Analisis Film: Potret “Ayah yang Kalah” dan Relevansinya dengan Isu Fatherless
Presensi : Fajar Ilham Saputra
Film “Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah” yang dirilis awal pada 23 Agustus 2025 secara mendalam mengangkat fenomena fatherless, di mana seorang ayah hadir secara fisik namun gagal menjalankan perannya sebagai kepala keluarga, baik secara emosional maupun finansial. Salah satu karakter sentral seorang Ayah, yakni Tio (diperankan oleh Bucek Depp), adalah potret kompleks dari kegagalan ini, yang tidak hanya menggerakkan alur cerita tetapi juga menjadi cermin bagi realitas pahit yang dihadapi sebagian pria modern.
Analisis Isu dan Relevansinya dengan Kehidupan Nyata
Film ini secara gamblang menunjukkan bagaimana kegagalan seorang ayah dapat berakar dari berbagai tekanan, seperti:
- Tekanan Ekonomi dan Krisis Maskulinitas: Di era modern dengan persaingan kerja yang ketat dan biaya hidup yang tinggi, dalam film ini karakter Tio digambarkan tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga terjerat dalam kebiasaan buruk seperti judi online. Kegagalannya memenuhi ekspektasi sebagai “pencari nafkah” tradisional memicu rasa malu dan frustrasi yang mendorongnya ke dalam lingkaran masalah yang lebih dalam.
- Eskapisme dan Kesehatan Mental: Ketika dihadapkan pada stres berat, Tio memilih pelarian melalui judi online. Ini adalah bentuk mekanisme koping yang merusak serta marak terjadi di masyarakat saat ini. Judi atau bentuk kecanduan lain menawarkan ilusi kontrol bagi mereka yang merasa tak berdaya. Karakter Tio juga menyoroti isu kesehatan mental pria yang sering kali terabaikan, dimana keengganan untuk menunjukkan kelemahan dan memendam emosi membuat mereka “hilang” dan tidak mampu berkomunikasi secara sehat.
- Dampak pada Dinamika Keluarga: Ketidakmampuan Tio menjalankan perannya secara penuh memaksa istrinya, Wulan, menjadi single fighter di dalam rumah tangga. Hal ini mencerminkan dinamika banyak keluarga modern yang mana peran gender menjadi lebih cair, namun sering kali karena keterpaksaan akibat kegagalan salah satu pihak. Luka emosional yang ditimbulkan oleh Tio memuncak pada pertanyaan menyakitkan dan dilontarkan dari putrinya, “Bagaimana jika Ibu tidak menikah dengan Ayah?”.
Pesan Kunci: “Bukan Orang Jahat, Hanya Orang yang Kalah”
Seperti yang dijelaskan oleh penulis skenario Evelyn Afnilia, film ini tidak bertujuan untuk menyudutkan atau menghakimi figur ayah. Dialog kunci yang muncul, “Ayah kamu itu bukan orang jahat, dia cuma orang yang kalah,” adalah inti dari pesan yang ingin disampaikan. Istilah “kalah” di sini merujuk pada beratnya tekanan dan ekspektasi sosial yang dibebankan pada seorang Ayah. Dengan kata lain, film ini menyajikan potret yang lebih bernuansa tentang kerapuhan maskulinitas di tengah himpitan modernitas, sekaligus menyoroti kekuatan dan ketangguhan seorang Ibu sebagai pilar keluarga yang terus berjuang.
Secara keseluruhan, film ini berhasil menyajikan lebih dari sekadar drama keluarga. Lewat film ini juga menggambarkan bagaimana perjuangan di tiap-tiap karakternya. Namun, melalui karakter Tio, film ini menjadi bahan refleksi sosial yang penting tentang makna tanggung jawab, konsekuensi dari menyerah pada hidup, dan luka mendalam yang bisa diwariskan oleh seorang ayah yang telah “kalah” dalam perjuangannya.
Sampul : Rapi Films
Editor : Annisa Rahma Aulia

