Aliran Listrik Baru, di Kampung Baru.

Aliran Listrik Baru, di Kampung Baru.

Sejak berdirinya—sebelum kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Kampung Baru Dusun III, Desa Pekan Tebih belum dialiri listrik sepenuhnya. Sedangkan listrik merupakan kompenen penting dalam kegiatan sehari-hari bagi 150 rumah di kampung tersebut.

“Selama ini warga memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Listrik menyala hanya dari pukul 17.00 hingga 23.00 Wib. Ditambah lagi, penggunaan PLTD tersebut perlu mengeluarkan biaya yang sangat mahal bagi masyarakat. Sekitar 300.000 sampai 400.000 Rupiah/bulan,” ujar Painan warga Kampung Baru.

Masyarakat beserta tokoh penting Kampung Baru sudah lama melakukan rapat dan mengirim proposal kepada pemerintah Daerah Pasir Pangaraian, agar listrik bisa segera masuk.

“Kami sudah sangat lama menginginkan aliran listrik masuk. Bahkan  tahun 2007 kami sudah pernah mengirimkan proposal kepada pemerintah daerah, tapi belum pernah mendapatkan respon yang baik. Sehingga selama ini kami hanya terus dijanjikan.” Kata Hangtuah selaku Ketua RT Kampung Baru.

Hangtuah katakan, mereka sudah banyak mengirim proposal. Yang terakhir pada pertengahan tahun 2017. Baru mendapatkan respon yang baik akhir 2017 lalu.

“Kami segera mengadakan rapat dengan pemerintah daerah di Pasir Pangaraian dan mereka mengatakan akan segera memasukkan listrik ke daerah kami,” terangnya.

23 April 2018, aliran listrik pun masuk ke Kampung Baru. Meski harus membayar sebesar 2.500.000 Rupiah/rumah. Yang merupakan syarat awal pemasangan kabel, kilometer/Kwh, dan sebagainya. Masyarakat tidak merasa keberatan karena itu setimpal dengan apa yang mereka harapkan.

Mega—warga kampung, mengaku senang semenjak masuknya listrik. Tidak ada batasan untuk pemakaian listrik. Semua pekerjaannya bisa dselesaikan dengan nyaman.

“Saya tidak perlu menumpang untuk mengisi baterai handphone lagi ke desa tetangga. Karena sudah ada listrik, memudahkan kami masyarakat untuk beraktifitas, baik siang maupun malam. Karena sebelumnya, mesin sering rusak sehingga bisa jadi semalaman bahkan lebih kami hanya diterangi dengan lampu teplok,” tutur Hendri.

Mahasiswa yang sudah merantau ke Jakarta sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai duduk dibangku kuliah ini juga katakan, merasa nyaman ketika pulang ke kampung halamannnya. Pada malam hari ia tidak perlu khawatir beraktifitas atau membuat tugas.

Reporter : Yosiatna Amini

Editor : Laras Olivia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *