Debat Pemira UIR: Menyikapi Isu, Apatis dan Beasiswa

Oleh: Gerin Rio Pranata


Debat terbuka visi dan misi Paslon (Pasangan Calon) Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa UIR dilakukan hari ini, Sabtu (26/10). Tema yang diusung adalah “Memperkokoh Intelektual dan Jiwa Nasionalisme Demokrasi Mahasiswa yang Berintegritas Menuju UIR Unggul 2020”. Debat dihadiri oleh WR (Wakil Rektor) 1 bidang Akademik dan WD (Wakil Dekan) 3 selingkungan UIR. Acara ini berlangsung di GOR Volley UIR dari pagi hingga sore hari.

Debat dimoderatori oleh Tahnia K.—Mahasisiwi Fakultas Hukum. Setelah masing-masing Paslon menaiki panggung, moderator meminta setiap Paslon menandatangani Pakta Integritas dan membacakan isi dari Pakta Integritas tersebut, yang berisi:

  1. Siap untuk menang tanpa menggunakan cara-cara curang, tipu muslihat, kekerasan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan ketentuan yang berlaku umum dan khusus di Republik Indonesia.
  2. Siap untuk kalah dan menerima segala hasil dari Pemira ini tanpa menggunakan cara-cara kekerasan, penuh dengan damai dan ketertiban serta menjunjung tinggi nilai nilai demokrasi dan ketentuan hukum baik khusus maupun umum di Republik Indonesia.
  3. Apabila saya melanggar fakta integritas ini maka saya siap untuk menerima segala konsekuensi khusus maupun umum sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai luhur bangsa dan nilai-nilai demokrasi serta sebagai bentuk pertanggung jawaban saya dalam partisipasi saya di Pemilihan raya mahasiswa 2019 ini.

Sesi debat dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, setiap Paslon memaparkan visi dan misinya dan diberikan waktu 3 menit oleh moderator, serta kesempatan peserta memberikan pertanyaan kepada setiap Paslon yang terdiri, 2 pertanyaan oleh pimpinan civitas akademika universitas dan 2 pertanyaan dari mahasiswa. Kedua, paslon mengambil amplop yang sudah disediakan untuk mengambil lembaran pertanyaan yang akan dilontarkan kepada masing-masing Paslon. Pertanyaan terdiri dari 3 tahap, yaitu tanggapan mengenai isu umum di kampus, mengenal isu umum di kampus, dan kelayakan setiap Paslon. Masing-masing Paslon harus memaparkan argumennya dan Paslon lain berhak mengkritisi argumen tersebut. Ketiga, moderator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepada setiap Paslon seputar argumen yang telah dipaparkan.

“Di era teknologi, bagaimana progres setiap Paslon menyikapi isu-isu yang ada di Indonesia?” pertanyaan yang dilontarkan Eko Hero, M.Soc, Sc.—WD 3 Fikom.

Paslon 01 Noviyanto dan Randa Achmad Efendi menanggapi pertanyaan tersebut dengan responsif terhadap isu-isu yang berkembang dengan membuat kajian dan mengundang pakar-pakar yang kredibel untuk mengkaji isu tersebut. Sedangkan Paslon 02 Guntur Yurfandi dan Jiwanda Auly Ikhsan menanggapi pertanyaan tersebut dengan wacana akan membuat forum diskusi kebangsaan, untuk mengkaji isu-isu daerah maupun nasional.

Kemudian, saat ada pertanyaan soal keapatisan mahasiswa UIR, Paslon 02 mengatakan akan membuka wadah bagi mahasiswa di bidangnya masing-masing, “Untuk mahasiswa yang suka di bidang seni kami akan membuat UIR Harmoni, gunanya untuk menampung aspirasi mahasiswa yang suka pada bidang seni,” ungkap Guntur Yurfandi. Kemudian, untuk menampung minat dan bakat mahasiswa yang suka pada bidang olahraga Paslon 02 akan membentuk komunitas olahraga.

Sementara itu Paslon 01 mendapat pertanyaan soal beasiswa. Noviyanto, menjawab bahwa minimnya informasi tentang beasiswa dikarenakan tenaga yang mengurus beasiswa untuk mahasiswa masih kurang, “Harapannya pihak universitas menambah tenaga kerja untuk mengelola informasi beasiswa, jika tidak mampu maka berikan izin kepada BEM untuk mencari mahasiswa yang kurang mampu dan berprestasi,” tutupnya.


Editor: Ardian Pratama
Foto: Fadhli Abi Rafdi


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *