Peran Mahasiswa Untuk Pertanian Berkelanjutan di Masa Mendatang

Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Himagrotek) UIR adakan seminar nasional di Fakultas Pertanian UIR pada Kamis, (28/02). Tema Seminar Nasional ini adalah “Peran Mahasiswa Dalam Rangka Optimalisasi Pengembangan Petani Lokal Untuk Mewujudkan Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia Pada Tahun 2045”. Acara ini dihadidri oleh civitas akademisi Fakultas Pertanian, mahasiswa, tamu undangan dari universitas lain, serta masyarakat umum.

Ada 4 pembicara utama pada seminar tersebut, yakni Hari Siyanto (Tenaga Ahli DPRD Komisi II Provinsi Riau), Dr. Ir. Edy Sabli, M.Si (Dosen Ilmu Lingkungan), Dr. Ir. Ujang Paman, M.Agr (Dekan Fakultas Pertanian UIR), dan Drs. Abdul Gafar Usman, MM ( DPD RI). Sedangkan Dr. Azharuddin, SP, M.Sc (Dosen Agribisnis UIR) bertugas sebagai moderator diskusi.

Dr. Fathurrahman, M.Sc (Wakil Dekan III Fakultas Pertanian) membuka kegiatan tersebut dengan harapan kajian-kajian ilmiah terus dapat dilakukan, dan harus punya dampak kepada masyarakat.

Hari Siyanto menjadi pembicara pertama, ia membuka penyajian dengan kalimat “Orang pintar belum tentu bisa nulis”. Kemudian, ia jelaskan bahwa hal pertama bagi seorang mahasiswa haruslah menulis. Jika sudah bisa menulis, barulah dikatakan pintar.

Ia membahas topik seputar usaha tani dan industrialisasi produk pertanian. Dalam penyampaiannya, ia katakan bahwa sistem pertanian di Riau itu tidak fokus pada aspek tertentu. Seharusnya difokuskan pada aspek tertentu, misalnya pembibitan, pembudidayaan, dan pengolahan pasca-panen.

Hari juga paparkan beberapa permasalahan pertanian di Riau, yaitu alih fungsi lahan meningkat tiap tahunnya, produksivitas tanaman pangan rendah, pemanfaatan lahan rendah, penurunan produksi tanaman hortikultura, potensi sumber daya alam semakin menurun, dan rendahnya kualitas produk pertanian.

Edy Sabli, sebagai pembicara kedua, mengulas peranan mahasiswa dalam pertanian berkelanjutan. Ia jelaskan bahwa di masa depan, kebutuhan pangan akan terus meningkat, berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi. Tapi, produksivitas pangan di Riau tak akan bisa mencukupi, karena Riau hanya sanggup memenuhi 30% dari kebutuhan itu. Mahasiswa harus punya cara agar generasinya tetap eksis hingga ke depan.

Untuk itu, ia memberikan isu-isu strategis yang harus diperhatikan. Pertama, kecukupan produksi tanaman pangan harus dikontrol. Kedua, daya saing produksivitas pangan harus ditingkatkan. Ketiga, diversifikasi pangan harus dilakukan. Keempat, para petani harus disejahterakan.

Edy juga menyentil keadaan dunia pertanian di Indonesia saat ini. Ia membandingkan dengan dunia pertanian di negara maju, Jepang. Katanya, perhatian pemerintah Jepang tinggi terhadap sistem pertanian. Kemudian, harga produk-produk pertanian terkontrol. Juga, tekhnologi yang digunakan dalam bidang pertanian sudah sangat meringankan beban kerja petani, sudah sangat canggih. Dan terakhir negara Jepang memiliki etos kerja yang tinggi.

Kemudian, Ujang Paman sebagai pembicara ketiga memaparkan sistem pertanian Smart Farming. Smart Farming adalah salah satu sistem pertanian berkelanjutan, yaitu ramah lingkungan dan memanfaatkan alam sekitar dengan seoptimal mungkin.

Smart Farming memiliki beberapa keunggulan seperti meningkatkan efisiensi produksi, perbaikan kualitas produksi, penggunaan bahan kimiawi yang efisien, serta perlindungan terhadap lingkungan.

Terakhir, Abdul Gafar Usman menutupi materi seminar dengan 4 elemen yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa, yaitu pergaulan, pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan.

Ryan Saputra selaku penanggung jawab kegiatan, mengatakan ingin mengembangan minat dan bakat mahasiswa dalam menghadapi peran petani lokal untuk mewujudkan indonesia sebagai lumbung pangan dunia, sehingga bisa menciptakan ide-ide baru.


Penulis: Ardian Pratama

Einil Rizar turut berkontribusi untuk tulisan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *