku ini ataupun ketika mengerjakan edisi sekuel yang berikutnya.

Pesan yang saya tangkap setelah selesai membaca buku ‘di balik investigasi Tempo 01”, secara tidak langsung tim penulis dan penyunting bertujuan menerbitkan buku ini untuk memberi tahu setiap pribadi yang membaca, bahwa liputan yang dihasilkan tim Investigasi Tempo selama ini tidaklah mudah. Butuh strategi yang jitu, persiapan skenario resiko yang di hadapi, rasa ingin tahu yang besar, tidak mengenal kata menyerah dan rasa takut, konsisten, dan lain sebagainya. Demi menghasilkan maha karya liputan jurnalistik yang berguna bagi kepentingan Masyarakat banyak.

Kesan saya selama membaca buku ini, cukup nyaman saat dibaca. Berkat penulisan yang ringkas dan pemilihan kata bahasa Indonesia yang lugas membuat cerita tak terlalu sulit untuk diserap pikiran. Ditambah dengan pemilihan gambar dan foto barang bukti pola kata mengalir dan penyusunan paragraf yang rapi membuat alur setiap cerita menjadi menarik dan menimbulkan rasa penasaran untuk terus dibaca sampai halaman terakhir. Seolah-olah saya ikut terlibat langsung menjadi bagian dari tim investigasi yang terjun kelapangan. Kemudian, pemilihan kertas yang kekuningan cukup ampuh untuk membuat mata tidak cepat lelah dalam menyelisik kata demi kata yang tertulis.

Kesan setelah membaca, buku ini saya rekomendasikan sebagai daftar bacaan wajib tentunya. Bermanfaat untuk menambah pengetahuan dari segi menyelidiki sebuah kasus yang ditutup-tutupi, mengasah daya analisis, memperkuat sikap kritis dan mengetahui persiapan kerja sama tim untuk tercapainya tujuan bersama.

Membaca buku ini disarankan tidak hanya kepada Pribadi yang berkecimpung di dunia jurnalistik, tetapi juga kepada setiap pribadi yang ingin mengenal lebih dalam proses dan dampak dari sebuah kebenaran yang diungkap.

Selamat membaca.

 

Reporter : Tomi Ericson Ginting (Magang)

Editor : Sofiah

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *