Perempuan Krisis Self Confidence
Oleh : Windy Tahnia
Di ruang publik, sebagai wanita kita sering dihadapkan pada situasi dan kondisi yang membuat kita merasa khawatir dan gelisah karena suatu hal. Hal tersebut biasanya dipicu karena kita dituntut untuk melakukan sebuah komunikasi di hadapan semua orang.
Misalnya ketika kita dituntut untuk presentasi di depan teman-teman dan dosen kita akan merasa sakit perut, berkeringat, kemudian gemetar. Kita juga akan nerveousketika menghadapi sidang skripsi, kita akan menjadi gagap ketika penguji melontarkan sebuah pertanyaan yang padahal kita paham betul jawabannya, atau kita akan menjadi takut ketika ditunjuk untuk mengutarakan pendapat kita ketika sedang meeting.
Kekhawatiran dan kegelisahan kita untuk berbicara di depan orang banyak ialah karena tidak memiliki rasa percaya diri atau bisa disebut denga “pede”. Kita ragu dengan kemampuan kita sendiri sehingga cenderung untuk meremehkan kualitas pengetahuan yang dimiliki. Perasaan takut salah dan khawati ditertawakan atau keinginan untuk menjadi sosok yang sempurna seringkali menjadi sebuah hambatan untuk menunjukan kualitas diri kita.
Menurut Sigmun Fred seorang ahli psikologi mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu tingkatan rasa sugesti yang berkembang dalam diri seseorang sehingga merasa yakin dalam melakukan sesuatu. Percaya diri merupakan modal utama dalam beraktifitas, karena kurangnya rasa percaya diri akan membuat seseorang menutup diri atau mengasingkan diri.
Berdasarkan hasil kajian oleh Kementrian Pemberdaya Perempun dan Perlindungan Anak (KPPPA). Di Indonesia rasa percaya diri terhadap anak-anak masih tergolong rendah. Sekitar 56 % di dominiasi oleh anak perempuan. Budaya Indonesia yang masih menganggap anak perempuan tidak boleh melakukan aktifitas di luar terlalu banyak dan mungkin menjadi salah satu penyebabnya.
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas akan terlihat biasa-biasa saja ketika rasa percaya dirinya hilang.Sebaliknya, seseorang yang memiliki pengetahuan biasa-biasa saja namun di dukung dengan self confidence yang tinggi akan terlihat menjadi sosok yang luar biasa dan menarik.
Tingkat kepercayaan terhadap diri sendiri menjadi penting dalam kehidupam sebagai basic untuk menunjukkan potensi diri. Ketika pengetahuan dan kemampuan memadai setara dengan kepercayaan diri yang baik maka akan membawa pengaruh dan perubahan yang positif. Segala konsep brilian dan ide-ide kreatif akan mudah untuk ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang nyata.
Masalahnya rasa percaya diri selalu menjadi isu populer yang dialami oleh banyak orang. Entah itu dalam berbicara di ruang publik, berkomunikasi dengan orang baru, atau berhubungan dengan pekerjaan yang akan digeluti. Rasa percaya diri menjadi modal yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengetahui tingkatan percaya diri seseorang dapat diketahui dari kecenderungan diri merasa tidak aman, tidak bebas, ragu-ragu, membuang waktu dalam mengambil keputusan, rendah diri, kurang cerdas atau cenderung menyalahkan lingkungan sebagai penyebab suatu masalah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi self confidence. Salah satunya ialah penampilan fisik. Penampilan fisik erat hubungannya dengan gambaran dan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya. Gambaran dan persepsi ini disebut dengan body image. Body image adalah gambaran mengenai bentuk tubuhnya sendiri dalam pikiran seseorang.
Krisis kepercayaan diri karena bentuk tubuh banyak dialami oleh perempuan di seluruh dunia. Pada tahun 2016 Dove (merek dari produk shampo)melakukan sebuah survei The Dove Global Beauty and Confidence Report kepada perempuan berusia 10 hingga 60 tahun di 13 negara dengan total 10.500 responden. Survei tersebut menunjukksn 89% perempuan Australia masih sangat tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya.
Afrika Selatan menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan perempuan yang merasa percaya diri dan bisa menerima bentuk tubuh mereka. Berikut daftar 13 negara yang masuk dalam penelitian :
Daftar negara dengan tingkat kepercayaan diri perempuan yang tinggi; Afrika Selatan: 64%,Rusia: 45%, Turki: 42%,India: 40%,China: 37%,Meksiko: 36%,Jerman: 34%,Brasil: 27%,Amerika Serikat: 24%,Kanada: 22%,Australia: 20%,Inggris: 20%,Jepang: 8%.
Sebuah penelitian baru menyatakan jika tingkat kepercayaan diri antara perempuan dan laki-laki tidak ditentukan secara biologis. Rasa percaya diri mereka setara jika ditempatkan pada keadaan yang sesuai. Hal ini dibuktikan oleh Australian Gender Equality Council (AGEC) yang telah melakukan survei terhadap 10 ribu anak perempuan dan laki-laki pada sekolah khusus satu gender di Queensland, Australia.
Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa kepercayaan diri anak perempuan cenderung lebih rendah dibanding anak laki-laki dari sekitar usia sembilan tahun. Tetapi, penelitian AGEC tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam kepercayaan diri di antara mereka ketika menginjak usia 12-18 tahun saat berada di sekolah menengah.
Hal itu membuktikan bahwa kepercayaan diri perempuan dan laki-laki, baik di usia anak-anak atau dewasa yang sudah bekerja tidak bersifat biologis atau alami. Studi dari AGEC menegaskan jika kita menciptakan situasi yang tepat untuk para perempuan muda, perbedaannya sama sekali tidak akan terlihat.
“Tidak ada bukti apa pun yang mendukung bahwa ada perbedaan biologis (dalam keyakinan atau kepercayaan diri). Masalah-masalah (yang menyangkut kepercayaan diri) yang sering dihadapi di tempat kerja justru memiliki korelasi langsung dengan cara kita bersosialisasi saat berada di sekolah dan di rumah,” ungkap Terry Fitzsimmons dari Pusat AIBE untuk Kesetaraan Gender.
Fitzsimmons juga menyatakan jika penelitian ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat agar lingkungan tidak memberikan atau memperluas stigma bahwa kepercayaan diri antara laki-laki dan perempuan itu berbeda.
“Kami pikir ini adalah studi pertama dari penelitian serupa yang bertujuan untuk memberi tahu jika tidak ada celah atau gap diantara mereka,” ungkapnya.
Selain itu, penelitian ini juga tidak mengatakan bahwa sekolah satu gender dianggap lebih bermanfaat bagi anak-anak perempuan daripada sekolah pada umumnya. Fitzsimmons mengatakan, jika kepercayaan perempuan yang sekolah di sekolah satu gender dapat meningkat karena kemungkinan mereka melihat anak perempuan lain yang memimpin.
Self Confidence dapat diibaratnya sebagai pondasi untuk membangun sebuah rumah megah yang mesti dibangun secara bertahap. Kepercayaan diri juga dipengaruhi oleh seberapa baik asuhan dari orang tua kepada anak-anaknya. Memasuki masa anak-anak sampai remaja merupakan periode emas pertumbuhan seseorang. Apabila kepercayaan dirinya dibangun dengan baik sejak dini akan menumbuhkan sosok yangself confidence.
Penguasaan diri terhadap suatu pengetahuan juga berperan penting dalam meningkatkan kepercayaan diri. Pengetahuan yang dimiliki cukup menjadi bukti konkrit terhadap kualitas yang dimiliki. Semakin menguasi suatu bidang tertentu, maka kepercayaan diri terhadap bidang tersebut akan semakin tinggi.
Memaksa kita untuk bertindak ialah salah satu caranya. Terkadang situasi dan kondisi yang mendesak akan menuntut kita untuk menjadi seseorang yang mampu bertindak. Kita akan menjadi pribadi yang terus bertumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Sehingga self confidence akan terus terpupuk seiring berjalannya waktu.
Kepercayaan diri dapat dipupuk dan dipelajari, tergantung seberapa konsisten kita mengasanya. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkannya. Tetapi sebagian orang mengira kepercayaan diri adalah hal yang tidak bisa dipelajari. Kita menganggap kepercayaan diri berasal dari takdir, sehingga membuat kita malas untuk mengembangkan dan melatihnya.
Nah, ini adalah beberapa latihan yang dapat membangun dan mempertahankan rasa percaya diri kita
- Berpikir bahwa percaya diri adalah suatu yang alami ada dalam diri kita
- Menjadi diri sendiri dan tidak berusaha untuk menyenangkan semua orang
- Memikirkan hal-hal apa saya yang inginada pada diri kita
- Mengubah keraguan dengan kata-kata yang positif
- Mengingat masa-masa ketika kita berhasil karena sebuah rasa percaya diri
- Mengasah kemampuan berpikir
- Berhenti membandingkan diri dengan orang lain
- Meyakini pengetahuan yang kita tau karena kita paham dengan informasi-informasi yang terkandung di dalamnya
- Menetapkan nilai-nilai yang tepat untuk diri kita
Editor : Intan Salfitri