Talkshow Budaya Literasi Pada PJTLN LIMA Makassar

Menumbuhkan budaya membaca dan menulis tentunya perlu waktu yang tidak singkat. Apalagi dalam kelompok masyarakat yang sama sekali belum mengecap kebiasaan untuk membaca dan menulis, tentunya akan melalui proses yang tidak cepat. Literasi berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Berangkat dari persoalan, terciptalah budaya literasi yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan seseorang dalam berfikir melalui proses membaca dan menulis.

Dalam Talkshow Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) yang ditaja UKM LIMA UIN ALAUDDIN Makassar dengan Tema “Budaya Literasi Kita”, Senin (10/10), dikatakan oleh Alwi Rachman— Penulis dan Dosen Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin bahwa, literasi dibagi dalam 4 cakrawala, yang pertama literasi sebagai sebuah aksi, literasi tutur, literasi terhadap kaum muda, dan literasi dengan ingatan. Menurutnya, isi dari suatu ingatan merupakan literasi. Apabila kita tidak membaca ulang suatu hal yang telah dialami dan tidak menuliskannya, maka kita akan menjadi manusia tanpa ingatan.

Alwi beranggapan, saat ini kaum muda maupun mahasiswa lebih sering melakukan orasi, pemberontakan, perkelahian antar sesama. Hal itu merupakan akibat dari kurangnya budaya literasi dalam hidupnya. Lebih banyak omong kosong karena tidak pernah membaca. Padahal kaum muda adalah para penggerak yang dapat membangun peradaban manusia.

“Ketika anda membaca, anda akan dengan mudah menulis. Membaca dan menulis adalah 2 hal yang tak bisa dipisahkan, itulah yang disebut dengan literasi”, ujar Sabri Ar, Penulis tetap kolom Harian Fajar. Sabri Ar menegaskan bahwa dalam membangun budaya literasi, harus ada kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk melakukan gerakan dan kebiasaan membaca dan menulis.

Reporter : Mulya Jamiel
Eitor : Laras Olivia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *