KAMPUS

Konsolidasi BEM UIR, Ketidaksiapan dalam Mengkaji Tuntutan


Penulis : Bella Febria


Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Riau (UIR) melaksanakan konsolidasi BEM se-Riau guna membersamai tagar Indonesia Gelap yang sedang hangat  belakangan ini. Berlokasikan di Bundaran Universitas Islam Riau, Selasa (25/02) pada pukul 20.00 WIB.

Konsolidasi  ini dihadiri oleh beberapa Gubenur BEM selingkungan UIR yakni Gubenur Fakultas Pertanian (Faperta), Gubenur Fakultas Teknik, Gubenur Fakultas Psikologi, Gubenur Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Gubernur Fakultas Hukum, BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol), serta beberapa perwakilan mahasiswa dari Universitas Hang Tuah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Payung Negeri.

Kegiatan ini diawali dengan pembacaan enam tuntutan, yakni, pemotongan anggaran pendidikan sebesar 10 Triliun yang dinilai akan menurunkan kualitas Pendidikan Tinggi, Riset, serta akses beasiswa yang tidak adil dimata masyarakat, program Makan Bergizi Gratis (MBG) tanpa adanya kajian mandalam, masuknya peran militer dalam instansi pemerintahan yang beresiko mengancam demokrasi, pengalihan kepemilikan aset negara melalui Danantara yang akan menguntungkan segelintir pihak namun kurang adanya transparansi kepada masyarakat, Pembatasan subsidi dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebagai kebutuhan dasar yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil, serta diskriminasi kebebasan berekspresi kepada para pekerja seni.

Namun pada pelaksanaanya, konsolidasi yang diinisiasi oleh BEM UIR dianggap terburu-buru dalam melakukan kajian terhadap enam tuntutan tersebut. Perwakilan Komunitas Rangurai, Febry Purba mengkritik  adanya hasil yang kurang relevan dari program MBG yang disampaikan oleh Tim Analisis BEM UIR dengan data dari media konvesional, Kompas.

“ Data yang disajikan palsu, dari yang baru saya baca dalam perpres nomor 201 tahun 2004 bahwa anggaran Makan Bergizi Gratis sebesar 71 Triliun bukan sebesar 800 Miliar per-hari. ”  Ungkap Purba.

Beberapa gubenur BEM Fakultas juga menyatakan sikap kecewa terhadap BEM UIR, seperti Muhammad Ihsan selaku Gubenur Fakultas Teknik yang menilai jika BEM UIR dinilai lambat dalam menyikapi tagar Indonesia Gelap.

“ BEM UIR terlalu lambat mengenai Indonesia Gelap, tidak ada pergerakan apa-apa.” Jelas Ihsan  

Selain itu, Nur Rodhiyah Selaku Gubenur Faperta menyatakan sikap mundur dalam melakukan demostrasi pada esok hari, lebih lanjut ia juga menjelaskan jika pembahasan yang dilakukan oleh BEM UIR dinilai bertele-tele dan tidak jelas.

“Pembahasan malam ini sedikit bertele-tele, kami menyatakan sikap tegas mundur untuk demo pada esok hari. ” Jelas Nur.

Siwi salah satu mahasiswa yang tidak ingin disebutkan asal instansinya, turut hadir pada saat kegiatan juga mengungkapkan jika konsolidasi yang dilakukan oleh BEM UIR terlalu terburu-buru, lebih lanjut ia juga merasa kecewa kepada BEM UIR perihal pembahasan internal BEM dan tidak fokus terhadap hasil kajian konsolidasi.

“Saya berpikir ini terlalu terburu-buru, takutnya ada sesuatu yang dikejar dalam konsolidasi ini karena mereka langsung memutuskan teknik lapangan turun aksi besok hari. ” ungkap Siwi.

Meskipun menuai banyak kontra, Ahmad Deni selaku Presiden Mahasiwa (Presma) UIR dan Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa se-Riau memutuskan untuk tetap melaksanakan Seruan Aksi Indonesia Gelap esok hari di tangal 26 Februari, selain itu ia juga menyatakan jika konsolidasi ini telah disepakati dua hari lalu. Pada konsolidasi tersebut Arifin Sitinjak dari Fakultas Hukum dipilih sebagai Koordinator Lapangan.  

“Kami BEM UIR menyampaikan terima kasih dan permohonan maaf, mungkin apa yang dipaparkan dari Tim Analisis BEM UIR tidak memenuhi ekspektasi yang ada dikepala kawan-kawan. Tetapi yang harus kawan-kawan garis bawahi kesepakatan untuk konsolidasi pada malam hari ini sudah disepakati dari dua hari yang lalu”. Tutup Deni.


Foto : Mirdayani

Editor : Halimatul Yusriah dan Annisa Rahma Aulia