FEATUREKAMPUS

Wisuda, Kampus UIR Disulap

Macet, padat, dan bising. Itulah suasana yang bisa saya gambarkan saat memasuki gerbang depan Universitas Islam Riau (UIR) pagi itu, Sabtu (30/1) sekitar pukul 08.15. Teriakan, bunyi kendaraan serta peluit satpam pecah bersamaan. Tak biasanya, UIR tampak disulap bak pasar tradisional. Bak jalan kota metropolitan. Bak parkiran di mal.

Karangan bunga berjejer di trotoar sepanjang jalan di segala penjuru. Beragam warna serta ucapan. Termasuk juga jalur very important person (VIP)—mulai dari bundaran depan hingga lokasi acara wisuda—Gedung Olahraga (Gor) Voli. Tak semuanya tegak, ada beberapa yang tumbang—roboh.

Tak hanya karangan bunga, jalan VIP yang terbagi dua jalur tersebut juga dipenuhi para pedagang yang berjualan di trotoar dan melebar hingga ke bahu jalan. Tak peduli, walau ada plang larangan terpajang di sana.Terlepas dari itu, saya juga melihat beberapa pedagang keliling jajakan dagangannya dengan becak motor di area tersebut.

IMG_3044

IMG_3042

IMG_3029

Mengenai hal itu, saya mencoba meminta konfirmasi ke pada pihak keamanan yang berada di area tersebut. “Sebenarnya tidak dibenarkan jualan di trotoar dan membawa kendaraan ke area tersebut, namun bagaimana lagi—mereka tak bisa ditertibkan, walau sudah ditegur beberapa kali. Mereka pergi saat diberi tahu, tapi datang lagi setelah saya pergi memantau yang lain,” ujar Taufiq Hidayat—Pihak keamanan UIR yang berjaga di area VIP.

Ia juga mengatakan, bahwasannya kekacauan area ini disebabkan oleh para pedagang yang datang terlambat—pukul tujuh ke atas dan buka lapak tidak pada tempat yang disediakan. Kemudian menurutnya, ini juga disebabkan karena personil keamanan yang sedikit, sehingga sulit untuknya terapkan aturan yang ketat.

Baginya, mengatur para pedagang ini sangatlah sulit, dan itulah menjadi kendala tiap diselenggarakannya acara wisuda. “Kebijakan terus dibuat, seperti pedagang yang datang pukul 07.00 lewat akan diusir dan tidak dibenarkan masuk ke area kampus. Rencana untuk ke depannya, kami akan memasang rantai untuk memagar beberapa area untuk orang berjualan. Sehingga tampak rapi dan tidak berserakan seperti ini,“ ungkapnya.

IMG_3079

Tak hanya masalah pedagang yang memadati area VIP, tapi juga ada beberapa kendaraan roda dua yang parkir bebas di pos keamanan. “Sebenarnya juga tidak dibenarkan. Karena parkir khusus roda dua sudah di lokasikan di depan Fakultas Ekonomi (Fekon). Namun, ada satu karyawan yang menitipkan motornya dan bilang terburu-buru. Sehingga yang lainnya jadi ikut-ikutan untuk pakir di sini,” jelasnya.

IMG_3043

Setelah usai wawancarai Taufiq yang tengah bertugas, saya terus menelusuri dan mengelilingi lokasi wisuda—Gor Voli. Tak lama, hanya sekitar 20 menit, saya kembali lagi ke jalan VIP.
Tak hayal, hanya dalam 20 Menit saya pergi—sekitar pukul 10.00, kondisi jalan VIP kini mulai memadat. Bisa dikatakan macet. Penyebabnya ialah para pedagang yang semakin melebar hingga menutupi bahu jalan kiri dan kanan, pedagang bermotor yang parkir di bahu jalan dan para tamu wisudawan yang terus berdatangan menuju lokasi wisuda.

Terik matahari semakin menusuk kulit, jalanan macet, dan suara bising penjaja serta suara microphone pedagang menyatu padu saat itu. Persis—saya seperti berada di tengah pasar tradisional.

Salah satu pedagang aksesoris yang membuka lapaknya di area larangan—Amri, mengatakan lokasi di jalur VIP sangatlah strategis, sehingga mudah untuk dapatkan pelanggan. Ia mengakui dapat teguran dari pihak keamanan UIR beberapa kali, namun menurutnya tidak ada lagi tempat strategis yang bisa ia gunakan untuk berjualan.

“Acara wisuda sangat membantu kami. Karena banyak para tamu yang datang dari jauh, dan tidak memungkinkan beberapa dari mereka tidak tertarik untuk membeli apa yang kami jual,” ungkapnya.

Banyak para tamu wisudawan yang tampak mengerinyitkan dahinya ketika berjalan menuju ke lokasi wisuda. Berjalan lalu berhenti. Berjalan lalu berhenti. Itulah yang dilakukan gadis bergaun biru tersebut di tengah padat dan panasnya jalan VIP. Ia adalah Weni Putri—Mahasiswi UIN Suska.

Ia ingin menyambut teman lelakinya setelah usai jalani prosesi wisuda di dalam Gor. Dengan bunga di pangkuan dan dompet menutupi wajahnya, ia terus mencari celah untuk bisa mendahului orang di depannya. “Iya, saya tadi harus buru-buru. Soalnya di jalan itu panas dan padat banget. Saya sedikit risih, belum lagi yang di belakang saya juga ingin cepat-cepat.” Ungkapnya.

Berdasarkan konfirmasi saya dengan Kepala Keamanan UIR—Aldison S.H—mengenai masalah keamanan dan ketertiban lokasi wisuda. Ia mengatakan, kekurangan jumlah anggota menjadi kendala pihak security dalam bertugas di lapangan.
Mengenai ketertiban pedagang, ia juga menjelaskan bahwa di area VIP hanya ada tiga anggota yang di posisikan. Selebihnya di tempat lain. Berdasarkan pengamatannya, jumlah pedagang kali ini meningkat dari pada wisuda sebelumnya. Sehingga sedikit kualahan untuk menertibkan mereka.

“Ketika ditegur anggota kami, mereka pergi. Ketika anggota kami pergi, mereka kembali berjualan di area tersebut. Jadi sangat sulit untuk menertibkan mereka tersebut.” Ujarnya. (Laporan: Dede Mutiara Yaste)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *