Tantangan Identitas Muslim: Perspektif Islam terhadap Fenomena LGBTQ
Penulis : Bella Febria
Back to Muslim Identity (BMI) Community menyelenggarakan talkshow inspiratif dengan tema “LGBTQ: Perlu Ditoleransi atau Diwaspadai? “, di Perpustakaan Wilayah (Puswil) Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, pada sabtu (7/12). Talkshow inspiratif ini menghadirkan dua aktivis perempuan muslim sebagai narasumber, yaitu Dr. Wiwik Rahayu, M. Kes dan Mauliya Septi Sari, S.T.P.
Tema yang diangkat dalam talkshow ini tentu saja memikat perhatian, mengingat banyaknya isu yang beredar mengenai kasus-kasus Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer (LGBTQ).
Wiwik, sebagai narasumber pertama, menjelaskan bahwa LGBT adalah penyimpangan suatu kondisi patologis atau penyakit psikologi seseorang yang gagal memahami penciptaan naluri nafsu seksualitas (gharizah an naw). Mereka memaknai naluri gharizah an naw hanya sebatas memuaskan kebutuhan seksual semata, pemuasan seksual ini bisa dengan siapa saja dan apa saja, karena mereka gagal dalam memahami tujuan penciptaan naluri gharizah an naw’.
“Allah menciptakan manusia yang memiliki naluri melestarikan jenis, naluri ini merupakan rasa cinta laki-laki terhadap perempuan maupun sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk melanjutkan keturunan” tutur Wiwik.
Mereka juga gagal memaknai diciptakannya rasa cinta antara laki-laki dengan perempuan. Pemahaman yang keliru ini menghasilkan berbagai masalah serius bagi umat manusia, diantaranya muncul LGBT sebagai resiko terbesarnya adalah penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Bahaya LGBTQ tidak hanya dalam segi kesehatan namun juga dalam segi perilaku .
“LGBTQ adalah perilaku menyimpang dari ajaran agama, karena tidak akan pernah laki-laki yang kawin dengan laki-laki akan melahirkan keturunan dan sebaliknya perempuan dengan perempuan,” sambung Wiwik.
Dalam pemaparan materi Wiwik juga menyampaikan bahwa LGBTQ merupakan gerakan global yang terstruktur dan masif, dapat dilihat dari LGBTQ masuk dalam berbagai aspek sosial di masyarakat. Seperti dalam sosial budaya bahkan dalam ranah bisnis maupun dalam dunia hiburan seperti film.
Wiwik mengungkapkan faktor terbesar yang mempengaruhi terjadinya LGBTQ adalah lingkungan, misalnya salah pergaulan dalam berteman.
“ketika seseorang berteman yang menjadi anggota LGBTQ, ada kecenderungan dia juga akan ikut menjadi anggota LGBTQ,” ungkapnya.
Lebih lanjut Mauliya sebagai narasumber kedua memaparkan bahwa LGBTQ bukan hanya masalah sosial, kesehatan ataupun masalah genetis. LGBT terjadi karena keinginan mereka yang enggan menerima kodrat dari sang pencipta, kemudian dipengaruhi sosialisasi dan juga interaksi, mereka tidak bisa diberantas, karena berlindung dibalik HAM (Hak Asasi Manusia).
Islam tidak hanya mengatur hubungan dengan Tuhan melainkan juga hubungan dengan sesama insan. LGBT membahayakan eksistensi kelangsungan jenis manusia , generasi dan peradaban Islam di masa depan.
“Tetapi Islam dikesampingkan karena dianggap hanya sebagai aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan saja,” ujar Mauliya
Mauliya juga menekankan perlunya pencegahan LGBTQ karena bahaya yang ditimbulkan sangat berdampak pada individu.
“Pencegahannya antara lain berpegang teguh pada hukum Al-Qur’an dan As-sunnah, menjaga pergaulan, serta mengikuti talkshow inspiratif seperti pada hari ini agar wawasan kita terbuka pentingnya waspada terhadap LGBTQ.” Tutup Mauliya.
Editor : Dian Wahyu Ningsih