Kurangnya Peminat, LKMP tetap Berjalan


Oleh: Johan Hariwitonang


Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Islam Riau (UIR) mengadakan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Pertanian (LKMP) dengan tema “Membentuk Kader Berjiwa Kepemimpinan yang Aktif dan Berintelektual”. Acara ini berlangsung selama dua hari 14-15 Maret 2020 di Aula Faperta UIR, dengan menghadirkan enam pemateri dengan latar belakang berbeda dan materi yang disampaikan berbeda-beda pula.

Sandro Manurung—Ketua Pelaksana, sampaikan tujuan dibuat acara ini untuk memotivasi mahasiswa pertanian khususnya dua angkatan yang baru ini, namun sangat disayangkan minat mahasiswa kurang.

“Untuk acara ini saja mereka harus dijemput masuk ke aula agar mengikuti acara. Sejauh pandangan saya mahasiswa pertanian banyak yang apatis dan kurang menghargai senior, ketika lewat atau pun bertemu di jalan tidak bertegur sapa.” Ujarnya saat acara dihari pertama selesai.

Materi pertama disampaikan oleh Edwin Pratama Putra., SH—Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) menyampaikan materi pertama tentang “entrepreneur”. Edwin jelaskan bagaimana mengenal potensi diri dan mengembangkannya ke dalam dunia bisnis ialah langkah awal untuk menjadi seorang pengusaha, Seorang pengusaha (entrepreneur) yaitu ia yang mampu mandiri dan mempunyai ilmu kepemimpinan serta kemandirian secara ekonomi. Sabtu, (14/03).

“Untuk menjadi pemimpin setidaknya dalam dunia usaha juga tidak terlepas dengan kebutuhan finansial atau kemandirian ekonomi, kemudian hal yang kita tekuni itu juga harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Good leader and good followership !!” ujarnya.

Edwin memaparkan mengapa menjadi entrepreneur dianggap penting. Pertama, di Indonesia angka pengangguran dari tahun ke tahun semakin tinggi sehingga dianggap perlu untuk membuka usaha sendiri. Kedua, bonus demografi yang pada tahun 2030 perlu diarahkan ke jiwa entrepreneur. Ketiga, lapangan pekerjaan sempit sehingga konsekuesinya menuntut persaingan skill yang sangat ketat. Keempat, dampak revolusi industri 4.0 secara jangka panjang akan mengurangi peran manusia dalam kegiatan industri.

Kemudian ia juga menambahkan untuk mau bekerja keras, yakin kepada diri sendiri terhadap usaha yang kita geluti, ambisi untuk maju, keingintahuan yang tinggi, terus belajar dan update akan hal baru juga merupakan sikap yang harus ada pada jiwa seorang pengusaha muda.

“Saat ini saya entrepreneur dibidang politik, tidak terbatas melihat dari sisi mana saja.”tutupnya.

Kemudian tiga orang mahasiswa diminta maju ke depan panggung untuk menyampaikan usaha milik mereka, setelah itu Edwin memujinya karena sudah memulai sesuatu yang kebanyakan mahasiswa tidak melakukannya.

Edwin mengibaratkan proses-proses menjadi seorang entrepreneur seperti balon yang ditiup dan bisa membesar dan mengecil, ukurannya bisa disesuaikan sesuai kehendak kita. Begitulah istilah yang ia gunakan untuk memantapkan pemahaman mahasiswa akan keuntungan menjadi seorang usahawan. Ketika suatu usaha yang digeluti sudah besar, kita bisa menentukan kembali skala usahanya tidak tergantung kepada orang lain.

Berikut beberapa hal lain yang dianggap perlu juga disampaiakan oleh beliau mengenai kehidupan kampus. Pertama, duduk di bangku perkuliahan ada 5 pengorbanan: tenaga, pikiran, waktu, finansial dan korban perasaan. Kedua, berbicara harus dilatih, Organisasi adalah salah satu wadah untuk kita bisa berlatih berbicara di depan orang banyak. Sia-sia jika pada saat masih menyandang gelar mahasiswa namun hanya kuliah kemudian pulang begitu saja.

Maria Ulfa—Mahasiswi Agribisnis, bertanya jika dalam peluang bisnis yang kita tekuni tersebut tidak sesuai dengan potensi diri apa yang harus dilakukan.

“Potensi mesti kita gali supaya lebih expert di bidang itu. Kalau kita pada satu sisi sudah mengambil sikap di usaha tertentu, namun belum sukses, tekuni itu insyaAllah besok akan berhasil. Selagi muda deposito gagal harus kita gunakan, habiskan sebanyak-banyaknya.” Jawabnya

“Selain tekad yang kuat dan kemauan yang tinggi, untuk menjadi entrepreneur, bagaimana pengalaman sukses dari bapak sendiri hingga menjadi anggota DPD RI” pertanyaan dari Muhammad Effendi—Mahasiswa Agribisnis angkatan 2017.

Edwin jelaskan banyak kekayaan di Riau yang dari dulu sampai sekarang menjadi penyumbang devisa terbesar negara, namun rakyat riau tak mendapatkan hasil yang dianggap sepadan, masih banyak pengangguran, masih banyak jalanan yang rusak. Itu salah satu mengapa saya ingin menjadi seorang wakil rakyat dan berada di Jakarta, harapannya bisa menghidupkan suara dari warga riau sendiri.

“Bermimpilah setinggi langit, walaupun gagal kalian akan jatuh di antara bintang-bintang” tutupnya.

Penyampaian materi selanjutnya diberikan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Riau bapak Dawono M.SI—Peneliti Madya BPTP, membawakan materi tentang ketahanan pangan di Provinsi Riau.

Beliau menyampaiakan terkait hal kedaulatan pangan yang yang sangat penting eksistensinya bagi sebuah negara. “Suatu bangsa tidak akan memiliki kebanggaan apapun apabila tidak mempunyai kemampuan memberi makan penduduknya—Indira Gandli” tulisan yang ditampilkan pada pembuka presentasi Dawono.

Dikutip dari www.litbang.pertanian.go.id jumlah penduduk di Riau berjumlah  lebih kurang 6,84 juta jiwa dengan laju pertumbuhan meningkat sebesar 2,57% sedangkan konversi lahan sudah banyak tidak lagi terfokus kepada pertanian, namun juga untuk bangunan, pabrik-pabrik, Tol. Membuka ruang yang selebar-lebarnya untuk masyarakat agar bisa berwirausaha dalam bidang pertanian.

Muhammad Rifqi—Mahasiswa Agribisnis, bertanya tentang tantangan bonus demografi yang bisa menjadi keuntungan dan kerugian tergantung kita mempergunakannya. lahan yang semakin sedikit dikonversi menjadi bentuk lain, seperti dari sawah ke kebun sawit, lahan menjadi semakin sedikit. Bagaimana BPTP sebagai salah satu badan inovasi dalam bidang pertanian menjawab kebutuhan tersebut.

Pertanyaan selanjutnya diberikan oleh Muhammad Nanda Pranata—Mahasiswa Faperta, ia jelaskan bahwa  melihat video jurnalis di youtube mengenai “watchdog” yang bergerak ke berbagai wilayah Indonesia untuk melihat jalannya kebijakan pemerintah. Salah satunya isu penyediaan kebutuhan pangan ini, namun ingin mengembangkan padi di daerah Mentawai Papua Barat tahun 2015 yang mana makanan pokoknya bukan itu, bagaimana menanggapinya.

Dawono menjawab pertanyaan pertama, dimana harus mendorong Pemerintah daerah membuat Peraturan Daerah (Perda), di Siak sudah ada regulasi mengaturnya, mereka sudah mempunyai peraturan sendiri agar tidak terjadinya alih fungsi lahan. BPTP sendiri sudah mengembangkan inovasi baru berupa teknologi jarwo super, largo super dan integrasi itik padi sebagai jawabannya.

“lebih jelasnya bisa nanti diambil materi tadi atau dilihat di laman resmi Kementan (Kementrian Pertanian RI)” tuturnya.   

Untuk pertanyaan kedua ia menangggapi.

“Memang ada pemerintah kalau tidak salah melakukan kebijakan itu, sebenarnya begini, makanan pokok tidak hanya padi, tapi sagu, jagung, talas juga bisa sebagai diversifikasi (penganekaragaman), peran pemerintah seharusnya meningkatkan itu tadi ‘sagu’ supaya ketahanan pangan di Indonesia tetap berkelanjutan. Program-program terbaik dari pemerintah walaupun berganti kepemimpinan seharusnya tetap diteruskan seperti swasembada pangan pada orba dulu.” Tutupnya.

Di hari ke dua acara dimulai pukul 09.00 WIB, Repol., S.Ag—Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kampar mengisi materi tentang Pergerakan Mahasiswa. Minggu, (15/02).

Beliau menyampaikan Gerakan mahasiswa ada dua, ada yang disengaja dan ada yang tidak. Mahasiswa harus lebih jeli lagi apabila ada suatu isu namun ada yang mencoba memanfaatkannya.

Repol contohkan jika ada unjuk rasa di kantor pemerintahan.

“Ada yang membakarlah, banting meja, mecahkan kaca. Tapi ada oknum yang malah menyimpang dan memanfaatkan kesempatan untuk mengambil telepon kantor, komputer, dan barang berharga lainnya” ungkapnya.

Tujuan yang jelas sangat diperlukan karena mahasiswa ialah agen perubahan. Untuk memacu semangat dalam menghadapi lingkungan kampus yang sangat berbeda dari pendidikan sebelumnya. Idealisme yang berbeda-beda bukan hal unik lagi, semestinya harus dipertahankan. Bijak memilih kegiatan kemahasiswaan, karena biasanya hal tersebut memengaruhi sikap kita, serta tuntutan yang harus loyal terhadap organisasi.

“Kebanyakan mahasiswa masih dibiayai oleh orang tuanya, sehingga ketika ingin melakukan kegiatan yang menyangkut idealisme seperti demo merasa kurang bisa mempertahankan, karena mengingat orang tua di rumah yang kemungkinan besar melarang ikut kegiatan tersebut, namun sang anak ingin, sehingga bertentangan. Kuncinya ya tadi harus bekerja untuk menghasilkan uang sendiri sehingga tak ada beban” terang Repol.

Syahrial, SI., M.Si—Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bengkalis bersama H. Indra Gunawan EET., Ph.D—Ketua DPRD Provinsi Riau menjelaskan tentang materi leadership dan pergerakan.

Syahrial jelaskan banyak perbedaan seorang leader dan bos.

“Bos hanya bisa menyuruh dan memerintah orang-orang dibawahnya. Sehingga identik dengan rasa takut, menyalahkan orang lain atas kesalahan yang terjadi. Sedangkan leader dia ikut bersama mereka dan melatih untuk meningkatkan kinerja rekannya, menunjukkan inspirasi dan bekerja untuk memperbaiki kerusakan dan memahami apa yang terjadi sehingga tidak akan terjadi lagi.”

Komunikasi yang baik dan berpikiran terbuka juga harus dimiliki seorang pemimpin guna menjaga hubungan baik dengan bawahan. Melihat keadaan sosial politik di Indonesia yang semakin miris ini, tentunya diperlukan suatu perubahan. Perubahan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Dan dalam hal ini peran pemudalah yang sangat dibutuhkan, khususnya peran mahasiswa. Karena mahasiswa merupakan aktor dalam pembangunan dan perubahan.

Materi selanjutnya tentang manajemen kepemimpinan organisasi disampaikan oleh Muhammad Nurdin—Pelaksana Tugas Presiden Mahasiswa UIR 2019. Ia menjelaskan sedikit tentang materinya mengenai organisasi yang merupakan sebuah wadah didalamnya ada kerjasama antar anggota untuk mencapai tujuan, diperlukan seorang pemimpin yang tidak hanya bisa mempengaruhi orang, tetapi juga memiliki kemampuan mendayagunakan sumber daya yang ada.

Setelah pemberian materi ia mengadakan permainan kecil untuk peserta yang berada di ruangan. Setiap peserta harus meniup satu balon yang disediakan dengan ukuran sedang, kemudian memasukkan namanya ke dalam balon agar tetap kelihatan siapa pemiliknya. Setelah selesai balon dikumpulkan ke depan, semua balon dikumpulkan dan diacak, ia menyuruh kembali untuk mengambilnya sesuai dengan namanya dalam lima menit. Para peserta dibuat penasaran dengan maksud permainan tersebut. Di akhir acara ia menerangkan apa intisari permainan tadi.

Para peserta sangat antusias berebutan untuk mengambil balon miliknya sendiri, tidak peduli saling dorong dan saling menginjak. Namun akan lebih mudah jika satu atau beberapa orang yang hanya maju ke depan dan menyebutkan balon siapa yang didapat, daripada seperti itu. Permainan ini menjelaskan materi yang di samapaikan tdi,

“posisi seseorang memengaruhi pola pikirnya” tutupnya.


Editor: Intan Salfitri


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *