Duka Nestapa Si Kupu-Kupu Malam


Penulis: Arif Widyantiko


Judul: Re

Penulis: Maman Suherman

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Isi: 171 Halaman

Terbit: 2016

Maman Suherman, mahasiswa tingkat akhir jurusan Kriminologi di Universitas Indonesia ini, tengah sibuk mencari topik yang akan diangkat untuk skripsinya. Hingga suatu ketika, Maman memutuskan untuk melakukan riset penelitian mengenai dunia pelacuran yang terjadi pada akhir era 80an. Berawal dari tugas akhir, menghantarkan Maman bertemu dengan Rere di sebuah hotel di Jakarta Pusat, seorang wanita berprofesi sebagai pelacur lesbian. Melakukan pekerjaan itu bukan karena keinginannya, melainkan terjebak oleh keadaan.

Kisah Rere membuat Maman berfikir untuk membuat sebuah buku yang menceritakan pengalamannya selama mengenal Rere, serta kisah pilu perjalanan hidup Rere semua tertuang dalam buku yang berjudul Re.

Re, begitulah Maman menyebutnya dalam buku, di usianya yang masih muda ia harus menghadapi kerasnya hantaman dunia malam yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kebebasan yang harus terenggut, hidup dalam penderitaan sebagai wanita kupu-kupu malam merupakan jalan hidup yang harus ia arungi.

Mengulang nasib yang sama dengan ibunya, Re kala itu masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama hamil diluar nikah. Tidak ingin dianggap anak pembawa sial, Re memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi mengadu nasib ke Jakarta.

Berhari-hari Re luntang-lantung tak tahu arah di Jakarta tanpa tujuan yang jelas. Sampai akhirnya bertemu dengan Mami Lani, sosok wanita baik hati yang bersedia menampung dan membantunya hingga proses persalinan. Setelah tiga bulan tinggal di rumah Mami Lani, wanita yang dianggap malaikat itu berubah drastis layaknya iblis. Disinilah awal petaka dimulai, segala pengeluaran Re termasuk biaya persalinan dianggap hutang, dengan rincian biaya belasan juta rupiah.

Re harus membayar mahal untuk hutang-hutangnya. Wajah cantik Re diperdagangkan oleh Mami Lani sebagai pelacur yang melayani perempuan. Demi melunasi hutang, mau tidak mau Re bekerja di bisnis usaha prostitusi Mami Lani. Sejak Re menjadi pelacur, Re mulai berhenti menyusui anaknya dan menitipkan buah hatinya bernama Melur, kepada sepasang suami istri yang sudah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak. Re Berharap dibawah didikan kedua orang tua angkat, Melur tidak menjadi seperti dirinya.

Maman menjadi sopir pribadi Re, yang bertugas mengantarkan Re menjumpai pelanggan. Banyak pelanggan yang harus ia layani tanpa mengeluh. Re tidak dapat memilih pelanggan mana yang ingin dilayani, dan tidak peduli pelanggan itu memiliki penyakit atau berlaku kasar padanya. Maman menjadi tempat curhat Re, membuat ia merasa memiliki teman ngobrol yang bisa membuatnya tersenyum.

Setiap berangkat menemui pelanggan, Re banyak menceritakan pengalamannya yang pernah melayani seorang artis, designer dan bahkan mantan Menteri, yang tidak jarang memberikan tip  cukup besar kepadanya. Dari Re lah Maman perlahan-lahan mengetahui sisi gelap tokoh-tokoh terkenal tersebut.

Pemaparan dunia pelacuran dalam buku menunjukan bahwa di Indonesia bisnis prostitusi sudah ada sejak lama. Bisnis ini terus berkembang dan cara menjalankannya pun semakin beragam seiring dengan kemajuan teknologi.

Maman menceritakan kisah Rere dengan singkat dan sederhana. Banyak istilah kriminologi di dalam buku yang bisa menambah pengetahuan mengenai kriminalitas. Isi buku Re juga cukup jelas menggambarkan kejahatan terorganisir, dimana Re menjadi korban perdagangan manusia, yakni dalam proses bergabungnya Re dijebak masuk kedalam sindikat jaringan prostitusi. Kemudian dieksploitasi tubuhnya untuk menghasilkan pundi-pundi uang oleh mucikari.

Detail mengenai kerasnya kehidupan sebagai pelacur dijabarkan dengan lugas, sehingga pembaca jadi ikut merasakan kengerian mengenai kejadian kala itu. Mulai dari  kekerasan seksual yang sering dialami selama melayani pelanggan, sampai pada ancaman dibunuh secara keji jika ingin kabur dari Mami Lani.

Seperti yang dialami dua teman Re ketika meminta izin untuk berhenti bekerja pada Mami Lani. Selang dua hari setelahnya, mereka dikabarkan tewas terlindas mobil dan tewas gantung diri. Re mencurigai pola-pola peristiwa kematian tersebut erat kaitannya dengan Mami Lani. Bahkan koneksi sang mucikari dengan aparat penegak hukum sangat dekat, sehingga tiap aksi perbuatanya tidak tersentuh oleh hukum.

Dalam buku digambarkan bahwa Re sering meminta bantuan Maman untuk memberikan titipan darinya untuk Melur, berupa mainan, baju hingga uang  yang diberikan kepada ibu angkatnya untuk membantu biaya sekolah Melur.

Keesokan harinya, ketika hendak pergi ke kampus, diperjalanan Maman membaca sebuah surat kabar dengan judul berita ‘Seorang Pelacur Tewas Tersalib di Tiang Listrik’ dengan foto yang disamarkan, banyak terdapat luka sayatan dan ada potongan cutter yang masih tertancap di betisnya. Sontak Maman terkejut dengan perasaan cemas langsung bergegas menuju kos Re.          

Membaca buku ini sedikit banyak mengubah sudut pandang terhadap dunia yang selama ini dianggap hina oleh banyak orang. Tidak semua pelaku menjalani kehidupan mereka dengan senang dan sesuai dengan keinginan. Banyak diantaranya melakukan secara terpaksa, demi orang-orang yang berharga baginya. Tidak sedikit pula dari mereka yang menjalani hidup dalam ketakutan serta cibiran dari pekerjaan mereka.

Kelemahan buku ini, tidak hanya membahas mengenai kehidupan Rere tapi beberapa tokoh lainnya, sehingga sebagai buku dengan informasi yang banyak, 171 halaman tidaklah cukup.  Gaya bahasa yang digunakan sedikit perumpamaan atau lebih banyak kata-kata denotasi. Penuturan disampaikan secara lugas dan tidak menekankan pada rasa atau kesan. Pembaca seolah-olah sedang membaca catatan harian seseorang. Novel ini juga merupakan konsumsi bacaan untuk orang dewasa, sehingga sangat tidak direkomendasikan bagi mereka yang masih berusia dibawah 18 tahun.

‘Pola Pemerasan dalam Kepelacuran Lesbian di Wilayah Jakarta Pusat’ tahun 1989 lalu. Begitu judul Tugas Akhir yang Maman buat untuk mendapat gelar Sarjana 32 tahun silam. Pada 2014, naskah skripsi diteribitkan oleh POP, lini penerbit Kepustakaan Populer Gramedia. Uniknya naskah skripsi Maman bukan terbit sebagai buku nonfiksi akademis nan ilmiah, melainkan novel.

Penerbit tidak menyetujui, kisah nyata itu diminta diolah menjadi fiksi, karena realitas prostitusi lesbian yang diteliti Maman cukup mengerikan. Selain itu, isu kemanusiaan akan lebih baik bila disampaikan dengan cara lain, seperti melalui cerita.

Re merupakan bukukeempat Maman Suherman. Adapun buku-buku yang diterbitkan sebelum Re, yaitu Matahati, Bokis 1: Kisah Gelap Dunia Seleb, dan Bokis 2: Potret Para Pesohor. Setelah Re terbit, Maman juga menerbitkan Notulen Cakepp, Virus Akal Bulus Kang Maman: 125 Ayat Cinta, Notulen Cakepp 2, dan 99 Mutiara Hijabers. 2 tahun Re diterbitkan, 2016 lalu Maman menerbitkan buku dengan judul peREmpuan, yang merupakan lanjutan dari buku Re.

“Tulis apa adanya, kabarkan tentangku dan tentang duniaku. Agar tak ada lagi kaum ibu yang bernasib sepertiku.” Pesan Rere pada Maman.


Editor: Rahmat Amin Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *