Memahami Teknik Jurnalistik Lewat DJTD


Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau (UIR) taja Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) ke XXII. Diawali dengan materi Kode Etik dan Elemen Jurnalisme, kegiatan ini berlangsung pada Jum’at hingga Minggu, (20-22/09). Dengan mengusung tema “Independensi Media di Mata Publik” kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Inti Prima Aksara (Inprasa) jalan Arifin Ahmad.

Puput Jumantirawan—Selaku pemateri menjelaskan tulisan jurnalistik berupa straight news, feature dan indepth reporting. Puput juga menyampaikan sebagai wartawan harus menerapkan kode etik jurnalistik seperti tidak menyebutkan identitas korban kejahatan asusila dan harus menutupi identitas narasumber yang tidak ingin dipublish, hal ini disebut off the record.

Selanjutnya, Puput juga menambahkan dalam buku The Elements Of Journalism yang ditulis oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, elemen jurnalisme adalah standar moral bagi wartawan, “Kewajiban jurnalisme adalah kebenaran fungsional yang dapat dibuktikan secara ilmiah”, tuturnya.

Seorang wartawan juga harus bersikap independen, memiliki loyalitas kepada masyarakat dan disiplin verifikasi.
Meri Yindani—Salah satu peserta menanyakan perbedaan antara straight news dan hard news, “Jenisnya sama saja, yang berbeda itu antara straight news dan feature. Feature adalah tulisan yang relevan jika dibaca lima tahun kedepan sedangkan straight news adalah berita yang akan basi dalam satu hari,” ungkap Puput.

Terakhir, Puput menyampaikan hadirnya pers mahasiswa berfungsi untuk mengawasi kekuasaan yang ada di kampus.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Dede Mutiara Taste, S.I.Kom, mengenai Riset, Term of Referens (ToR), dan Wawancara. Tujuannya agar peserta dapat memahami bagaimana etika dan teknik saat melakukan wawancara serta mampu membuat ToR atau kerangka kerja sebelum terjun kelapangan.

Dede juga menjelaskan bahwa penulis dapat mencari data melalui narasumber, buku atau dari media lain. Dalam mencari sebuah fakta, seorang jurnalis harus melakukan proses wawancara, mengamati kejadian, meneliti dan melakukan riset sesuai dengan kaidah jurnalistik.

Pemateri selanjutnya, Laras Olivia menyampaikan materi Sraight News dan Feature. Dalam materinya Laras menjelaskan Straight News memiliki unsur 5W+1H (What, When, Where, Who, Why dan How) dan ditulis secara singkat, padat dan tepat. Straight News seperti piramida terbalik yang menjelaskan unsur penting diawal hingga kurang penting pada akhir berita, Straight News juga harus tepat deadline agar tulisan tidak terkesan basi.

“Bahasa dalam penyampaian berita tidak boleh berbau Click Bait dan provokatif” Ujar Laras.

Sedangkan Feature membutuhkan kepekaan alat indra untuk mendeskripsikan apa yang dilihat, dirasa dan didengar. Bahasa feature juga masih bagian dari Straight News dengan sudut pandang pertama atau sudut pandang orang ketiga, tambah Laras.

“Bisakah tulisan Straight News diubah menjadi Feature?” Tanya Agus Saputra—Peserta DJTD.

Straight News dapat diubah menjadi Feature, perbedaan Straight News dan Feature hanya terletak pada sudut pandang dan Bahasa penyampaianya, ungkap Laras.

Laras juga langsung mempraktikan menulis Feature kepada peserta DJTD, dan tulisan yang mendekati kriteria mendapatkan hadiah buku, dalam hal tersebut ada yang medeskripsikan pengalaman pertama mendaki gunung, ikut aksi demo, keluh kesah terkait kebakaran lahan dan hutan hingga pengalaman menjadi peserta DJTD.

Dilanjut dengan materi mengenai Fotografi Jurnalistik oleh Syamyatmoko, M.Sn. Sama seperti Straight News dan Feature, fotografi jurnalistik juga harus memenuhi unsur 5W+1H. Dalam foto jurnalistik memiliki kategori seperti spot news, general news dan essay.

Moko, begitu sapaan akrabnya menjelaskan, spot news merupakan foto yang bersifat insiden seperti bencana, kerusuhan dan kecelakaan. Sedangkan general news merupakan foto yang sudah dijadwalkan sebelumnya dan essay ialah serangkaian foto yang menggambarkan berbagai aspek dari suatu masalah secara khusus dan mendalam.

Lebih lanjut, Moko mengungkapkan foto jurnalistik merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang mengandung nilai berita melalui media massa. Foto jurnalistik yang baik juga muda dipahami, mengunggah rasa, mampu menyajikan persepsi tertentu dan memuat kandungan estetika.

Untuk menciptakan kualitas dalam foto jurnalistik, harus menguasai teknik dasar fotografi dan tool kamera. Selain itu, membangun keintiman dengan objek dan terus latihan memotret, tutupnya.


Penulis: Gerin Rio Pranata, Fadhli Abdi Rafdi, Yesi Prastyani dan Salmi Mifta Hidayat
Editor: Yenny Elvira

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *