Asrizal Nur Manfaatkan Teknologi untuk Pembacaan Puisi

1455971_457314531045709_1799579669_n

Tirai panggung itu terbuka. Menampakkan background visual pria brewok  dengan bait bait sajaknya. Tak lupa efek smoke sekali dua muncul dengan permainan cahaya lampu yang menambah semarak. Itulah pembukaan pagelaran baca puisi multimedia Asrizal Nur Sabtu (23/11) di Gedung Idrus Tintin.

Pagelaran baca puisi yang dimulai pukul 19.30 itu merupakan acara merayakan hari pohon se dunia yang jatuh pada tanggal 21 November. Yang di taja Hangkustik Management bersama Dewan Kesenian Riau, dan LSM lingkungan Greenpeace, Walhi. Konser multimedia ini merupakan beberapa bagian dari road show Asrizal Nur dengan tema lingkungan hidup. Selain Pekanbaru, Jakarta yang sebelumnya sudah ia sambangi, giliran kota Yogyakarta, Bandung dan Semarang.

Asrizal Nur kelahiran Pekanbaru 16 November 1969 telah lama berkiprah sebagai penyair, sajak sajak nya pada tahun 1990-an ikut membantu pergerakan buruh di Jakarta. Dimana saat itu ia mulai hijrah dari Pekanbaru ke Jakarta.  Begitu  layar tersebut mengenalkan sekilas sosok penyair multimedia ini.

Malam itu ratusan penonton disuguhi pertunjukan multimedia yang menggabungkan dengan beberapa bentuk kesenian seperti  Musik, Narator dan pementasan gerak tari oleh mahasiwa Sekolah Tinggi Seni Riau. Sajak sajak seperti Percakapan Pohon dan Penebang ditampilkan dengan sangat baik. Disitu Asrizal Nur berdialog dengan sang pohon di layar. Berbarengan dengan aksi teatrikal sang pohon yang mengurung si penyair.

Selain menyaksikan penampilan Asrizal Nur membacakan sajaknya, puisi – puisinya juga dilagukan oleh  aksi Tumenggung Band sebagai musik pengiring. Untuk narator sendiri dibawakan oleh penyair Nana Riskhi Susanti.

Selama ini Asrizal Nur memang sering menggelar konser multimedia puisi. Yang mana ini sudah dilakukannya sejak tahun 2009. Malam ini kebanyakan puisi yang dibawakan adalah karya karya tahun 1990 an hingga 2011 seperti, Majelis zikir dedaunan, Belajar dengan bahasa daun, hikayat abad api. Mungkin hanya puisi Akar api khusus ia ciptakan untuk malam puisi multimedia ini.

Untuk menggelar konser puisi multimedia ini Asrizal Nur hanya membutuhkan waktu kurang dari satu bulan. Hal itu karena ia sendiri sudah sering dikenal sebagai panyair yang menggunakan multimedia. “Sebagai seniman itu kan harus inovatif. Orang udah bosan baca puisi… kau begini begini. Saya melihat kondisi perkembangan teknologi sekarang ini. Kita harus ambil dia. Idenya dari dulu sewaktu saya di pekanbaru tahun 90an. Saya mulai dengan apa yang ada dulu dengan tari dan musik. Saya kembangkan lagi di jakarta dengan multimedia ternyata di terima masyarakat Korea, Brunei dan sebagainya.” Katanya yang dalam waktu dekat akan ke Jepang.

Malam itu konser puisi diakhiri dengan membuat penonton bertanya tanya. Di gelapnya cahaya suara Asrizal Nur kembali terdengar. Tapi tak lama setelah itu ia sudah muncul kembali dengan kostum yang lain melewati tangga di antara penonton. Melagukan sajaknya dan menutup malam konser indah itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *