Sejarah AKLaMASI Adalah Sejarah Koran Kampus UIR


Penulis: Mesy Azmiza Azhar


“Jangan sesekali lupakan sejarah!”—Soekarno, 17 Agustus 1966.

Kutipan tersebut disampaikan oleh salah satu pendiri AKLaMASI—Zainul Ikhwan—untuk mengawali kenal Alumni AKLaMASI dalam DJTD (Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut) XXII, Jumat (20/9). Zainul bercerita soal sejarah berdirinya AKLaMASI dan hal apa saja yang penting diketahui untuk menjadi bagian dari AKLaMASI.

Zainul memulai cerita sejarah panjang pembentukan AKLaMASI dari majalah dinding Fakultas Pertanian (FP) pada 1991. Saat itu, Zainul sebagai Pemimpin Redaksi sekaligus Pimpinan Umum di Tabloid AKLaMASI tahun 1993.

AKLaMASI berawal dari koran “Swara Mahasiswa” di Fakultas Pertanian. Kemudian, berubah nama menjadi “Suara Mahasiswa” pada tahun 1993. Karena sudah menjadi koran Universitas dengan lingkup yang lebih besar. Tapi, nama “Suara Mahasiswa” telah digunakan oleh Universitas Indonesia sebagai koran kampusnya. Maka, koran kampus Universitas Islam Riau harus merubah namanya kembali. Sehingga pengurus saat itu mencari-cari nama untuk merubahnya . Sudah terkumpul banyak nama dari seluruh anggota, pengurus dan pihak kampus, namun tidak juga menemukan titik temu nama baru untuk koran kampus UIR saat itu.

Melalui celetukan salah satu pengurus kala itu, ditengah-tengah sibuknya majalah harus segera dicetak, maka dipilihlah nama AKLaMASI yang menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti pernyataan setuju secara lisan dari seluruh peserta rapat dan sebagainya terhadap suatu usul tanpa melalui pemungutan suara. 

“Padahal saat itu tidak ada niatan pakai itu, kami niatnya cuma bercanda saja” ucap Iwan.

Berawal dari bercandaan pengurus, akhirnya nama AKLaMASI yang menjadi akhir dari penamaan media mahasiswa UIR untuk menggantikan Suara Mahasiswa hingga saat ini.

Dalam penulisan AKLaMASI di tulis dengan huruf besar dengan satu huruf “a” kecil setelah L. saat itu peserta diminta Iwan untuk fokus pada tulisan “La” yang diambil dari bahasa Prancis yang berarti “telah”. Maka AKLaMASI berarti telah medapat persetujuan.

AKLaMASI lahir dengan melalui banyak proses sejarah, tidak lahir begitu saja seperti sekarang ini, Sampai sekarang 26 tahun, di zaman teknologi ini AKLaMASI mencoba membuat revolusi. Dapat di lihat AKLaMASI sekarang telah memiliki majalah cetak, memiliki akun youtubeserta web untuk berita online. 

“AKLaMASI lahir dari ke kreatifitas mahasiswa saat itu, dengan perjuangan sendiri,” ujar Iwan.

Terakhir Iwan menyampaikan kepada seluruh peserta bahwa menulis itu harus seperti bercerita, “Apa yang dilihat, didengar dan rasakan jangan pernah tinggalkan. Agar namanya gak hanya di batu nisan saja, maka menulislah,” tutup Iwan.

Aklamasi Lahir Karena Mimpi

Zainul melontarkan sebuah tantangan kepada peserta diklat, “Sebutkan 5 mimpi dalam 10 kata dan mengapa masuk AKLaMASI?”

Ada 8 orang peserta yang bersedia untuk tampil menyampaikan pendapatnya di hadapan para peserta lainnya. Mereka kemudian diminta untuk menjelaskan mimpi-mimpi yang telah mereka tulis. Zainul mencoba melatih peserta untuk berani tampil di muka umum.

Satu orang peserta mencuri perhatian Iwan dengan satu impiannya ingin menjadi Seven Summits—Tujuh Puncak Tertinggi Dunia. Ketika ditanya mengenai mimpinya, jawaban Agus Saputra, peserta delegasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik Fakultas Hukum (FH), “Karena wartawan itu hidup dimana-mana termasuk di gunung” ujarnya diikuti gelak tawa peserta lain. 

Iwan berkata bahwa esensi yang ingin disampaikan adalah untuk melihat kecekatan peserta dalam memutuskan pilihan. Karena menurutnya jurnalis itu harus cepat, “Kalau ada kebakaran dan kita belum mandi, wartawan tidak akan mandi dulu,” kata Iwan.


Editor: Ardian Pratama
Foto: Syalwa Niroha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *