Pelantikan Bersama Hingga Sharing Motivasi


Oleh: Johan Hariwitonang


Hangatnya cahaya matahari pagi membawa saya untuk melihat acara pelantikan Organisasi mahasiswa selingkungan Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Islam Riau (UIR). Pohon-pohon rindang membayangi perjalanan membuat teduh suasana pagi itu.

Sebelum memasuki ruangan Aula Gedung B Faperta ada beberapa papan bunga berbaris di halaman parkiran, bertuliskan selamat atas akan dilantiknya organisasi mahasiswa se-lingkungan Faperta tersebut. Mahasiswa yang memakai pakaian hitam dan putih sibuk mengenakan jaket almamater dan baju himpunannya masing-masing, hijau dan biru, pakaian para mahasiswa yang siap untuk dilantik pagi itu.

Kamis (27/2) Pelantikan dilangsungkan. Acara dimulai sekitar pukul 08.20 WIB, dibuka oleh Dekan Faperta Dr. Ir. Ujang Paman Ismail, M.Agr. Pelantikan Faperta dipanggil secara berurutan, mulai dari Dewan Mahasiswa (Dema), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Kreatif, Forum Study Islam (FSI) Al-Izzah, Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himagris), Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Himagrotek) dan Himpunan Mahasiswa Perikanan (Himapikan).

Rian Irawan—Ketua Panitia Pemilihan Raya Mahasiswa (PPRM) Faperta mengatakan seharusnya pelantikan ini dilaksanakan setelah libur semester ganjil, diawal bulan Februari. Namun karena beberapa hal akhirnya dilaksanakan 27 Februari ini.

“Diundur karena pihak dekanat ingin menggabungkan acara pelantikan organisasi selingkungan Faperta, sekaligus diadakan sharing motivasi dari mahasiswa yang telah melakukan program pertukaran pelajar di Universitas Saga, Jepang” jawabnya.

Ada satu UKM yang tidak dilantik pada kesempatan ini, yaitu dari Mapala Impal Pandaweseta,

“ada salah satu pengurus mereka yang menganggap di Daula Mahasiswa mereka setara dengan BEM dan UKM lain, tidak seharunya pelantikan digabungkan sekaligus dengan Himpunan-himpunan yang ada,” tambahnya.

Ditanya mengenai apakah Mapala ini akan dilantik atau tidak, ia mengatakan biasanya keputusan akan ditentukan setelah Musyawarah Besar (Mubes) mereka nantinya.

Setelah Pelantikan serentak, dilanjutkan dengan sesi “Sharing Motivation” dari Rizky Amelia—Alumnus Saga University Program for Academic Exchange (SPACE) dari Fakultas Ekonomi UIR, yang mengikuti program ini pada tahun 2016 silam dan sekarang ia sedang menempuh program master di Jepang pada universitas yang sama.

Rizky bercerita banyak tentang pengalamannya selama mengikuti program pertukaran pelajar di sana, juga berbagi mengenai apa saja persyaratan yang harus dilengkapi mahasiswa untuk mengikuti progam ini, seperti skor Test of English as a Foreign Languange (TOEFL) atau International English Languange Testing System (IELTS) dan paspor.  Banyak beasiswa lainnya yang juga ditawarkan, mahasiswa juga bisa mengambil part time Job jika biaya kehidupan selama disana kurang, ujarnya.

“Lab untuk setiap mahasiswa penelitian tersendiri disediakan, perkenalan budaya dari masing-masing negara peserta juga diunjuk gigikan. Jadi yang penting ketika kita pergi untuk exchange setidaknya harus memiliki bakat, sehingga bisa menunjukkan identitas kita kepada teman-teman dari negara lain” jelasnya

Ia mengatakan untuk setiap bulannya di sana juga mengadakan event yang dilaksanakan oleh Saga University, dari bulan Mei-Juni kegiatan Kashima Gatalympics, Gata berarti “lumpur” dan Olimpics berarti “perlombaan”, disini mahasiswa dari berbagai negara berbaur dengan masyarakat, memainkan berbagai jenis olahraga seperti bermain bola kaki, lomba lari, permainan tradisional, atau berlomba menangkap ikan di lumpur untuk memenangkan berbagai hadiah

Di bulan Agustus ada Sakae no Kuni Festival (Summer Festival in Saga City) dimana orang-orang ke jalan menari tarian daerah dengan mengenakan kimono yang khas. Pada bulan November ada Event Ballon Fiesta, yang merupakan kompetisi balon udara internasional terbesar di Jepang dan masih banyak kegiatan-kegiatan lainnya.

Para peserta di ruangan dibuat kagum dengan video terakhir tentang festival balon viesta yang diputar Rizky. Sebelum menutup presentasinya, ia juga mengatakan, mahasiswa yang exchange pada saat Strata Satu (S1) biasanya dia akan kembali lagi ke Jepang untuk melanjutkan studinya karena atmosfer di Jepang yang nyaman dan teman-teman yang ramah.

Septia Veronica—Sekretaris Umum BEM Faperta bertanya tentang perbedaan sistem pemasaran produk pertanian antara Indonesia dengan Jepang, manakah yang lebih unggul.

Rizky menjawab bahwa kedua negara mempunyai sistem pemasaran yang bagus, dia melihat Indonesia lebih unggul di bidang e-commerce, namun pembungkusan produk pertanian lebih unggul Jepang daripada Indonesia. Mereka sangat mempertimbangkan terjaganya kesegaran produk sampai ke tangan konsumen. Pembungkus sayur disesuaikan, untuk yang tahan terhadap panas, dan inovasi lain untuk menjaga kualitas sayuran lebih baik lagi. Berbeda dengan Indonesia yang kebanyakan hanya dibungkus dengan plastik biasa saja

“Apakah ke Jepang harus bisa bahasa Jepang dahulu dan bagaimana program Asrama di Saga University”  pertanyaan dari Desi Guinanda Br. Ginting—Mahasiswi Agribisnis

            “Sebelumnya  saya pergi ke sana belum bisa bahasa jepang, bahasa inggris pun masih jelek, mau tidak mau kita harus bisa belajar bahasa jepang di sana. Untuk mahasiswa exchange, satu tahun pertama masih bisa di asrama dan mendapatkan kursus bahasa jepang secara gratis, setelah itu bisa mencari tempat tinggal lain di sekitar kampus, menyewa rumah atau Gaijin house” tutup Rizky.


Editor: Intan Salfitri


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *