Melihat Berita Hoax Melalui Elemen Jurnalistik

Setelah mendapat materi riset tor dan wawancara, peserta Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) KE- 21 kembali adakan kelas mengenai elemen jurnalistik, yang dihadiri oleh Puput Jumantirawan selaku Dewan Pertimbangan di AKLaMASI. Jumat, (6/4).

Dalam materinya Puput katakan bahwa sekarang ini banyak berita-berita online yang kini marak dan mudah diakses oleh masyarakat. Dimana para penulis berita lebih mementingkan rating dari pada verifikasi kebenaran isi berita tersebut. Sehingga banyak media-media sekarang melakukan kesalahan dalam perilisan berita. Hal ini terjadi karena para wartawan tidak melakukan klarifikasi terlebih dahulu.

Selain itu, Puput juga jelaskan mengenai elemen jurnalistik yang merupakan kewajiban utama yang harus dimiliki oleh wartawan ialah berpegang kepada kebenaran, “ benar adalah hal yang penting dalam dunia Jurnalisme dan kebenaran yang harus dianut wartawan seperti kebenaran Konvesional” ujar Puput.

Selanjutnya loyalitas, wartawan adalah masyarakat. Maksudnya wartawan harus melihat masyarakat terlebih dahulu dalam setiap masalah yang terjadi dari sebab dan dampak yang ditimbulkan. Setelah itu esensi jurnalistik adalah verifikasi, saat ini tingkat verifikasi seorang wartawan harus tinggi dan dengan adanya ini bisa menghilangkan hoax yang kini marak terjadi.

Dalam materinya, Muhammad Aldi Irawan salah satu peserta DJTD, bertanya mengenai hukum yang pantas diberikan bagi media-media yang melakukan kesalahan, dan langsung ditanggapi oleh Puput, “sebenarnya hukuman untuk media tidak selalu dengan hukuman pidana, sebab secara hukum semua karya jurnalistik tergantung dewan pers“ tanggapnya.

Puput juga tambahkan bahwa sebagai wartawan harus lebih kritis melihat situasi yang ada saat ini, “ untuk sekarang tiga elemen jurnalistik dulu karena saya tidak ingin ini menjadi pertemuan terakhir kita, setelah gabung di AKLaMASI kita bisa lanjutkan elemen selanjutnya seperti wartawan harus independen” ujarnya.

Selanjutnya peserta DJTD menerapkan ilmu yang sudah di dapatnya melalui straight news mengenai kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan waktu 15 menit peserta selesai membuat dan membacakan hasil karya mereka dan mendapat saran kritikan mengenai tulisan yang mereka buat.

Sebelum menutup materinya Puput jelaskan kisah seorang pendiri Tempo –Gunawan Muhammad- mengenai perjuangannya untuk menulis sebuah berita memerlukan waktu minimal seminggu dan Puput juga mangapresiasi para peserta yang mampu menulis berita hanya dengan waktu lebih 15 menit.

“kalian bisa lebih hebat dari Gunawan Muhammad dan saya harap kalian setidaknya menulis walau hanya menulis diary” tutupnya.

 

Reporter : Nisa Hassanah

Editor : Arniati Kurniasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *