Konferensi Nasional “Perempuan Melawan Korupsi”

Irjen Pol Basaria Panjaitan SH MH—Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia—dalam Konferensi Nasional bertemakan Perempuan Melawan Korupsi yang diselenggarakan Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Islam Riau (UIR) di Aula Soeman HS, Senin (25/4) mengatakan, bahwa perempuan sekarang selain diberikan kebebasan untuk mengenyam pendidikan, juga harus turut serta meberantas korupsi.

Selain itu, ia juga utarakan bahwa KPK memiliki program khusus untuk perempuan, yang dibentuk dari hasil penelitian salah satu koran di Jogja—memuat hanya 4 % dari 100% ibu-ibu yang mengajarkan anaknya tentang kejujuran. “Anak-anak harus dilatih jujur sama ibunya di rumah. Selain itu, banyaknya para istri yang marah ketika suami tidak berikan uang lebih, juga menjadi faktor terbentuknya gerakan nasional anti korupsi yang digerakan oleh kaum perempuan dan diberi nama Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK). Ini bukanlah organisasi, tapi hanya gerakan saja,” terangnya.

Menurutnya, perempuan sekarang juga sering lakukan korupsi. Ia ceritakan saat pertama kali duduk di KPK, pelaku operasi tangkap tangan yang ditanganinya ialah perempuan. Ia berharap pada peserta yang hadir dalam konferensi tersebut untuk menjadi agen-agen anti korupsi dan mengajak mencegah korupsi—dimulai dari lingkup terkecil, seperti lingkungan keluarga.

Ia menerangkan, bahwa kop bisnis KPK tersebut ada pada tindakan, kemudian dilanjuti kepolisian dan diputuskan di pengadilan. Jika ada tindakan korupsi, bisa dilaporkan ke KPK. KPK juga akan ada pencegahan terintegrasi—merupakan tindakan yang diberikan dan didampingi oleh KPK secara langsung, diutamakan yang rawan terhadap korupsi. “Kita bicara fakta, bukan perkiraan. Riau merupakan salah satunya. Karena Gubenurnya tiga kali masuk penjara dan KPK berpikiran, jika sudah terlalu sering untuk lakukan hal yang sama, maka harus dibenahi KPK. Tidak hanya itu, Polda Sumatera Utara, di Aceh, Papua dan Papua Barat juga sering terjadi. Maka daerah-daerah rawan seperti ini lah yang akan diposisikan KPK cabang. KPK tidak hanya mengungkapkan kasus, tetapi kita juga harus memikirkan jalan keluar atau sebab akibatnya.” Tutupnya.

Pemateri kedua konferensi nasional yang diselenggarakan dalam rangka peringati Hari Kartini pada 21 April tersebut, Prof Dr H Alaidin Koto MA—Dosen Hukum UIR memandang, bahwa perempuan memang tidak perkasa, tetapi kata-katanya kuat melebihi laki-laki. Menurutnya, jika Indonesia tidak berhati-hati menanganinya—maka korupsi akan semakin marak terjadi. “Korupsi sekarang bisa dikatakan sudah seperti ‘jati diri’ bangsa Indonesia. Perempuan adalah pembisik pemimpinnya. Ambruknya seorang pemimpin ialah karena pembisik bukan dirinya. Maka dari itu para wanita haruslah membisikkan dan mengingatkan pemimpin kita (suami) untuk tidak melakukan korupsi,” tuturnya.

Hajjah Azlaini Agus SH MH—Tokoh Masyarakat Melayu Riau, yang turut menjadi pemateri ketiga dalam konferensi tersebut menyatakan, bahwa perempuan itu menarik karena memiliki banyak peran. Di mana, menurutnya perempuan itu berperan sebagai individu, istri, ibu, perempuan karir, anggota masyarakat dan warga Negara Indonesia. Azlaini juga mengajak semua peserta konferensi yang—dominannya perempuan—datang dari berbagai organisasi perempuan, instansi dan mahasiswa se- Pekanbaru untuk ikut serta dalam memberantas para tikus berdasi yang rangkus tersebut—para koruptor.

Aldi Putra—Salah satu peserta, Asal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) mengatakan dengan adanya kegiatan tersebut, ia sadar bahwa perempuan memiliki peran penting dalam pemberantasan korupsi. “Saya mengutip pembicaraan dari pemateri Alaidin Koto, mengatakan bahwa perempuan adalah sebagai pembisik, dalam artian dialah yang dapat mempengaruhi baik atau buruknya suatu pemimpin. Baik dalam keluarga maupun dalam pemerintahan. Acara ini sangat bermanfaat bagi kaum perempuan, karena merekalah yang menjadi agen perubahan untuk menjadikan Indonesia bebas korupsi,” tutur Aldi.

Penulis : Vina Monica (Magang AKLaMASI)
Editor: Dede Mutiara Yaste
Fotografi: Zaki (Fotografer UIR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *