Tempo Institute Tantang Jurnalis Liputan Investigasi
Corruption perception indeks (CPI) 2014 yang diterbitkan secara global oleh Transparency International (TI) pada September tahun lalu, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan level korupsi yang tinggi, menempati rangking 117 dari 175 negara di dunia.
Menurut survey persepsi publik 2015 yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia (TII) menyebutkan lembaga kepolisian, legislatif, dan peradilan sebagai lembaga publik yang paling terdampak oleh praktik korupsi. Dalam riset itu juga menyebutkan sektor minyak dan gas, pertambangan, dan kehutanan menjadi sektor yang paling rentan terhadap praktik suap. Data tersebut seolah terkonfirmasi, manakala media massa memberitakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan abdi negara yang diduga melakukan tindak pidana korupsi. Kasus penangkapan auditor Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta menunjukkan betapa masifnya korupsi di republik ini.
Skandal pencurian uang negara , menurut Indonesia Corruption Watch (ICW) kerap kali terjadi melalui praktik penggelapan, penyalahgunaan wewenang, mark up, membuat laporan fiktif, suap atau gratifikasi, pemerasan hingga pungutan liar. Kerugian negara akibat praktik haram tersebut mencapai ratusan trilliun rupiah.
“Tempo Institute mengadakan roadshow publikasi program dan diskusi jurnalisme investigasi ini, sebab jarang sekali wartawan media yang melakukan liputan investigasi, persoalan dikarenakan faktor keamanan, editorial kantor tidak sejalan dengan liputan investigasi, kemudian biaya.” Ujar Mustafa Silalahi— Redaktur Eksekutif Tempo, (17/6).
Bertempat di Hotel Grand Tjokro Pekanbaru, Tempo institute bekerjasama dengan Free Press Unlimited (FPU), menyosialisasikan program Investigative Fund yang merupakan edisi kedua sesudah pertama kali digulirkan tahun 2016. Dengan fokus pada dua hal utama. Pertama, proses pengayaan kapasitas peserta terpilih dan mentoring liputan investigasi dengan target penerbitan hasil liputan. Hal berikutnya, menumbuhkan kemauan para wartawan di media untuk menulis liputan investigasi.
Fakhrurrodzi selaku Pemimpin Redaksi riauonline.co.id, mengawali kata sambutan dalam diskusi terbuka yang dihadiri oleh jurnalis daerah yang diundang khusus, aktivis NGO lokal, serta mahasiswa.
Dalam materi workshopnya, Mustafa memberi tips terkait proyeksi pengerjaan proposal investigasi. Pertama adalah identifikasi masalah. Kasus yang ingin diliput harus benar-benar dikuasai dalam hal mencari data. Dalam investigative fund, haruslah isu yang punya dampak besar, “Seperti kasus korupsi yang setidaknya di atas 10 miliyar atau dilakukan oleh gubernur. Jumlah di bawah dua miliyar atau dilakukan seorang bupati belum masuk dalam kriteria liputan investigasi Tempo” tuturnya.
Mustafa juga menyinggung soal kode etik jurnalistik bagaimana melakukan undercover (penyamaran) dalam liputan investigasi sebagai pilihan terakhir. Hasil liputan dari undercover tidak bisa dikutip langsung sebagai produk jurnalistik. Karena pada saat peliputan, wartawan tidak mendeklarasikan diri sebagai wartawan. “ Kode etik wartawan Indonesia mengatakan bahwa situasi orang di sekitar harus mengetahui bahwa anda seorang wartawan baru anda bisa mempublikasikannya.”
Selanjutnya bagaimana mengolah informasi untuk kemudian menjadi produk jurnalistik. Yaitu lewat proses verifikasi, proses konfirmasi. Penyamaran dilakukan jika seandainya tidak ada data-data dan informasi yang bisa dikuak dari narasumber. “ Yang penting niat kita baik, semisal menyamar membeli narkoba jenis terbaru tanpa mengkonsumsinya, dengan tujuan memberitahu publik dan kemudian ditindaklanjuti aparat hukum.” Tegasnya.
Tempo membiasakan membuat liputan investigasi lewat perencanaan atau Term of Reference (ToR), dilanjutkan dengan membuat latar belakang masalah, menentukan angle, mengumpulkan data-data, wawancara, selanjutnya tentukan deadline.
“Intinya sebagai wartawan, sumber data jangan ditelan mentah-mentah, harus disiplin verifikasi, barulah bisa dipublikasi,” tutupnya.
Diskusi diakhiri foto bersama dan pemberian lima buku “Di Balik Investigasi Tempo” untuk pertanyaan terbaik di sesi diskusi. Aklamasi berhasil mendapatkan salah satunya. Selanjutnya, buka puasa bersama Tempo dan peserta workshop.
Baca Juga: Menjadi Jurnalis Investigasi
Reporter : Tomi Erikson Ginting
Editor : Laras Olivia