Memotret Isu Sosial Lewat Film


Penulis: Ludiana Mubarikah Surayya


Dalam upaya mendukung minat bakat serta kreativitas mahasiswa terutama di bidang perfilman, Media mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau (UIR) mengadakan screening film Sinema Suara Mahasiswa yang menayangkan tiga film pendek karya sineas muda Pekanbaru. Salah satu film yang ditayangkan merupakan hasil kolaborasi AKLaMASI dengan CNO Production dan Kumpul Sinema Pekanbaru.

Kegiatan yang bertajuk “Memotret Isu Sosial Lewat Film” ini dilaksanakan pada sabtu malam (3/9) di Gedung Dewan Kesenian Riau, Pekanbaru. Dibuka untuk umum, screening film ini berlangsung sejak pukul 20.00 WIB hingga 23.20 WIB.

For Yuri, film yang diproduksi CNO Production pada tahun 2021 menjadi film pertama yang ditayangkan. Film ini secara khusus mengangkat isu sosial tentang pelanggaran hak perempuan serta maraknya perbuatan yang semena-mena terhadap perempuan.

Galang Andjava, sutradara film For Yuri menjelaskan yang ingin ia sisipkan pada karakter yang dibangun.

“Saya ingin menyampaikan bahwa perempuan mempunyai harkat martabatnya tersendiri, serta kesucian dari dalam batinnya. Dalam Film ini, saya menunjukan kalau perempuan memiliki kekuatan. Mereka bisa melakukan apapun semau mereka bahkan membunuh, jika suatu hal menodai dirinya” jelas Galang.

Selanjutnya film pendek yang diproduksi Bla Studio, Emotional Delusions And Tragedies That The Drive Me Crazy disutradarai oleh Akmal Palah.

Mengangkat isu sosial tentang kekerasan seksual pada perempuan. Aryandika Firmansyah, selaku Director of Photography (DOP) atau Sinematografer film ini menjelaskan secara garis besar makna film.

“Film ini mengangkat isu sosial tentang kekerasan seksual, yang masih sering terjadi di lingkungan masyarakat. Seperti catcalling, yang justru dianggap lumrah. Sutradara sebenarnya ingin menyampaikan makna dari masalah isu sosial terhadap perempuan ini secara universal,” kata Arya.

Terakhir ialah penayangan film hasil kolaborasi AKLaMASI dengan CNO Production dan Kumpul Sinema Pekanbaru, Dokumen Konotasi yang disutradarai oleh Danu Harry Pratama.

Dokumen Konotasi berlatar suasana kemerdekaan. Film fiksi yang dikemas dalam bentuk film dokumenter ini berkisah tentang dua kru magang Media Mahasiswa AKLaMASI, bernama Agus dan Surya. Dalam cerita, mereka ditugaskan untuk mewawancarai pendapat mahasiswa tentang makna kemerdekaan.

Akan tetapi Agus dan Surya justru mendapati pandangan lain tentang makna kemerdekaan dari seorang petani. Hal itu membuat Agus dan Surya nekat mewawancarai orang-orang yang tidak termasuk dalam kriteria narasumber yang ditugaskan. Agus dan Surya harus bisa menyampaikan suara-suara mereka yang terabaikan.

Danu mengatakan, tercetusnya ide film Dokumen Konotasi bermula dari dirinya yang mendapati beragam komentar pada sebuah unggahan di Instagram. Makna merdeka ternyata menjadi perdebatan tak berujung antar netizen di kolom komentar.

“Dalam film ini, saya ingin memvisualisasikan tentang makna kemerdekaan yang berbeda dari berbagai perspektif orang-orang. Benarkah kita sudah merdeka?” kata Danu.

Kegiatan screening film ini ditutup dengan kemeriahan penampilan Bie Kiboe, seniman asal Pekanbaru yang menyanyikan beberapa lagu khasnya, Tersenyumlah Rimbang Baling dan Pekanbaru Kota Rindu.


Foto: Dian Rahma Sari

Editor: Rahmat Amin Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *