Sumur Minyak Pertama Minas, Bukti Sejarah Kekayaan Minyak Riau


Penulis: Rizka Yani
Alumni Falkultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Riau


Minas merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kecamatan ini dikenal sebagai penghasil minyak terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Pada masanya daerah yang berbatasan langsung dengan kota Pekanbaru ini dijuluki sebagai lumbung minyak kebanggaan masyarakat Riau dan Sumatera, karena besarnya kandungan minyak di dalamnya sehingga menjadi sumber bahan bakar bagi kepentingan rakyat Indonesia.

Hari itu Kamis, 8 September 2022. Seluruh finalis Karya Tulis Pertamina Hulu Rokan (PHR) Goes To Campus berkesempatan berkunjung ke Minas untuk melihat langsung dan mengetahui sejarah sumur minyak pertama yang ada di sana.

Perjalanan dimulai dari kantor pusat PHR Rumbai dengan menggunakan bus, menempuh jarak sekitar 25 kilometer. Sepanjang perjalanan, tampak pipa-pipa panjang berwarna hitam yang berada di atas permukaan tanah. Pipa-pipa tersebut berada di sisi jalan yang terletak di tengah-tengah kebun sawit maupun hutan.

Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan, kecepatan bus mulai menurun, rombongan tiba di Minas. Rem yang pakem membuat bus terhenti di depan sebuah monumen yang berbentuk persegi panjang. Tepat dibelakangnya, terdapat mesin pompa minyak berwarna hitam berdiri kokoh, dikelilingi pagar besi berwarna putih keabu-abuan.

“Ayo adik-adik turun, kita sudah sampai di Minas tempat lokasi pengeboran sumur minyak pertama yang ada di Minas dan jangan lupa helmnya dipakai karena kita berada di wilayah operasional kerja,” ucap Yulia Rintawati Sr. Analyst Media & Communications PHR.

Seluruh finalis turun dari bus, disambut oleh beberapa petugas PHR yang kemudian mengarahkan untuk berbaris mendengarkan beberapa penyampaian dari petugas.

Endang Nasution, salah satu Tim Operasi menjelaskan bahwa penemuan minyak di Minas ini melalui proses yang cukup panjang dan melibatkan beberapa negara, diantaranya Belanda, Amerika, dan Jepang.

“Ketika Indonesia dijajah oleh Belanda, perusahaan perminyakan Belanda yang bernama Royal Dutch Petroleum Company awalnya hanya fokus melakukan pencarian minyak di Sumatera bagian utara dan selatan, mereka belum tertarik melakukan pencairan di Sumatera Tengah,” tuturnya.

Endang juga menjelaskan bahwa sekitar tahun 1920-an Belanda sempat datang ke Riau dalam rangka membuat bandara yang ada di Simpang Tiga, Pekanbaru. Saat itu ahli petroleum dari Belanda juga mencoba mencari sumber minyak di sekitaran Bandara tersebut, namun hasilnya nihil.

“Baru sekitar tahun 1924-an pihak Amerika turut melakukan pencarian dengan beberapa tim. Socal dan Richard H Hopper, tahun 1938 mereka melakukan pencairan hingga ke Palas,” tambahnya.

Namun saat perang dunia II terjadi, Amerika meninggalkan Indonesia. Kemudian pencarian dilanjutkan oleh Jepang dengan membawa peralatan khusus. Mereka melakukan pengeboran hingga ke Minas.

“Jadi dapat dikatakan bahwa sumur minyak pertama di Minas ini digagas oleh Belanda, dicari Amerika dan ditemukan oleh Jepang,” kata Endang.

Meskipun penjelasannya singkat, namun peserta dapat memahami dengan jelas siapa saja negara yang ikut berpartisipasi dalam penemuan minyak di Minas. Selain itu, penjelasan lain juga dapat dilihat di monumen tersebut, seperti tanggal penemuan sumur minyak pertama di Minas yaitu Maret 1941. Kemudian tanggal pengeboran yang dimulai pada 10 Desember 1943 dan selesai pada 4 Desember 1944. Hingga kedalaman pengeboran mencapai 2.625 feet atau setara dengan 800 meter.

Pada monumen tersebut juga tertulis prestasi yang dihasilkan oleh sumur minyak ini, yaitu pada April 1969 sumur ini menghasilkan 1.000.000.000 barrel, dimana satu barrel setara dengan 159 liter. Lalu pada Mei 1976 menghasilkan 2.000.000.000 barrel, Desember 1984 menghasilkan 3.000.000.000 barrel, Maret 1997 menghasilkan 4.000.000.000 barrel dan Februari 2007 mencapai 4.500.000.000 barrel.

Selain itu, monumen sumur minyak ini juga pernah menjadi tempat pengambilan api abadi 6 September 2012 yang dipergunakan dalam perayaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke 18 Provinsi Riau.

Berjalan ke belakang monumen sumur minyak, akan tampak pula pompa minyak bewarna hitam, bermerk Lufkin. Namun, pompa minyak tersebut sudah tidak lagi beroperasi karena sumur minyak pertama di Minas telah habis dan telah berhenti berproduksi sehingga kini popa tersebut dijadikan sebagai lambang sejarah perminyakan di Provinsi Riau.


Editor: Fani Ramadhani

Foto: Dukumentasi Pribadi


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *