Praktik Wawancara Melalui DJTD

Setelah menerima materi dasar pada Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) AKLaMASI seperti dinamika redaksi, riset tor dan wawancara, elemen jurnaistik, feture dan straight news serta bahasa jurnalistik, peserta DJTD langsungkan diskusi dan praktik wawancara pada malam harinya, Jumat, 25/11). Di Pendopo Komisi Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pekanbaru, Riau. Dipimpin oleh Yosha Satrama Putra (Alumni AKLaMASI).

Diskusi tersebut membahas tentang Wawancara, Wartwan dan Ratu Kecantikan. Seperti kata ideal untuk sebuah pertanyaan dalam wawancara. Dikatakan oleh Candow dalam tulisan Andreas Harsono dan Esti Wahyuni bahwa cukup satu kata saja, dan kata itu adalah mengapa. Dijelaskan dalam tulisannya, makin panjang suatu kalimat Tanya, makin kemampuan sis umber mencerna pertanyaan. Sebaliknya makin pendek pertanyaan, makin mudah sis umber memahami si wartawan. Candow memberikan pedoman 16 kata.

Peserta DJTD diberi kesempatan membuat tor wawancara, selama tiga menit. Kemudian peserta maju untuk melakukan wawancara. “Setiap yang maju terdiri dari dua orang peserta, penilaian berdasarkan tatacara wawancara yaitu satu kalimat tidak boleh lebih dari 16 kata,” ungkap Yosha.

Tidak hanya itu, dalam wawancara juga dilihat dari pertanyaan apa yang diajukan, memenuhi unsur 5W+IH atau tidak, terangnya lebih lanjut.

Tomi Erikson Ginting dan Yudha Anggara mendapat kesempatan pertama maju. Mereka bawakan tema pelaksanaan DJTD. Selanjutnya di susul oleh Irma Susanti dan Desi Saputri bawakan tema Hari Guru.

Selesai acara diskusi dan praktik wawancara, seluruh peserta dibagi menjadi empat kelompok, untuk melakukan simulasi dan penulisan buletin. Simulasi dan penulisan buletin merupakan acara inti dari DJTD.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *