Ngeri-Ngeri Sedap: Konflik Keluarga dalam Balutan Budaya


Penulis: Niki Aulia Sandi


Film bernuansa keluarga seringkali cukup menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton,  selain dapat dinikmati oleh berbagai kalangan usia mulai dari anak muda, dewasa dan bahkan tua sekalipun dapat menyaksikannya. Terlebih lagi jika konfliknya berhubungandengan berbagai kalangan. Seperti salah satunya film Ngeri-Ngeri Sedap besutan sutradara Bene Dion Rajagukguk yang dikemas dalam bentuk drama komedi keluarga.

Film Ngeri-Ngeri Sedap mengisahkan kehidupan sebuah keluarga dengan latar suku Batak. Film ini bermula dari kerinduan orang tua kepada tiga anaknya  di perantauan yang tak kunjung pulang ke kampung halaman.

Di kampung, keluarga mereka dikenal sebagai keluarga yang harmonis dan telah sukses membesarkan ke-empat orang anaknya. Namun dibalik itu semua, sebenarnya Pak Domu sendiri tidak terlalu dekat dengan anak-anaknya.

Bene Dion Rajagukguk menggambarkan Pak Domu sebagai  sosok kepala keluarga yang sangat menjunjung tinggi adat Batak, dengan karakter keras kepala dan pemikiran yang kolot. Sifat inilah yang membuatnya tidak terlalu dekat dengan semua anaknya. Ia terkesan kaku dan kerap kali selalu memaksakan kehendaknya kepada semua anak-anaknya.

Sebenarnya anak-anaknya tidak ada yang sependapat dan bertolak belakang dengan keinginan bapaknya. Mereka lebih memilih menentukan jalan hidupnya  masing-masing. Seperti Domu yang lebih memilih untuk menikahi perempuan Sunda ketimbang dengan perempuan Batak. Gabe lebih tertarik menjadi seorang pelawak dibanding menjadi hakim.

Sementara Sahat rela tidak mendapatkan warisan demi mengembangkan usahanya di Yogyakarta. Hanya Sarma yang patuh mengikuti perintah bapaknya, ia mengamini bahwa seorang perempuan tidak boleh menjadi pembantah.

Konflik bermula ketika Pak Domu dan Mak Domu membuat sebuah drama perceraian, drama kebohongan itu dilakukan untuk memancing kepulangan anak-anaknya ke kampung halaman.  Hal itu dilakukan bersamaan dengan akan diadakannya acara sulang-sulang pahompu— acara yang diselenggarakan oleh Ompung Boru atau ibu dari Pak Domu untuk merayakan pesta adat pernikahannya yang dahulu sempat tertunda.

Dalam film, masyarakat Batak Toba dikenal sangat menjunjung tinggi adat istiadat dalam tradisi pernikahan. Namun karena besarnya  biaya adat yang harus dikeluarkan, tidak semua pasangan mampu melaksanakannya. Acara tersebut juga mengharuskan semua anggota keluarga berkumpul.

Alih-alih menyelesaikan permasalahan yang telah dibuat oleh mereka, Mak Domu justru terus mengulur waktu dan memanfaatkan hal ini untuk melepaskan rindu kepada anak-anaknya.

Ditengah ketidaktahuan, anak-anaknya terus berupaya mendamaikan konflik, mereka berinisiatif untuk mengajak kedua orang tuanya untuk berekreasi sembari mendiskusikan penyelesaian permasalahan di keluarga. Namun Pak Domu kembali mengungkit pilihan hidup mereka yang tidak sesuai dengan keinginannya dan adat Batak.

Pada akhirnya ketiga anaknya sadar bahwa permasalahan kedua orang tuanya hanya sekedar sandiwara saja.

Film Ngeri-Ngeri Sedap karya Bene Dion Rajagukguk berhasil menggambarkan dinamika permasalahan sebuah keluarga Batak. Film ini mengajak para penonton menyiratkan pesan soal cara orang tua dan anak saling berkomunikasi. Termasuk memahami perasaan anak dalam menentukan pilihan hidupnya.

Film berdurasi 1 jam 54 menit ini menjadi wadah pembelajaran bagi yang akan, sedang dan telah menjadi orang tua. Bahwa menjadi orang tua adalah tanggung jawab seumur hidup. Orang tua juga harus siap untuk mengikuti dan mempelajari perkembangan zaman, termasuk mampu memahami perkembangan tumbuh kembang anak.

“Kalau anak berkembang orang tua pun harus berkembang” —Ompung Boru.

Kelebihan dalam film ini ialah penggambaran karakter para tokoh yang cukup apik. Pemilihan pemain dan karakter yang diperankan juga mampu menyentuh ke hati penonton. Penyajian film  yang dibalut  dengan komedi mampu mengaduk emosi para penonton. Tidak hanya kegembiraan penonton juga dibuat bersedih melalui film tersebut.

Tidak hanya itu pengambilan gambar, latar dan backsoundnya sangat serasi dengan alur ceritanya. Namun ada sedikit kekurangan dalam film ini yakni terkait dialog bahasa Batak yang digunakan, sehingga sedikit sulit dimengerti bagi penonton diluar suku tersebut. Akan tetapi secara keseluruhan film ini sangat bagus dan banyak menyiratkan pesan moral untuk para penonton.

Terhitung selama 64 hari tayang di Bioskop tanah air. Film Ngeri-Ngeri Sedap berhasil meraih lebih dari 2,8 juta penonton, sejak rilis pada 2 juni 2022  hingga 5 agustus 2022. Film ini juga berhasil menyabet 8 piala penghargaan salah satunya dinobatkan sebagai film terbaik pada Festival Film Wartawan Indonesia XII.


Editor: Arif Widyantiko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *