BEM Fakultas Hukum Taja Seminar Motivasi Berbasis ESQ

Ary Ginanjar Agustian lewat bukunya Emotional Spiritual Quostient (ESQ)—Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual, menjelaskan, ESQ merupakan gabungan EQ dan SQ, yaitu penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual.

Dalam bukunya, Ary menerangkan bahwa EQ mencakup kesanggupan seseorang untuk mengendalikan hati dan emosi. Artinya, tak melebih-lebihkan kesenangan, mampu mengatur suasana hati, menjaga beban stress agar tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa.

Sedangkan, SQ merupakan kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.

Menurutnya, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadikan individu kreatif ketika dihadapkan pada masalah pribadi dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati.

Di mana hal tersebut sangat berfungsi untuk memelihara hubungan dengan baik, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Sehingga hal ini dapat menjadikan orang berkepribadian lebih baik.

Terkait dengan itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum adakan seminar motivasi berbasis Emotional Spiritual Quostient (ESQ) yang mengangkat tema Produktifitas, Inovatif, Edukatif dan Kreatif atau disingkat Pintar, di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Islam Riau, Sabtu (27/02).

Dalam pemaparannya, Dasuki SH, MH—Perwakilan PKPU, menyinggung masalah pergaulan bebas dan menyimpang. Tidak hanya itu, ia juga jelaskan mengenai bagaimana cara menjadi pelopor kesuksesan. “Untuk jadi mahasiswa yang kreatif dan produktif, mahasiswa harus pelajari lima strategi dalam manajemen: planning (perencanaan), organizing (menyusun ), actuating (pelaksanaan), kontroling (mengontrol) dan evaluating (evaluasi). Hidup itu pilihan, terserah mahasiswa mau jadi apa,” ungkapnya.

Di tengah-tengah pemaparan materinya, Dasuki memutarkan beberapa video memotivasi. Salah satunya, video mengenai anak yang melampiaskan luapan emosinya melalui break dance. “Anak ini banyak masalah, di keluarga maupun di sekolah. Namun, ia meluapkan emosinya lewat break dance, dan itu sangat positif. Seharusnya mahasiswa seperti ini, tidak meluapkannya melalui pergaulan bebas dan menyimpang.” Katanya.

Ketua BEM Fakultas Hukum—Dwi Agus Putra mengatakan, seminar ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling menghargai dan menghilangkan tindakan kriminalitas. “Jadi kami dari pihak internal—BEM, ingin membimbing mahasiswa semester bawah dengan cara memotivasi mereka lewat seminar seperti ini. Hakikatnya, orang yang buruk sekalipun kalau kita dekati dengan kasih sayang dan menghormatinya, pasti akan baik juga.” Jelasnya.

“Seminar ini juga berguna untuk mengajari kita bagaimana menilaian orang, tidak hanya secara akademis tapi juga pada sikapnya— yang lebih produktif dan kreatif.” Terang Alda Garlint—Ketua Pelaksana.

Menurut Mifta Hulkhaini—peserta, seminar tersebut sangat bermanfaat, memotivasi, dan menghiburnya. “Seminar motivasi seperti ini harus diadakan lagi, karena bagus dan mendidik.” Tuturnya. (Reporter: Venny Rahmayani)

Editor: Dede Mutiara Yaste

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *