Proses KBM Teknik Mesin

Peserta KBM Teknik Mesin UIR berbaris di Batalyon Arhanud-13 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). (Foto : Janaek Simarmata)

AKLaMASI.net – Barisan mahasiswa dengan almamater birunya merapat di depan Workshop Fakultas Teknik Mesin Universitas Islam Riau (UIR). Angin pagi yang sejuk menemani persiapan pasukan berkepala plontos untuk kegiatan rutin tahunan Kemah Bakti Mahasiswa (KBM).

Berlangsung dari tanggal 3 sampai dengan 4 maret 2018. KBM kali ini memilih Batalyon Arhanud-13 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) sebagai tempat berproses. Alasan dipilihnya tempat ini karena Ketua Program Studi Teknik Mesin tidak membiarkan Kegiatan KBM diadakan di luar kampus, dan ditangani sendiri oleh senior-senior Teknik Mesin. Untuk alasan keamanan, TNI AD menjadi instruktur saat di lapangan.

Empat orang dari TNI AD tampak mengatur barisan Peserta. Beratus pasang kaki diatur barisannya untuk kemudian diarahkan menuju Batalyon Arhanud-13, tepatnya di Simpang Tiga—Kubang, Pekanbaru. Berjarak 3,5 Kilometer dari lokasi awal berbaris.

Derap langkah ratusan pasang kaki saling berlomba dengan kendaraan yang juga lalu lalang di pagi itu. Sesekali orang yang lewat terheran melihat pasukan berkepala plontos ini. Tidak ada wanita di antara barisan mereka. Tidak tau apa penyebabnya.

Dari dulu, Mahasiswa Teknik Mesin di UIR jarang disumbangi kaum hawa. Kalaupun ada, hanya satu orang, dan beruntunglah kelas yang dihinggapi satu bidadari itu.

Hary, Maftuh dan Winardy dan R.M. Sitorus terlihat gagah dengan seragam lorengnya sebagai abdi negara dalam menjaga kesatuan negara. Sejurus terdengar teriakan komando dari mereka menyuruh cepat peserta untuk segera berbaris.

Pukul delapan, sambutan dari Wakil Dekan III Fakultas Teknik (WD III)—Ir. Syawaldi. M.Sc, dan Ketua Prodi Teknik Mesin—Dody Yulianto, ST.,MT mengawali pembukaan kegiatan.

Turut hadir pula Sekretaris Prodi Teknik Mesin—Dr. Dedikarni. ST,.M.Sc. Kegiatan Training Engineering Charakter (TEC) ini dilaksanakan guna membentuk karakter mahasiswa lebih bertanggung jawab, sesuai dengan tema, “Perkemahan Membentuk Karakter Untuk Cinta Tanah Air”.


Peserta berbaris dilapangan dalam persiapan latihan Pasukan Baris Berbaris (PBB). (Foto : Janaek Simarmata)

Usai upacara pembukaan, peserta melanjutkan kegiatannya, sementara panitia berhamburan melakukan tanggung jawab masing-masing.
Seksi konsumsi bergegas menyiapkan hidangan para tamu yang akan datang, seksi perlengkapan memeriksa tenda yang terpasang dan merapikan barang-barang peserta.

Sementara seksi dokumentasi memantau setiap kegiatan agar tidak terlewat momen sedikitpun. Panitia yang lain bergegas menyusun kayu yang akan digunakan untuk api unggun.
Demi menghargai almamater, peserta mengganti pakaian dengan baju kaos berkerah yang telah disediakan panitia untuk melanjutkan kegiatan.

Latihan Peraturan Baris Berbaris (PBB) yang diarahkan Hary dan Maftuh awalnya lancar, seketika menjadi kesialan bagi seluruh peserta.

Karena ada satu di antara peserta yang tidak mematuhi aturan berpakaian saat latihan. Sebelumnya peserta telah diperintahkan untuk memakai celana treaning. Akhirnya semua peserta kena imbas.

Baju biru laut berlogo Teknik Mesin UIR menjadi kusam setelah masing-masing pemiliknya menggelindingkan tubuh mereka seperti botol, di atas rumput hijau dengan tanah yang masih basah dengan embun.

Setelah puas menikmati sentuhan lapangan, tiba-tiba hujan menyerbu di sela latihan, Hary dan Maftuh yang tak sampai hati langsung menggiring peserta masuk ke sebuah tenda.

Menunggu hujan, mereka mengajarkan peserta untuk membuat yel-yel penyemangat. Nantinya yel-yel tersebut juga akan dilombakan pada malam hari.

Hujan mereda dan peserta kembali keluar dari tempat perteduhan segi empat itu, PBB dimulai. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, Setiap kelompok berusaha untuk menyerentakkan hentakan kaki mereka.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah memahami semua materi latihan, kemudian mendapat waktu lebih untuk istirahat. Terik matahari siang mulai menusuk, ditambah badan terasa lemas karena perut yang kelaparan.

Peserta duduk berbaris berhadapan satu sama lain. Makanan yang disediakan seketika ludes dalam waktu dua menit, entah karena lapar atau memang tuntutan sang pelatih. Hujan kembali mengguyur lapangan hingga mengganggu proses latihan.


Beristirahat bersama ditenda ( Foto : Janaek Simarmata)

Lahan parkir mobil beroda enam yang cukup luas dijadikan tempat untuk melanjutkan latihan. Meskipun begitu, semangat peserta tetap membara. Hingga langit berubah menjadi gelap, hujan tak kunjung reda.

Pukul 20:30 seluruh kelompok mulai dipisah kembali untuk persiapan lomba PBB dan yel-yel. Udara malam begitu dingin setelah diguyur hujan. Semangat peserta begitu antusias memberi penampilan terbaik mereka.

WD III yang menyempatkan waktu malamnya ke lokasi perkemahan, menjadi juri. “Ini tidak berhadiahkan barang mewah, hanya saja untuk membangun jiwa kompetisi kalian,” ujarnya.

Si jago merah memamerkan keperkasaannya, membakar kayu kering yang di susun menyerupai kerucut itu. Dalam acara malam puncak yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.

Sorak sorai dan tepuk tangan mengiringi pengumuman kelompok satu, yang jadi pemenang. Selanjutnya bersantai bernyanyi ria mengelilingi api unggun.

Di sela-sela kemeriahan acara, ternyata satu masalah muncul. Di dalam tenda terdapat genangan air yang tidak memungkinkan peserta tidur di sana. Akhirnya, setelah arang menjadi abu pelatih menyediakan ruangan untuk peserta dan panitia merebahkan badan, melonggarkan otot-otot yang lelah.

Pagi-pagi buta sudah terdengar teriakan untuk segera bangun dari Kordinator Lapangan (Korlap). Peserta sudah berbaris, sedangkan panitia belum bangun.

Kegiatan pagi itu dimulai dengan sedikit motivasi dari Samuel dan Dian, selaku panitia. Wajah mengantuk masih tergambar jelas dari mata mereka. Merayap di atas aspal seperti cicak, menjadikan itu pemanasan bagi seluruh peserta. Setelah itu, peserta baru dibolehkan menyantap roti dan susu untuk sarapan.

Sesaat terdngar suara komando dari intruktur, “semua menghadap ke Barat, karena bendera akan dikibarkan,” teriak Hary. Dari tempat sarapan, bendera tidak terlihat jelas terhalang bangunan tempat mobil tanki disimpan.

Suara terompet mengiringi, seperti upacara tujuh belasan dan sedikit kata-kata dari pengeras suara. Usai bendera dikibarkan, aktivitaspun dilanjutkan kembali.

Tepat pukul tujuh peserta dibariskan berbanjar di samping gedung tempat penyimpanan mobil tanki, kemudian melakukan jalan santai melewati hutan tepat di belakang rumah TNI AD.

Lokasi yang asri membuat udara segar masuk melalui rongga hidung, menyusup ke seluruh tubuh. Di tengah pejalanan, terlihat sebuah hiasan bertuliskan I Love Pekanbaru, dengan cat warna warni.

Panitia dan seluruh peserta tidak mau melewatkan momen untuk mengabadikannya. Perjalanan berlanjut hingga sampai ke lapangan dan istirahat sejenak menunggu seduhan Pop Mie untuk sarapan kedua peserta.

Matahari memancarkan sinarnya, tiba saatnya pemilihan ketua angkatan 2017. Tak berbeda dari ketua angkatan yang lain, fungsinya hanya menggerakkan anggota agar tetap bersatu. Romi yang meraih suara terbanyak, terpilih sebagai ketua angkatan 2017 dan siap mengemban tugasnya dengan baik. Acara yang berlangsung selama dua hari itu, sangat berpengaruh besar bagi para peserta, mereka yang dulunya tidak mau tau dengan senior, kini berlari mencari informasi. “Semoga dengan acara ini kita semakin kompak dengan sesama, senior, maupun dosen,” ujar Romi pada saat penutupan acara

 

Reporter : Janaek Simarmata
Editor : Tomy Ginting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *