Ajak Aktivis Muda Mengulik Kebijakan PLTU, LBH Pekanbaru Adakan Nobar dan Diskusi Film


Penulis: Habibul Fijar Dirgantara


Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)  Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pekanbaru menyelenggarakan acara Nonton Bareng dan Diskusi Publik Film Success Of Energy Litigation Fight Against Coal, di Gedung B FISIP UNRI, Minggu (24/9).

Acara ini berangkat dari keresahan terhadap Pembangkit Listrik Tenang Uap (PLTU) Batubara yang berdampak pada kehidupan manusia, baik itu bagi kesehatan maupun keberlangsungan lingkungan hidup.

Film yang ditayangkan ini membungkus cerita-cerita perjuangan dan upaya litigasi yang dilakukan oleh masyarakat yang menolak pertambangan dengan tujuan lingkungan hidup yang lebih sehat. Mahakarya ini menjadi hasil kolaborasi TV Tempo bersama dengan Trend Asia, WALHI Jawa Barat dan LBH Bandung.

Dengan tajuk diskusi Memukul Jatuh Mengadili PLTU, dihadirkan pula para pembicara yaitu Resika Siboro, S. H (YLBHI-LBH Pekanbaru), Umi Lanisti (WALHI-Riau), Novita Indri (Trend Asia), Zulwisman (Akademisi FH UNRI), dan Wicaksana (Akademisi FISIP UNRI).

Novita Indri berbicara perihal kondisi aktual energi Indonesia dan potret kemenangan warga ketika melawan kepentingan Batubara atau cukong batubaru melalui ruang pengadilan. Sementara itu, Umi Lanisti yang mewakili WALHI Riau memaparkan mengenai kondisi dan konstruksi nasional serta masa depan energi yang bersih.

Dampak negatif dari pertambangan batubara terus menghantui masyarakat, apalagi yang bergantung pada lahan pertanian dan tambak ikan. Pencemaran dari PLTU Batubara merubah lahan menjadi tandus secara signifikan, serta pemanasan global dan perubahan iklim.

Selain itu, setidaknya ada sekitar 22.600 kasus risiko kematian yang terjadi akibat pertambangan ini, dan terus meningkat pada kisaran 46.600 kasus. Selain itu kerugian sosial akibat PLTU Batubara ini menginjak di angka 6,7 hingga 22 juta.

Zulwisman selaku Akademisi FH UNRI memaparkan terkait pandangan hukum dan politik negara dalam melindungi warga negara dari bahaya pertambangan.

“Guna mengetahui dan menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat terutama kaum muda tentang peran penting lembaga peradilan dalam melindungi lingkungan hidup terutama lagi yang terjadi di kawasan PLTU Tanjung Jati yang berlokasi di Kabupaten Cirebon,” ungkapnya.

Melalui film dan diskusi publik ini peserta diskusi diajak untuk kritis dalam melihat betapa parahnya keadaan dan konflik yang terjadi akibat PLTU. Acara ini turut dihadiri oleh aktivis muda dari berbagai komunitas, mahasiswa Ilmu Hukum di Perguruan Tinggi se- Kota Pekanbaru, serta lembaga mahasiswa pro lingkungan.


Editor: Fani Ramadhani

Foto: Fajar Ilham


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *