Talkshow Permasalahan Impor Beras

Suasana talk show “Impor Beras Bukan Solusi” yang ditaja Himagrotek Faperta UIR. Rabu (8/3). (Foto : Bahagia Putri) 

AKLaMASI.net, Pekanbaru – Ditaja oleh Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Himagrotek) Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Islam Riau (UIR). Impor Beras Bukan Solusi menjadi tema pembahasan yang didiskusikan pada hari kamis, (8/3).

Bertempat diauditorium Faperta UIR. Peserta talk show ini merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Riau, diantaranya UIR, Universitas Lancang Kuning (Unilak), Universitas Riau (UR), dan Sekolah Tinggi Teknik Pelalawan (STTP).

Dengan pemateri dari Badan Urusan Logistik (Bulog) regional Riau dan Kepulauan Riau, ketua komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau, ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) wilayah Riau, dan ketua prodi manajemen Agribisnis Pasca Sarjana UIR Dr. Azharuddin M. Amin, M.Sc. Kamis, (9/3).

Kepada AKLaMASI Darmawi -ketua panitia pelaksana- menjelaskan tujuan diselenggarakannya acara ini berangkat dari gentingnya isu di-Indonesia tentang impor beras. Dan banyak petani Indonesia yang dirugikan dari kebijakan pemerintah tentang impor beras tersebut, dimana hanya menguntungkan pihak tertentu.

Lebih lanjut, Darmawi menuturkan tujuan talk show ini juga untuk memberi pemahaman kepada mahasiswa. Kemudian mengkaji mengapa Indonesia masih saja mengimpor beras ? dan selanjutnya mencari solusi dari permasalahan tersebut. “Untuk mengedukasi peserta dan inilah permasalahan yang ingin kita cari solusinya bersama dan ini kita diskusikan dengan dinas-dinas terkait.” Jelas mahasiswa Agroteknologi semester 6 ini.

Awalludin iqbal-kepala Bulog regional Riau dan Kepulauan Riau-, ia tuturkan pelaksanaan stok beras dilelang tender oleh pemerintah. Terkait permasalahan kecenderungan impor beras, ia jelaskan pada tahun 2017 Bulog tidak melakukan impor beras.

Adapun impor dilakukan sebagai cadangan stok beras. “Persoalan makan kita tidak boleh berspekulasi dimana meyakini stok yang tersedia dimasyarakat aman dan mencukupi.” Ujarnya.

Ia lanjutkan tidak ada satupun yang bisa bertanggung jawab mengatakan terjaminnya stok beras nasional yang berada pada masyarakat, dipasar, ataupun toko juga dirumah tangga. “Akan tetapi jika di katakan lewat data, stok beras Bulog sekarang ini 700 ribu ton, dicek itu pasti betul. Karena satu-satunya stok yang bisa diandalkan dan kita pastikan ada, itulah stok beras yang ada pada Bulog.” Ungkap Awaluddin.

Ia ceritakan menteri perdagangan menugaskan kepada Bulog untuk menyerap sebanyak satu juta ton beras setidaknya sampai Bulan april. Untuk stok cadangan mengantisipasi seandainya terjadi krisis pangan dimasyarakat.

Ke pemateri berikutnya, menjawab pertanyaan dari peserta tentang benarkah Indonesia krisis beras ? sehingga harus mengimpor. Suliadi menjabarkan, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas kenapa Pemerintah masih melakukan impor beras, lebih dikarenakan untuk menjaga stok cadangan beras. “Kita tidak butuh-butuh amat, itu hanya sebagai persediaan agar tidak terjadi inflasi (kemerosotan stok) beras.” Ujar pengurus SPI Riau ini.

Kemudian, ia paparkan bahwa impor beras bukanlah solusi yang bisa menjawab permasalahan kesejahteraan petani Padi dan daya beli masyarakat. “Impor itu bukan solusi dan sampai sekarang tidak akan menjawab permasalahan utama, kalau ini menjadi solusi seharusnya dari dulu harga beras kita tidak naik dan tetap stabil, itu yang harus kita kaji.” Jawabnya.

Berbicara persoalan krisis beras pasar karena mahalnya dan sulitnya petani padi memperoleh benih berkualitas, dari SPI Riau Suliadi menghimbau agar pemerintah lebih aktif dalam mendorong budi daya benih berkualitas didaerah-daerah. Agar tercapainya kedaulatan pangan. “Kalau memang berdaulat kita tidak akan tergantung dengan pangan dari luar.” Jelasnya.

Menjawab pertanyaan dari peserta bagaimana bisa kenyang dengan memakan nasi sedikit. Makmun Solikhin ketua komisi B DPRD Riau menghimbau peserta untuk mengkombinasikan makan dengan sayur-sayuran serta mulai membiasakan sarapan dengan sagu, agar tidak terlalu ketergantungan dengan nasi. Ia juga mengingatkan peserta mengindari makan nasi yang dipanaskan lebih dari 12 jam, “kata dokter, kandungan gulanya tinggi.” Jelasnya.

Dan penutup dari pemateri. Makmun solikhin menghimbau kurangi nasi perbanyak sagu. Dr. Azharuddin M. Amin, M.Sc simpulkan teknologi adalah solusi mengurangi impor beras.

 
Reporter : Tomy Ginting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *