Bincang-Bincang Mahasiswa, Soroti Kebebasan Berpendapat
Penulis: Era
Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau (UIR) mengadakan talkshow dengan tema “Suara Mahasiswa di Tengah Krisis Berpendapat”. Kegiatan yang diselenggarakan di depan Gedung Unit Kegiatan Mahasiswa, pada Rabu (13/5) ini ditaja dengan tujuan untuk menyuarakan pendapat mahasiswa yang pada masa sekarang jarang didengarkan.
Talkshow ini menghadirkan narasumber dari Universitas Riau (UNRI), yaitu Khariq Anhar. Ia adalah seorang mahasiswa yang vokal dalam menyuarakan pendapat mahasiswa. Dalam perjuangannya, Khariq sempat dilaporkan oleh Rektor UNRI setelah mengkritik kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di perguruan tinggi tersebut.
Dari informasi terbaru, pelaporan tersebut telah dicabut dan berakahir mediasi di Direktorat Reserse Khusus Kepolisian Daerah Riau pada Senin, (13/5).
Bercermin dari peristiwa yang menimpanya, Khariq mengatakan bahwa dalam mengangkat isu, ada dua yang perlu diperhatikan yaitu viralisasi yang artinya meningkatkan atensi masyarakat lewat cara-cara untuk memviralkan. Kemudian extraordinary action yaitu tindakan aksi yang berbeda sehingga aksi tersebut terlihat.
Ia memberikan contoh seperti Pandawara, yaitu kelompok penggerak yang berfokus pada kebersihan lingkungan yang kemudian mereka viralkan di media sosial. Selain itu ada pula Bima, seorang mahasiswa yang mengkritik melalui media sosial mengenai infrastruktur yang ada di kampung halamannya, yaitu Lampung.
“Itu jauh lebih mendapatkan atensi masyarakat daripada ujuk-ujuk besoknya kita demo,” tutur Khariq.
Selain itu ia juga memberikan pandangannya mengenai sila kelima Pancasila.
“Jadi kata adil itu sendiri tergantung subjeknya siapa. Semakin kaya kalian dan semakin berkuasa kalian, maka semakin mudahlah kalian mendapatkan keadilan,” ucap Khariq.
Namun, Khariq melanjutkan bahwa masalah yang terjadi di zaman sekarang yaitu sulitnya menemukan orang yang mau memperjuangkan keadilan tersebut. Karena dalam memperjuangan keadilan, selain mendapatkan efek baik, efek buruknya juga akan mengikuti. Padahal jika ada yang ingin memperjuangkan keadilan dan memilih jalan kebenaran, tanpa disadari akan ada orang yang mendukung.
“Sama kaya kita naik gunung. Lama-kelamaan gak ada orang di samping kita. Orang habis. Tapi kalau udah sampai ke atas gunung, orang bakal melihat kita,” jelasnya.
Selain talkshow, dalam kegiatan ini juga menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh Koalisi Mahasiswa Bermasalah (KMB). Wawa Rifaldi mewakili KMB mengungkapkan agar mahasiswa lebih banyak melibatkan diri, selain itu menyertakan seni dalam berpendapat.
”Karena seni adalah salah satu senjata media untuk bersuara yang bisa meruntuhkan kekuasaan, karena seni tidak bisa diintimidasi, tidak bisa didiskriminalisasi oleh oknum dan aparat yang tidak menyukai dengan apa yang kita lakukan,” pungkas Wawa.
Editor: Fani Ramadhani