Hilangnya Tokoh Teladan

apit

M Afith Abdallah
Mahasiswa semester 7, Bahasa Inggris FKIP UIR

Berikan saya 1000 orang tua, akan saya cabut semeru dari akarnya.
Berikan saya 10 orang pemuda, maka akan saya guncang dunia.

Kira-kira seperti itulah yang dikatakan oleh proklamator republik ini. Lantang, tegas dan membakar semangat di jiwa. Dari kata-katanya lah bangsa ini bergegas dan bersatu untuk menggulung kolonial,  serta menggelar kemerdekaan yang sangat dinanti  semua rakyat.

Saya fikir, bangsa ini pun memimpikan  sosok pemimpin seperti itu. Ia mampu menjadi pemimpin,  ditengah  pertempuran  melanda kala itu , ia mampu menjadi seorang guru, ditengah sembilan puluh lima persen rakyatnya yang  buta huruf.  Serta ia mampu, menjadi  motivator sekaligus tokoh  teladan bagi bangsa ini  akibat penjajahan.

Saat ini kita kehilangan sosok teladan serta motivator bangsa. Hilangnya sosok Bung Karno dan Bung Hatta menjadikan bangsa ini seperti kapal yang tak tahu arah. Hilangnya peran dari  tokoh  dan motivator seperti mereka membuat peran pemuda  saat ini jalan ditempat.

Yang kita inginkan adalah seorang tokoh teladan

Sore itu awan begitu gelap, sebentar lagi hujan akan turun. Saya bergegas, menyelesaikan pekerjaan saya membersihkan halaman. Saat itu juga segerombolan remaja dengan mengendarai motor  memakai knalpot besar  yang memekakkan telinga itu, melintas di depan rumah. Kemana mereka disaat langit semakin gelap?  Saya tak ingin membuat kesimpulan, kalau mereka  tak  terdidik, nyatanya,  mereka masih memakai celana sekolah, sandal jepit dan baju kaus.

Itulah, sedikit gambaran kehidupan remaja bangsa ini, banyak menghabiskan waktu diluar rumah dengan percuma.  Remaja saat ini lebih menggemari mengisi waktu luang dengan bermain, ugal-ugalan di jalanan, sehingga membuat resah pengguna jalan,  ataupun sekedar nongkrong  di mall.

Apakah ini salah satu bentuk kegagalan orangtua dalam mendidik anak-anaknya? Saya katakan tidak!

Risau, itu yang dirasakan para orangtua melihat anak-anak mereka yang tak lagi menghormati orangtuanya. Apalagi mengidolainya sebagai figur teladan dalam kehidupan.  lebih riasunya lagi, ketika mereka tak tahu siapa sesungguhnya  yang harus mereka ikuti, sehingga menjadikan orang lain atau tokoh luar yang tak sepantasnya dijadikan panutan, mereka jadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Dicontoh karena lebih sering tampil di depan publik. Dengan passion gelamor yang berwawasan dangkal,  mereka terjebak dalam pola hidup serba dangkal, serba instan dan akhirnya tak satupun prestasi yang bisa dibanggakan untuk Republik ini.

Maka jangan salahkan apabila mereka tersesat, dalam kehidupan hedonistik yang jauh dari kehidupan ideal.  Jangan salahkan juga, bila mereka bersikap acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi disekitarnya, karena asik dengan dirinya sendiri. Yang ia tahu hanyalah dirinya sendiri, karena tak ada orang yang pantas untuk ditiru menjadi panutan dalam hidupnya.

Republik ini  merindukan tokoh muda berpengaruh yang dapat mewakili mereka, serta menjadi teladan untuk kita semua. Melahirkan kembali sosok Soekarno-Hatta muda,  para tokoh intelektual dan motivator bagi republik ini. Itu yang kita harapkan sekarang, merekalah yang nantinya akan memberi  warna bagi negeri ini. Sebagai  aset terbesar  untuk kita titipkan cita-cita itu, dan dihadapan mereka kelak  kemana bangsa ini akan dibawa, generasi penerus yang nantinya akan membuat republik ini tersenyum.

Disini, kita memiliki tanggung jawab  moral besar  terhadap mereka. Bagaimana kita hadirkan tokoh muda berkualitas, memiliki integritas, serta mampu memberi kesadaran cinta akan tanah air. Dan menjadi panutan bagi pemuda bangsa, dengan harapan menjadikan Indonesia sebagai  bangsa yang beradab.

Kawan-kawan muda, saya mengajak kita semua dimomentum sumpah pemuda ini. Mari bersama menjadi  tokoh muda yang berintegritas, serta memiliki moral kebangsaan yang kuat. Agar dapat melunasi semua utang kemerdekaan yang masih menumpuk, setidaknya untuk diri kita sendiri. Ikut ambil bagian, terlibat untuk mencari solusi dari semua himpitan persoalan bangsa yang tak jelas akan jalan keluarnya. Mari kita hadir untuk ber-iyuran, dengan iyuran semangat baru, wajah baru, serta ide-ide baru dan melahirkan sebuah gebrakan yang berbeda.

pada hakekatnya. Kita bertanggung jawab, atas pelunasan janji kemerdekaan itu yang di titipakan para pahlawan kepada kita. Untuk segera dihantarkan kepada republik ini, karena mereka percaya anak cucu-nya kelak, mampu membuat mereka merasa pantas untuk mengorbankan seluruhnya kepada bangsa ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *