10 Situs Menarik 2016

Pada penghujung 2015, wartawan senior Kompas—Bre Redana menulis kolom edisi Minggu di harian Kompas. Inikah Senjakala Kami, begitu judul kolom yang ditulis Bre Redana. Ia membandingkan kerja-kerja kewartawan yang dialaminya berbeda dengan sekarang. Dulu, mereka wawancara tanpa tape recorder, membawa bolpen dan note. Berbeda wartawan sekarang, yang cukup membawa smartphone sambil menulis dan melakukan wawancara.

Banyak hal yang disinggung dalam esai pendek itu, mulai dari alih wahana media dari kertas ke digital, sekolah jurnalisme, dan kualitas jurnalistik wartawan digital. Mungkin, Bre Redana sedang membanggakan masa-masa dulu menjadi wartawan yang begitu hebat melebihi doktor.

Esai itu mendapat banyak tanggapan, terutama dari beberapa anak muda yang berkecimpung dalam media digital atau yang hidup dalam era digital. Banyak yang menganggap Bre Redana hanya sedang bernostalgia dengan masa lalu. Justru, esai itu menyebar cepat melalui situs Kompas.com, bukan cetak, yang dibanggakan oleh Bre Redana.

Persoalan diatas, pembuka saja sebelum masuk pada apa yang akan saya tuliskan. Ide ini muncul ketika banyak media, baik online maupun cetak membuat daftar buku-buku terbaik 2015. Saya masih tetap menikmati membaca buku dengan kertas kok.

Setau saya, belum ada yang membuat daftar situs-situs maupun blog yang menarik. Generasi saya—yang besar pada 2000-an— adalah generasi digital ini. Yang banyak mengandalkan internet untuk aktivitas maupun sekedar buat status-status di media sosial. Bahkan, menonton di televisi pun rasanya jadul betul. Kan sudah ada Youtube, maupun media sejenis.

Saya memang cukup sering menjelajah dunia maya, dari satu situs ke situs lain. Dan, bahkan membuat saya senang bukan kepalang (seperti anak kecil bisa bermain hujan), ketika menemukan situs menarik. Tidak ada metode atau polling tertentu yang saya gunakan, sifatnya sangat subjektif. Saya rasa, saya hanya ingin berbagi dari bacaan saya di internet pada 2016 ini.

Memang, era internet membuat deras arus infomasi maupun data. Dari yang berguna sampai sampah informasi banyak bersliweran. Hal-hal begini, membuat kita harus pintar memilah informasi (melek media). Di era ini orang sangat gampang membuat media. Dari media abal-abal yang tak jelas redaksinya, hingga media-media penyebar hate-speech.

Bill Kovach dalam bukunya Blur sudah menjelaskan bagaimana kita bersikap atas derasnya informasi di dunia maya. Kuncinya verifikasi.

Sekali lagi, daftar situs ini sangat subjektif. Tentu saja, masih banyak situs yang tidak tertangkap radar saya. Di lautan maya yang mahaluas ini, sungguh kita hanya perlu rajin-rajin berselancar untuk menemukan situs-situs menarik dan membuat kita bersorak girang.

Saya membuat tak lebih dari sepuluh, karena menurut saya, situs-situs ini bisa memberi petunjuk untuk menjelajahi situs menarik lainnya. Semua situs setara, nomor tidak menunjukkan peringkat.

Selamat berpetualang dan bersenang-senang.

10. Pindai.org

Perjumpaan saya dengan situs ini terjadi di Facebook. Saat Fahri Salam, editor Pindai mengumumkan bahwa ia dan beberapa kawan membuat media untuk naskah-naskah panjang. Pindai jadi menarik karena menerapkan jurnalisme perlahan.

Tidak ada berita harian seperti media online mainstream yang bisa update tiap jam. Situs ini dibuat dengan menerapkan kerja-kerja jurnalistik yang membutuhkan kesabaran dalam menghasilkan tulisan sebelum diterbitkan. Ada verifikasi, pengecekan fakta-fakta yang dilakukan editor pindai. Setiap bulan juga ada kurasi tema dari redaksi Pindai. Seperti khusus membahas dunia perbukuan, dan sebagainya.

Ketika, media online dengan gampang menghapus postingan saat ketahuan berbuat kesalahan, Pindai malah terang-terangan memaparkan ketika ada kesalahan yang dilakukan dan minta maaf. Saya melihat ada visi yang dibangun dalam mengelola Pindai, yang berbeda dengan media online berita yang hanya mengejar rating. Apalagi di era digital sekarang ini, kecepatan diutamakan.

Saya sering dengar, beberapa teman yang mau membuat media. Ketika saya tanya media seperti apa. Ternyata seperti media berita online model harian. Jujur saja, saya kurang tertarik dengan media seperti itu. Saya lebih senang dengan situs-situs semacam ini, yang menyajikan naskah-naskah panjang dan hasil liputan mendalam.

Saya rekomendasi sekali dengan situs ini. Ia tak hanya panjang dan dalam, tapi, asyik dinikmati sebagai cerita.

9. Dennysakrie63.wordpress.com
Harta karun musik pop Indonesia. Sayang, Denny Sakrie tak berumur panjang (ia meninggal 3 Januari 2015), sebelum sempat menyelesaikan bukunya. Memang, akhirnya buku itu diterbitkan dengan judul ‘100 Tahun Musik Indonesia’. Membaca tulisan di blog ini, tak hanya dibawa menjelajah ke band musik-musik pop jadul, tapi juga foto-foto musisi koleksi Denny Sakrie.

8. Indoprogress.com

Episode berdarah di negara ini membawa dampak yang besar sampai sekarang, apalagi kalau bukan peristiwa pembantaian orang-orang komunis, maupun yang dituduh komunis pada 1965. Sampai hari ini, kita dilarang untuk mempelajari ideologi komunisme maupun Marxisme. Komunis dihujat seperti setan laknat. Orang-orang yang bersentuhan dengan ideologi ini banyak mengalami pengucilan dari masyarakat. Naiknya Jenderal Soeharto melalui kudeta ke kursi presiden mengubah beberapa dekade sejarah Bangsa Indonesia. Generasi yang terputus dengan generasi sebelum 1965. Sejarah berubah total, dibuat sesuai versi pemerintah orde baru.

Untuk saya pribadi dampaknya adalah adanya kekosongan pemahaman sejarah Bangsa Indonesia. Ketika bersekolah, kami hanya dijejali dengan buku-buku propaganda pemerintah. Dipaksa mengecam habis-habisan komunisme. Diajak oleh guru menonton film propaganda G30S/PKI. Masa kuliah, pemahaman saya soal kebusukan orde baru Soeharto sedikit banyak mulai berkembang. Itu pun tidak saya dapatkan di ruang kuliah, tapi aktivitas organisasi. Termasuk ketika saya menemukan situs Indoprogress, situs progresif nan bermutu.

Kalau Anda masih berpikiran bahwa komunis harus dibenci, saya pikir ada baiknya sedikit meluangkan waktu untuk membaca beberapa tulisan di situs ini. Orang bodoh bukan karena ia malas belajar, tapi, karena sudah berpikiran kolot sejak dalam pikiran. Dan kekolotan ini sudah berkarat di dalam kepala, selama bertahun-tahun dibawah kekuasaan orde baru.

7. Mojok.co

Apa? Mojok? Nggak salah nih situs, pasti isinya mesum dan konten-konten porno gituan deh. Hehehe…Percaya deh, situs ini tidak semesum namanya. Tapi tulisan-tulisannya bikin kita ngocol tertawa. Ini situs kreatif paling memukau yang saya temukan. Isinya nakal, dibalut dengan bahasa khas anak-anak melek sosial media. Konten-kontennya kebanyakan membahas isu-isu terkini, tak jarang juga saling mengejek antar sesama.

Anda tahu Jonru kan? Orang kayak begini sudah jelas jadi objek bully tulisan para penulis mojok. Bagi saya mojok, tempat para penulis-penulis pintar berlagak bodoh. Bukan orang bodoh yang kelihatan pintar. Lho, kamu lihat siapa aja yang nulis: Puthut Ea, Rusdi Mathari, Arman Dhani, Agus Mulyadi. Kamu tahu mereka,bukan? Saya kok rasa-rasanya membaca opini di koran-koran sekarang ini membosankan betul ya dan jadul. Kalau Anda menyukai keseloan, Anda tidak salah mengunjungi Mojok. Kamu mau nggak mojok sama saya? Iya kamu.

6. Cinemapoetica.com

Saya baru tahu, kalau film ternyata bisa jadi media berpikir yang serius. Atau kalau ada yang merekomendasikan film tertentu, saya pasti berusaha mencarinya. Harus saya katakan, saya memang terkendala pada akses untuk menonton film itu, dan kadang-kadang memang mencarinya di penjual cd bajakan.

Cinemapoetica adalah situs film. Berisi ulasan, esai, kritik, yang jelas situs ini ingin membuat film tidak hanya enak sebagai tontonan, tapi juga membuat tradisi menuliskan film-film dengan beragam sudut pandang. Situs ini dibuat oleh anak-anak muda pencinta film. Bagi kamu pencinta film, saya rasa situs ini harus kamu bookmark di smartphone.

5. Andreasharsono.net

Andreas Harsono seorang wartawan. Dia dulu mengelola majalah Pantau yang membahas isu media dan jurnalisme. Ini satu wartawan terhormat, yang dengan keras memegang prinsip jurnalisme yang diyakininya. Untuk jurnalisme ia berguru kepada Bill Kovach ketika menikmati Nieman Fellowship di Universitas Harvard. Kalau kamu baca blognya, maka kamu akan tahu Andreas Harsono sangat konsen pada isu HAM, jurnalisme, media dan nasionalisme.

Kali pertama saya mengetahui blognya dari senior di Aklamasi. Tulisannya bagus, bahasanya enak, bahkan cenderung memasukkan kosa-kata bahasa daerah. Kalimatnya terkadang pendek-pendek, khas gaya wartawan. Tapi Andreas Harsono menulis dengan style. Ketika mengikuti pelatihan di Parapat yang diadakan pers Suara USU, Andreas Harsono jadi mentor. Saya lihat orangnya tenang, dan suka mendengarkan lawan bicaranya. Kini ia seorang peneliti di Human Right Watch.

Andreas Harsono banyak berkeliling ke kampus-kampus untuk berbagi cerita soal jurnalisme kepada pers mahasiswa, yang ia anggap balas jasa kepada guru-guru yang dulu banyak membentuk dirinya. Kalau kamu masih menganggap orang-orang Papua hanya soal koteka dan keeksotisan belaka, kamu perlu membaca tulisan soal Papua di blog ini.

Papua sering digambarkan media kebanyakan dengan rasis dan stigma negatif. Kamu juga harus tahu ada orang seperti Filep Karma, yang sadar akan bangsanya sendiri. Sebagian tulisan blog, ia terbitkan jadi antologi jurnalisme dengan judul ‘Agama Saya Adalah Jurnalisme’. Walaupun kamu bukan mahasiswa jurnalistik, seperti saya, kamu tak akan rugi memilikinya, untuk mengetahui persoalan jurnalisme. Apalagi yang ingin belajar menulis dengan baik. Ya tentunya, berguna untuk yang tidak ingin jadi wartawan.

4. Bacaanmalam.com

Ketika tahu ada situs bacaanmalam, saya cuma bergumam, “Sialan sekali, kenapa saya tidak pernah kepikiran membuat nama seperti ini.” Bahkan kalau pun saya mempunyai media, saya tak sampai berpikir untuk memberi nama bacaanmalam. Namanya bagi saya unik. Merangsang orang untuk melihat situs ini.

Bacaanmalam adalah situs kurasi naskah-naskah panjang di internet. Ada naskah orisinal dan naskah rekomendasi hasil penelusuran berbagai situs internet. Untuk naskah orisinal, kamu bisa membaca kisah perjuangan duo Endah n Rhesa. Manggung dari kafe ke kafe yang ditulis oleh Endah sendiri. Dan, merupakan satu-satunya naskah orisinal yang dihasilkan bacaan malam sejak berdiri—2014.

3. Remotivi.or.id

Ketika menemukan situs Remotivi, saya seperti merasakan kali pertama jatuh cinta. Malu-malu dan berdebar-debar. Sederhana saja, selama ini, saya tidak menemukan situs yang khusus membahas isu-isu soal media khususnya televisi. Kalau cetak, tentu saja ada. Tapi di internet? Nah, ketika menemukan situs ini, saya jadi bersyukur hidup di zaman internet, selain sampah, internet juga menyediakan banyak hal-hal baik.

Apalagi buat kamu yang berkecimpung dalam kegiatan media, situs ini penting kamu kunjungi dan baca, untuk menambah pemahamanmu soal isu televisi. Desainnya situs ini juga elok dipandang dan ramah navigasi.

2. Historia.id

Belajar sejarah saat sekarang ini semakin enak. Historia membuat sejarah yang sebetulnya rumit menjadi populer dan bisa dinikmati banyak kalangan. Selain online, Historia juga hadir sebagai majalah bulanan. Walau pun mereka aktif di daring, saya tetap mencari majalah Historia. Walau dengan susah payah. Edisi cetak yang saya miliki sekarang ini hanya 4 edisi. Edisi soal orang Cina di Nusantara, PSI, Masyumi, kemudian yang terakhir Soekarno dan Kennedy sebagai sampul majalah.

Satu majalah saya dapat di Gramedia (setelah itu saya tidak melihat lagi majalah Historia di Gramedia Pekanbaru). Tiga sisanya saya dapat di satu toko buku kecil, tempat saya biasa melihat beberapa majalah. Saya kecewa ketika toko buku kecil itu juga tidak berlangganan majalah Historia lagi. Selain untuk membaca persoalan sejarah, saya sebetulnya juga berniat mengoleksi seluruh edisi majalah Historia.

1. Ekakurniawan.com
Kalau Anda bercita-cita menjadi pembaca yang keren, saya rasa situs ini wajib dikunjungi. Sejak menemukan situs ini, saya hampir tak bisa melupakannya. Semua yang ditulis Eka dalam jurnalnya saya lahap dengan rakus. Esai-esai pendek dalam jurnal ini memang dibuat Eka sebagai seorang pembaca. Mulai dari soal kesusastraan maupun buku-buku yang dibacanya, terutama penulis luar.

Dengan rentang bacaan yang sangat luas, mulai dari novel modern pertama, Don Qioxotenya Cervantes sampai penulis kontemporer semacam Andres Neuman. Membacanya membuat kepala saya seperti dihantam benda keras berkali-kali jadi sedikit teler. Gagasannya cemerlang, terutama pemikirannya soal sastra. Kalau Anda ingin mengetahui Eka sebagai penulis, Anda harus membaca novel-novel maupun kumpulan cerita pendeknya. Penulis ini pantas untuk diteladani. Bahkan saat ini, ia boleh dibilang penulis yang dibicarakan di berbagai dunia. Bacalah. Membaca merupakan kegiatan lebih intelek dari menulis.

Oleh: Wahid Irawan (Pemimpin Umum Media Mahasiswa AKLaMASI 2015-2016)
Editor: Dede Mutiara Yaste

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *