Bagaimana Setelah Pemira Nanti

Pesta demokrasi terbesar di kampus Universitas Islam Riau (UIR) akan segera digelar, yaitu pemilihan raya mahasiswa atau pemira, dimana satu tahun sekali mahasiswa UIR akan memilih presiden dan wakil presiden mahasiswa (Presma) UIR untuk menduduki Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIR.

Badan Pemilihan Raya Mahasiswa (BPRM) sebagai panitia penyelenggara pesta sudah dibentuk. Mereka sudah mulai bekerja step-by-step. Senin pagi (07/03) lalu, pengambilan formulir bagi calon Presma sudah bisa diambil, rencananya pengambilan formulir akan ditutup hingga Rabu (09/03) mendatang.

Riuh pemira memang sudah terasa menjalang bulan Januari lalu, pasalnya SK Pirka Maulana, Presiden Mahasiswa periode 2015-2016 sudah berakhir awal 2016 lalu. Semenjak itu sosok yang akan maju di UIR satu sudah mulai di gadang-gadangkan.

Pastilah saat ini tim-tim sukses tengah sibuk mempersiapkan kemanangan bagi calon yang diusung, ajang seperti ini akan menguji kemampuan berpolitik mahasiswa. Karena pemira layaknya juga seperti pemilihan Presiden RI, tapi ranahnya pemira negara sendiri yaitu kampus.

Namun ditengah sibuknya pemira nanti, kita akan coba flashback lagi kemasa-masa terlebih dahulu mengenai BEM UIR selama ini, perlu saya ingatkan bahwa selama pemira, mahasiswa sibuk dengan bagaimana cara memenangkan pasangan yang di usungnya, saling kosulidasi, pegang ini, pegang itu, tapi mahasiswa UIR lupa untuk mengkritik dan membenahi sistem organisasi yang telah dijalani selama satu tahun lalu.

Saya akan ingatkan lagi bagaimana BEM UIR dari sejak tahun 2010.

2010 adalah tahun dimana BEM UIR kembali dibentuk setelah vakum selama 3 tahun. Dari 2010 hingga 2016 saat ini hanya menghasilkan tiga mantan presma UIR. Eko Fambudi 2010-2011, Yusroni Tarigan 2013-2014 dan sebentar lagi Pirka Maulana 2015-2016.

Selama rentang enam tahun, BEM UIR hanya menghasilkan tiga kali pengurusan, padahal dalam aturan Dauma Mahasiswa setiap periode BEM UIR hanya satu tahun saja. Ini terjadi karena adanya molor pemira yang tak terlaksana. Seperti Eko Fambudi, dia tak bisa mempertanggung jawabkan jabatannya dan menggelar pemira. Hingga pemira molor selama 1 tahun.

Di tahun Yusroni, Pemira telat selama satu tahun juga, tapi dia dan menterinya bisa menggelar pemira dan memberikan LPJ kepada mahasiswa. Namun LPJ itu tidak sesuai ranahnnya, hanya digelar di sidang paripurna yang di pimpim oleh Dema UIR. LPJ itu diterima tapi bersyarat, namun sampai hari ini syarat itu juga belum ada di dengar apa sudah diserahkan atau tidak. Mudah-mudahan sudah.

Lantas bagaiamana dengan Pirka Maulana? Untuk pemindahan estafet, pemira kali ini hanaya telat beberap bulan. Ada pun kabar yang saya dengar, Dema UIR mendesak segera dilaksanakan pemira. karena kabarnya Pirka meminta perpanjangan SK. Entah apa ikhwal dia minta perpanjangan, namun Dema UIR langsung tolak ikhwal itu, dan Pemira sudah akan digelar.
Dari masa Eko Fambudi hingga Yusroni memang ada keterlambatan pemira, hingga roda organisasi kampus sedikit macet jadinya. Namun bagaiamana kinerja dari BEM dari masa 2010 hingga 2016?

Setiap tahunnya diakhir masa jabatan presiden mahasiswa selalu ditinggalkan oleh menteri-menterinya, apalagi dengan wakilnya, setiap periode wakil presma selalu ditinggal pergi. Seperti Amran wakil Eko Fambudi, Sadam Dewana wakil Yusroni, dan Guntur Hidayat wakil Pirka Maulana, semua wakil ini ternyata sudah wisuda sebelum masa jabatan mereka berkahir.

Saya prediksikan nanti, ketika sidang umum Dauma Mahasiswa, Pirka tidak akan lagi didampingi oleh menteri-menterinya. Namun kita berharap, kabinet Lampu Merah yang di usung Pirka, mudah-mudahan saja semua pengurusnya hadir untuk sidang LPJ.

Problematika lainnya hari ini adalah, tidak adanya kelengkapan organisasi mahasiswa di Dauma. Seperti tidak adanya Dema di beberapa fakultas yang sebagai legislatifnya, padahal konsep dari Dauma sendiri adalah miniatur sebuah negara.

Tidak adanya Dewan Mahasiswa sebagai pemantau kebijakan eksekutif di BEM Fakultas, juga menjadi problematika sampai hari ini, yang tidak bisa diselesaikan bersama oleh BEM dan Dema UIR. Hingga kacaunya birokrasi organisasi mahasiswa UIR.

Bagaimana BEM fakultas akan menjalankan program kerjanya, sedangkan legislatif untuk mengesahkan program kerjanya saja tidak ada. Jangan-jangan selama ini BEM fakultas yang tak memiliki Dema fakultas hanya jalan begitu saja tampa mengikuti aturan yang ada.

Bagaimana koordinasi BEM fakultas dengan BEM universitas, apakah ada koordinasi? Katanya Dauma mahasiswa itu meniru miniatur sebuah negara, tapi sampai hari ini implementasinya nol besar sejauh yang saya lihat.

Bahkan hari ini ada Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM) yang sudah dibentuk pada tahun 2015. Apa sudah ada kinerja dari MKM hari ini? lalu bagaimana dengan organisasi baru yang muncul saat ini apa sudah ada dibahas?

Ditengah tak baiknya tata kelola organisasi kampus, kita hanya sibuk mengusung orang-orang yang bakal melanjutkan estafet BEM UIR. Namun kita tidak fokus, bagaiamana mengkritik masa jabatan sebelumnya. Apakah BEM periode ini sudah bisa berjalan dengan baik, bagaimana dengan program kerja mereka, apa saja yang telah mereka kerjakan? Pertanyaan seperti ini harus muncul.

Pasalnya, setiap sidang umum Dauma Mahasiswa tak ada kritis soal ini. Masa Eko Fambudi saja tak ada LPj, di masa Yusroni LPj tak disidang umumkan hanya paripurna dan diterima secara sepihak oleh Dema UIR. Lalu untuk membahas Dauma Mahasiswa UIR tahun 2015 lalu hanya 10 orang saja.

Ini bisa diartikan, tidak ada keseriusan mahasiswa UIR akan menata organisasi mahasiswa UIR yang lebih baik. Tak ada perbincangan serius untuk tata kelola organisasi mahasiswa dan Dauma. Kita butuh hal baru, butuh ide dan gagasan yang baru untuk mengelola organisasi kampus

Dalam tulisan saya hanya mengingatkan mahasiswa, kita jangan sampai terlena untuk mencari pengganti presma yang baru, namun ada PR bagi kita semua bahwa harus ada pembenahan organisasi kita yang coba kita atur ulang lagi. Jangan lupa untuk mengkritik tetang BEM yang akan habis masa periodenya ini.

Tugas kita bersama saat ini adalah, mengelola dan menjalankan organisasi mahasiswa secara tantanannya, kampus sekaliber UIR ini seharusnya menjadi contoh kelembagaan mahasiswa yang baik bagi kampus-kampus yang ada di Riau.

Yang bisa diharapkan hari ini adalah, adanya calon presma yang benar-benar kompeten dan mengerti tentang kelola organisasi. Kita tak butuh orang yang hanya pintar orasi saja, tapi kita butuh pemimpin yang bisa membuat perubahan yang akan lebih baik untuk kampus.

BEM hari ini harus menyadarkan mahasiswa bahwa, BEM sangat penting dan berperan sekali dalam kehidupan kampus. Mahasiswa harus mengenal organisasi, mahasiswa harus bisa merasakan manfaat dari BEM, karena presma adalah perpanjangan tangan mahasiswa untuk membantu mereka menyampaikan aspirasi kepada pemangku kebijakan di kampus ini.

Oleh : Reporter AKLaMASI, Yosa Satrama Putra
Editor : Rifal Fauzi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *