Menjaga Harapan Di Dunia Migas

Opini Oleh : Sandykha
Ilustrasi : Sustriyanto

UIR, aklamasi.net-Catatan kecil Presiden Society of Petroleum Engineers Islamic University of Riau Student Chapter mengenai pandangan terhadap industry minyak dan gas bumi

Dari 1980 an – 2012 merupakan periode yang bisa dibilang para pelakon industri minyak dan gas bumi (migas) termasuk Petroleum Engineer (Insinyur Perminyakan) sangat menikmati kinerjanya dengan penghasilan yang terbilang wah, terlepas dari pasang surut bisnis migas di seluruh penjuru dunia.

Tapi, tahun 2012 merupakan awal kemerosotan dunia migas yang hingga kini cenderung merosot terus-menerus akibat berbagai faktor. Hal ini menimbulkan keresahan bagi petroleum engineer di oil company, apalagi, mahasiswa jurusan teknik perminyakan.

Ditemukannya shale oil/gas dengan jumlah yang sangat besar di USA, menyebabkan negara-negara besar pengekspor minyak sudah tentu mengalami gangguan dan cenderung kalah saing. Negara-negara yang termasuk anggota OPEC (khususnya Arab, Rusia, dan Venezuela) terpaksa harus terus-menerus memproduksi minyak walaupun dengan harga yang murah. Hal ini dilakukan agar dapat menyaingi produksi shale oil/gas dari USA. Akibatnya, supply minyak terus bertambah.

Kisaran harga minyak dunia dari yang diproduksikan Negara OPEC berada di bawah angka 40$/barrel dibanding dengan shale oil/gas yang berada di atas 50$-80$ barrel/day. Saya sebagai mahasiswa teknik perminyakan Universitas Islam Riau tentunya menyadari betul dengan kondisi dunia migas saat ini.

Apalagi, oil price yang cenderung menurun setiap minggunya walaupun beberapa hari ini mulai berangsur naik. Menurut petrosociety, oil price pada skala Brent Crude Oil yang sempat adem ayem di angka 85$-110$/barrel cenderung merosot bahkan pernah berada di angka 27$/barrel. Walaupun terhitung hari ini, harga minyak dunia perlahan naik dan berada di angka 37$/barrel. Bagiamana kita menyikapi persitiwa seperti ini?

Walaupun bukan hanya faktor ditemukannya shale oil/gas saja yang menjadi penyebab harga minyak dunia turun, bahkan sudah pasti politik internasional negara besar yang turut andil dalam memegang kendali untuk harga minyak dunia.

Efisiensi besar-besaran yang dilakukan oil company terhadap ratusan bahkan ribuan karyawannya tentunya merupakan akibat dari anjloknya harga minyak dunia. Banyak oil company besar di Indonesia seperti Chevron, Total, Conoco Philips, dan sebagainya tidak memperpanjang kontrak kerjanya dengan pemerintah dan cenderung mempersingkat kontrak.

Banyak juga yang melepas saham atau field project nya begitu saja akibat oil price anjlok yang tidak lagi selaras dengan operational cost, gaji karyawan, ataupun hal-hal lain yang harus dikeluarkan oleh company.

Imbasnya bahkan dirasakan sampai ke mahasiswa teknik perminyakan yang ingin melakukan kerja praktek ataupun tugas akhirnya yang di lapangan perusahaan migas banyak yang dibatalkan ataupun ditunda sampai pada waktu yang ditentukan dan cenderung lama untuk ditunggu oleh para mahasiswa.

Melihat hal seperti ini, tentunya, menurut saya, sebagai mahasiswa teknik perminyakan kita harus merubah mindset di bangku perkuliahan.

Saya pribadi selalu melihat tabiat sebagian besar mahasiswa teknik perminyakan UIR yang terkadang selalu ingin berambisi untuk kerja di Saudi Aramco, Total, Chevron tapi tanpa usaha yang keras.

Dan selalu menganggap dirinya selalu lebih kurang dibanding dengan mahasiswa ITB, Trisakti, ataupun UPN. Padahal, semua kadar pintar atau pun kurangnya mahasiswa, tergantung usaha mahasiswa itu sendiri.

Perbedaan dari mahasiswa kita yang sangat mencolok adalah selalu menganggap “mudah” ataupun sangat suka menunda-nunda ilmu yang seharusnya digali lagi. Jika untuk mendapatkan hasil 10, dan dengan kadar ilmu pengetahuan yang dimiliki bernilai dua, berarti seharusnya kita melakukan usaha sebanyak lima kali untuk mendapatkan nilai 10, mungkin persamaannya seperti ini :

H = I x U
Dengan H = hasil, I= ilmu , dan U= usaha

Tetapi jika usaha yang dikerjakan hanya bernilai dua atau tiga, tentunya ambisi untuk kerja di Chevron sebaiknya harus dikaji ulang dalam pemikirannya. Usaha yang saya maksud disini adalah meningkatkan soft skill seperti kemampuan berbahasa Inggris, mempelajari software perminyakan lebih dalam lagi, membaca paper mengenai perkembangan industry migas, dan dengan aktif berorganisasi.

Saya kebetulan di beri amanah dalam memimpin sebuah organisasi besar berskala internasional yaitu Society of Petroleum Engineers UIR Student Chapter (SPE UIR SC) dan saya selalu mewajibkan setidaknya dalam setiap rapat yang dilaksanakan dua kali seminggu, komunikasi dalam berbahasa inggris selalu diterapkan.

Hal ini memacu setiap mahasiswa untuk lebih terampil dalam berbicara dengan banyak orang meskipun tidak semuanya yang lancar berbahasa inggris, tapi jika dibiasakan, pasti akan menjadi kebiasaan yang positif.

Membaca setiap paper perminyakan dalam bahasa inggris mengenai isu perkembangan ataupun teknologi terbaru pada industry migas tentunya akan menambah ilmu pengetahuan dan menerapkannya pada saat berinteraksi dengan setiap orang perusahaan, mahasiswa dari luar Riau, ataupun pada saat diinterview kerja.

Jika gaya kuliah kita hanya datar-datar saja, berarti kita tidak menunjukkan sesuatu yang beda dari ribuan mahasiswa teknik perminyakan yang lainnya. Jika semua yang disarankan tadi dilaksanakan dengan baik, InsyaAllah kita tidak akan jauh berbeda dengan mahasiswa ITB, Trisakti, ataupun UPN bahkan mereka akan menjadi kalah saing dengan mahasiswa teknik perminyakan UIR. Tentunya, diiringi dengan doa bahwa setiap rezeki tidak akan pernah tertukar dan rezeki yang baik kebanyakan berasal dari usaha yang sangat keras.

PhotoGrid_1460213359879

Editor : Rifal Fauzi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *